Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SC 39. INT. MOBIL - NOON
Ge menyetir mobil dengan muka ditekuk. Masih marah atas apa yang terjadi kemarin.
CUT TO:
SC 40. INT. RUMAH HANA - NOON
Hana membuka pintu rumahnya. Dia dan Ge masuk.
HANA
Aku ke kamar dulu.
Ge diam saja. Sementara Hana berjalan ke kamar, Ge berkelilig ruang tamu. Dia belum pernah memerhatikan rumah ini dengan seksama sebelumnya. Sebuah rumah mewah berwarna putih hampir di segala sisinya, termasuk perabotan seperti sofa dan lemari.
Setelah berkeliling beberapa saat, Ge menyadari sesuatu. Tidak ada foto yang dipajang sama sekali di rumah ini.
Ge mengerutkan dahi melihatnya. Rumah ini sangat berbeda dengan rumah kebanyakan.
Ge beralih ke ruang keluarga. Sama seperti sebelumnya, tidak ada foto apapun yang dipajang di sana. Ge berjalan ke arah rak buku besar yang ada di belakang sofa. Ada berbagai macam buku di sana, kebanyakan buku-buku kedokteran. Sama seperti sebelumnya, Ge tidak menemukan apa yang ia cari. Tidak ada album foto sama sekali.
Kali ini Ge menaiki tangga. Di lantai atas ada kamar orangtua Hana, Hana sendiri, dan kamar mandi. Begitu menginjakkan kaki di lorong lantai dua, Ge langsung mengintip ke kamar Hana. Di sana, Hana membereskan baju-baju yang akan dibawa ke rumah Ge.
Setelah memastikan kegiatan Hana, Ge beranjak ke kamar orangtua Hana. Tidak dikunci. Ge masuk dan menemukan kamar tersebut sama saja seperti ruangan lain. Kamar dengan interior dan perabotan serba putih yang tertata dengan sangat rapi. Ge bersin begitu memasuki kamar. Berbeda dengan ruangan lain, kamar itu agak berdebu akibat tidak pernah digunakan lagi.
Ge menemukan perbedaan kamar itu dengan ruangan lain. Foto seorang perempuan dengan bingkai mewah ditaruh di atas lemari kecil di samping kasur. Ge memperhatikan foto tersebut.
HANA
Kamu ngapain?
Ge berbalik. Hana sudah ada di depan pintu kamar.
GE
Cuma keliling sebentar.
Hana menganggukkan kepala. Sejenak kemudian, perhatiannya beralih pada foto di tangan Ge.
GE (CONT’D)
Ini...
HANA
Mama.
Ge mengangguk. Lalu ia meletakkan foto itu ke tempatnya semula.
HANA (CONT’D)
Kamu mau ketemu?
Pandangan Ge beralih pada Hana yang menyilangkan tangannya dan bersandar pada bingkai pintu.
CUT TO:
SC 41. EXT. MAKAM - NOON
Di sebuah padang rumput di bukit yang luas, terdapat sebuah nisan kecil. Hana berjongkok dan merapatkan kedua tangannya, berdoa.
Ge berdiri di samping Hana. Ia lihat makam tersebut. Ada perasaan trenyuh di hatinya. Kemudian, ia mengalihkan pandangannya pada Hana.
Ge melihat setitik air mata jatuh di pipi Hana.
CUT TO:
SC 42. EXT. JALAN BUKIT - NOON
Ge dan Hana berjalan beriringan. Hana berjalan sambil menenteng tas rajutan bambu wadah bunga di tangannya. Wajah Hana masih tampak sedih.
GE
Kamu berdoa untuk apa tadi?
HANA
Cuma kasih kabar kok.
GE
Hee...
Mereka berdua kembali berjalan dalam diam. Ge melirik Hana, sedikit khawatir dengan wajahnya yang tampak sedih dari tadi.
GE (CONT’D)
Mama kamu cantik ya.
Hana menoleh ke arah Ge. Ge menyilangkan tangan di belakang kepala.
GE (CONT’D)
Cantik. Baik hati. Pinter masak. Terus nggak pernah marah. (melihat Hana) Kalau ada PR pasti dibantu ngerjain juga.
Hana tertawa kecil mendengarnya. Ge menurunkan tangan.
HANA
Mana ada yang kayak gitu?
GE
Emang nggak?
HANA
Mama tuh bawel banget. Tiap hari pasti aku diomelin. Bersih-bersih rumah lah, kerjain PR lah. Macem-macem deh. Tiap hari ada aja perintahnya.
GE
Berarti aku salah ya?
HANA
Bagian mama pinter masak kamu bener kok.
GE
Pasti seneng ya diomelin tiap hari.
HANA
Ih, nggak mungkin kan.
Hana berhenti. Ge yang telah berjalan beberapa langkah di depannya, ikut berhenti dan kini berbalik menghadap Hana.
GE
Kenapa?
HANA
(terisak) Gapapa.
GE
(menghampiri Hana) Jalan lagi yuk. Bentar lagi nyampe rumah kok.
Hana mengangguk. Mereka berdua melanjutkan perjalanan.
CUT TO:
SC 43. INT. RUANG MAKAN - RUMAH HANA - NOON
Hana dan Ge duduk bersebelahan di meja makan dengan teh hangat di tangan masing-masing. Hana meminum tehnya sedikit. Ge terlihat mengkhawatirkan Hana.
GE
Udah enakan?
HANA
(mengangguk) Makasih.
Ge mengusap ujung mata Hana yang kembali berair. Hana balik menatap Ge sendu.
HANA (CONT’D)
Diomelin tuh ngeselin Ge. Tapi bikin kangen juga.
GE
Mama kalau ngomel gimana emang?
HANA
Ngomongnya cepet banget dan suaranya bisa naik sampai tiga oktaf.
Hana tertawa kecil, sementara Ge mengangguk pelan sembari tersenyum.
HANA (CONT’D)
Mama tuh orangnya jujur banget, dan dia tegas. Beberapa orang akan mikir dia galak, tapi sebenernya nggak. Dia tahu mana yang benar, mana yang salah. Mama juga nggak pernah lepas kendali. Dia tahu betul kalau apa yang dia lakuin itu buat kebaikan semua orang. Dan aku juga tau kalau Mama begitu karena sayang sama aku.
GE
Mama pasti sayang banget sama kamu ya?
HANA
(tersenyum) Iya. Tapi, itu juga yang jadi kelemahan Mama.
GE
Kelemahan gimana?
HANA
Rasa cinta dan kasih sayang mama yang besar itu kelemahan yang membunuh Mama. Mama bunuh diri, dia benturkan kepalanya ke dinding berkali-kali sampai hancur tak berbentuk setelah tahu Papa selingkuh. Saking besarnya rasa cinta Mama ke Papa.
Kali ini Ge tidak dapat berkata apapun. Fakta tentang orang tua Hana terlalu mengejutkan untuknya.
HANA (CONT’D)
Itu semua udah lebih dari 15 tahun yang lalu, tapi aku masih inget jelas. Suara dentuman di tembok, papa yang jarang pulang, mama yang nggak pernah aku liat lagi...
Ge memeluk Hana yang mulai menangis. Ia menepuk pelan punggung Hana berkali-kali, berusaha menenangkan Hana dari tangisannya yang menderas.
CUT TO:
SC 44. INT. RUANG MAKAN - RUMAH HANA - NOON
Hana sudah berhenti menangis. Ge menghidangkan mie kuah panas ke hadapan Hana, tidak lupa dengan telur di atasnya.
GE
Maaf ya aku cuma bisa masak mie.
HANA
Nggak apa-apa.
Hana bangkit dan mencari sesuatu dari dalam kulkas. Tapi, Hana kembali menutup pintunya tanpa mengambil apapun.
GE
Nyari apa?
HANA
Kimchi.
GE
Lah kimchinya mana?
HANA
Habis. Aku harus ambil di bunker.
GE
Mau aku ambilin? Aku penasaran sama tempat itu.
Hana terdiam sejenak, lalu ia mengangguk pelan. Anggukan yang membuat Ge bangkit dari tempat duduknya.
HANA
Nanti ambil di tong yang ada tulisan nomor 1 ya. Yang lainnya masih kosong.
GE
Oke.
Ge berjalan melewati pintu belakang menuju halaman belakang yang luas dengan beberapa pohon rindang yang tumbuh di sana. Ge baru menyadari bahwa di pinggir tembok belakang rumah ditumbuhi macam-macam bunga yang ditanam dalam pot bata. Ge juga menyadari bahwa mangga di beberapa pohon telah siap dipetik.
Ge telah sampai di bunker penyimpanan kimchi. Ketika Ge membukanya, pintu kayu bunker itu berderit keras. Ge menjadi yakin bahwa bunker ini sudah ada sejak lama.
Dari pintu, terlihat bahwa gentong kimchi yang dimaksud terletak sekitar satu setengah meter di bawah tanah. Ge menuruni tangga kayu perlahan, takut tangga tersebut serapuh pintu bunker. Begitu sampai di bawah, kepala Ge mengenai sebuah tali yang menggantung. Ge menarik tali tersebut dan lampu pun menyala, menerangi bunker walaupun sinarnya agak temaram.
Ada enam tong di bunker. Semua tong terbuat dari tanah liat dan berukuran sebesar tong kompos. Di badang tiap tong, diberikan angka yang berbeda-beda mulai nomor 1-6 dengan cat putih. Ge segera membuka tong nomor 1. Tong itu benar-benar terisi kimchi sekitar setengah badan tong. Ge mengambil kimchi tersebut dan memasukkanya ke dalam kotak makan.
Setelah selesai, Ge kembali menutup tong tersebut. Tapi, ada rasa penasaran yang menggelitikinya. Ge melihat tong-tong bernomor lain. Ia meraih tutup tong dan membukanya satu per satu mulai dari nomor 2.
Semuanya kosong.
Begitu pula dengan tong-tong berikutnya. Tidak ada apapun di dalamnya. Ge sedikit kecewa lantaran rasa penasarannya berakhir begitu saja. Ia berbalik dan keluar dari bunker.
CUT TO:
SC 45. INT. RUANG MAKAN - RUMAH HANA - NOON
Ge dan Hana makan dengan tenang, hanya ada bunyi menyeruput kuah di antara mereka.
HANA
Kalau kamu gimana Ge?
GE
(menghadap Hana) Hm?
HANA
Kamu nggak kangen orang tuamu?
Ge menatap Hana sebentar, lalu ia kembali menyeruput mienya.
GE
Nggak tau.
HANA
Kok nggak tau sih?
GE
(menatap Hana) Tapi aku emang beneran ga tau.
HANA
Kenapa?
GE
Mungkin karena hubungan kami nggak bagus.
Ge meminum sisa kuah di mangkuknya. Setelah selesai, Ge meminum segelas air putih. Sementara itu, Hana diam menunggu.
GE (CONT’D)
Aku udah pernah cerita ke kamu kan soal orangtuaku?
HANA
Sedikit.
GE
Mereka terlalu abai, aku jadi terlalu bebas. Bokap jarang pulang. Mungkin dia mikir selama aku dikasih duit, aku bakal jadi anak baik-baik. Nyokap juga hobinya keluyuran, nanti balik ke rumah sama laki-laki lain kalau udah mabuk. Padahal mereka nggak pernah ngasih perhatian sedikit pun, tapi sekolahku harus bener, nilaiku harus bagus, harus bisa hidup sesuai norma dan agama. Bullshit semuanya!
HANA
Kalau gitu, apa perasaan yang sering muncul ketika kamu inget keluargamu?
GE
Jijik.
Ge tertawa getir. Dia meminum segelas air lagi.
GE (CONT’D)
Dan mungkin marah juga ya. Abisnya, setelah mereka meninggal, aku nggak dapat banyak uang watisan walaupun bokap katanya pengusaha besar. Menurut kamu kenapa?
HANA
(menggeleng) Kenapa?
GE
Uangnya habis buat foya-foya. Bukan sama aku. Tapi sama simpenan bokap. Dia dapet segalanya dan tahu segalanya, sampai pin ATM bokap juga dia tau. Begitu denger kabar bokap kecelakaan, dia langsung tarik semua uang di ATM bokap dan kabur tanpa jejak.
Kali ini Ge tertawa keras sampai memegangi perutnya. Menurutnya, tidak ada hal yang lebih lucu daripada itu. Hana hanya dapat melihatnya dengan ekspresi datar.
GE (CONT’D)
Sejak itu, aku jadi pengemis deh. Nebeng kekayaan siapapun. Satu-satunya temenku cuma Alex, gak ada yang lain. Yang lain tuh bukan temen, tapi lebih kayak lintah pengisap. Waktu kaya aku diperas, pas susah langsung aja ditinggalin.
HANA
Temen-temennya Alex?
GE
(menggeleng) Mereka cuma temen-temen Alex.
HANA
Kalau gitu kenapa kamu marah waktu aku bilang mereka bukan temen kamu?
GE
Karena itu berarti aku bakal kesepian lagi.
Ge membuang muka. Tangan kanannya bertumpu pada kursi, menggaruk kepala. Tangan kirinya di atas meja, gemetar. Melihat itu, Hana menggenggam tangan kiri Ge dengan kedua tangannya.
HANA
Kamu nggak akan kesepian lagimulai sekarang.
Mereka berdua saling pandang, menciptakan semacam pengertian.
CUT TO:
SC 46. INT. KAMAR HANA - RUMAH HANA - NIGHT
Jam menunjukkan pukul dua malam. Hujan masih turun dengan derasnya di luar. Ge dan Hana yang memutuskan untuk tidur di rumah Hana, tengah tidur bersebelahan di kasur yang sama.
Suasana yang awalnya hening, tiba-tiba jadi mencekam. Muncul suara benturan keras yang terjadi berkali-kali, perlahan mengalahkan suara hujan dan detik jam.
Masih dengan mata terpejam, Ge menyadari hal tersebut. Dahinya mulai mengernyit. Ia coba menyampingkan badan menghadap Hana dan menutup telinganya, tapi suara itu masih terdengar seolah-olah ia hinggap di kepala Ge.
Ge berbalik, masih dengan mata dan telinga yang tertutup. Tapi, suara benturan itu tidak hilang, melainkan makin keras. Hingga akhirnya Ge tidak tahan. Ia duduk dan membuka matanya.
Tepat saat itu juga, sosok dengan kepala hancur yang pernah ditemuinya ada di depan matanya.
Ge tersentak ke belakang. Mulutnya terbuka lebar, tapi tidak dapat berteriak. Sosok itu mendekati Ge. Kini, ia tepat di depan wajah Ge sampai-sampai helaan nafas Ge dapat menyentuh bagian kepalanya yang belum sepenuhnya hancur.
Sosok tersebut mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Ge.
Saat itu juga Ge membuka mata. Ia duduk dan melihat sekeliling. Sosok itu telah hilang. Nafas Ge terengah-engah. Keringat Ge mengucur deras, hampir sama derasnya dengan hujan di luar. Ge melihat jam, lalu melihat Hana yang tidur pulas tepat di sampingnya.
Ge memegangi kepalanya, berusaha meyakinkan diri bahwa dia hanya sedang bermimpi buruk. Tapi, dia masih bisa merasakan sesuatu yang bernafas tepat di seberang matanya, sampai-sampai Ge tidak dapat memalingkan mata dari sana.
Ge juga masih mendengarnya, walaupun suaranya semakin jauh.
Sebuah permintaan tolong.