Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SC 7. INT. RUMAH HANA - KAMAR TAMU - MORNING
Ge membuka mata. Ia berusaha duduk dan melihat sekitar.
Ge menyadari bahwa ia berada di sebuah kamar dengan interior serba putih yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.
Ge panik, masih tidak tahu apa yang telah terjadi semalam. Hingga akhirnya pintu kamar itu terbuka.
HANA
Udah bangun?
Seorang perempuan cantik berambut pendek menyambut Ge. Ingatan Ge samar tentang perempuan ini.
HANA (CONT’D)
(menghampiri Ge) Ini baju kamu.
Ge baru menyadari bahwa ia tidak berpakaian. Ia mengambil bajunya dari tangan Hana (25) dan bergerak ke sudut kasur, berusaha menjauhi Hana.
GE
Kamu siapa?
HANA
Kamu lupa sama aku?
GE
(kebingungan) Kita pernah ketemu?
Hana tidak menjawab pertanyaan itu. Ia hanya tersenyum.
HANA
Coba ingat-ingat lagi Ge.
GE
(terkejut) Kamu tahu namaku?
Hana mengangguk.
HANA
Kalau gampang mabuk, harusnya jangan kebanyakan minum.
Ge terkejut dengan pernyataan itu. Pikirannya mencoba kembali ke peristiwa semalam, yang tidak dapat ia ingat.
GE
Kamu tahu sesuatu kan? Ada apa semalam? Aku ngapa-ngapain kamu?
Lagi-lagi Hana hanya tersenyum. Kali ini Hana berdiri dan segera beranjak keluar kamar.
HANA
Kita keluar dulu yuk. Aku jelasin semuanya sambil makan. Mungkin, kamu juga bakal ingat aku lagi kan?
GE
Tunggu bentar...
Saat itu juga, perut Ge berbunyi. Wajah Ge berubah merah menahan malu.
HANA
(tertawa kecil) Aku tunggu kamu di ruang makan, oke?
Hana keluar kamar, meninggalkan Ge dan pintu yang setengah tertutup
CUT TO:
SC 8. INT. RUMAH HANA - MORNING
Ge keluar dari kamar tamu yang letaknya di samping ruang tamu.
Ge berjalan menyusuri ruang tamu dan ruang keluarga menuju ruang makan yang terletak di bagian belakang rumah, di samping dapur.
Ge berdiri di samping meja makan. Di atas meja telah tersedia nasi, kimchi, dan berbagai macam lauk.
HANA
Kok nggak duduk?
Hana mematikan kompor dan membawa sepanci sup ke meja makan.
Sementara itu, Ge duduk di salah satu dari empat kursi yang mengelilingi meja makan.
Hana menaruh sup di meja lalu duduk di seberang Ge. Wajah Hana selalu dihiasi senyuman.
HANA (CONT’D)
Maaf ya, seadanya aja.
GE
Ini beneran boleh dimakan semua?
HANA
(tertawa kecil) Beneran dong.
Hana mengisi piring dengan nasi, lalu memberikannya pada Ge.
HANA (CONT’D)
Ini. Kamu ambil lauknya sendiri ya.
GE
Oke.
Ge langsung mengambil ayam goreng.
HANA
Bilang makasih boleh lho.
GE
(tertegun)
... makasih.
HANA
Jangan lupa ambil supnya. Sayuran bagus lho buat ngilangin mabuk.
Ge kembali terdiam. Ia lalu mengambil sup.
Sambil makan, Ge terus mengamati Hana. Sejak kesadarannya kembali, ia mulai ingat sesuatu. Ia memang pernah bertemu Hana, tapi entah di mana.
Keheningan melanda untuk beberapa saat hingga Hana angkat bicara.
HANA
Jadi, kamu mau tahu seberapa mabuk kamu semalam?
GE
(berhenti makan) Aku nggak berbuat sesuatu yang memalukan kan?
HANA
Kalau muntah sepanjang perjalanan kemari kamu anggap hal memalukan, berarti iya.
GE
Shit.
Ge hendak makan kembali, sebelum mulutnya kembali bicara.
GE (CONT’D)
Tapi cuma itu kan?
HANA
Sejauh ini sih, iya.
Ge dan Hana kembali melanjutkan makan dengan diselimuti kecanggungan.
Ge telah menyelesaikan makannya. Sedangkan Hana masih tersisa sedikit.
GE
Jadi sebenarnya kamu ini siapa?
Hana menatap Ge tanpa menjawab pertanyaan tersebut. Ia menghabiskan makanannya terlebih dahulu.
HANA
Kamu masih belum ingat siapa aku Ge?
GE
Aku inget aku pernah lihat kamu, tapi...
HANA
(tersenyum) Tapi?
GE
Aku nggak inget nama kamu siapa.
Hana menunduk, menghela nafas. Lalu ia kembali menatap Ge lekat-lekat dengan matanya yang besar itu.
HANA
Mungkin karena malam itu kamu agak mabuk ya.
GE
Malam itu kapan?
HANA
Beberapa minggu lalu. Di kelab juga kok.
GE
Kelab semalem?
HANA
(menggeleng) Padahal aku dateng loh ke foodcourt itu.
Ge mulai teringat akan aksinya sebelumnya.
HANA (CONT’D)
Tapi kamu pasti lupa ya? Kan ada empat perempuan lain juga waktu itu?
Ge kini ingat semuanya. Dia perempuan kelima.
GE
Hana?
Hana kembali tersenyum dan mengangguk pelan.
CUT TO:
SC 9. INT. RUANG MAKAN - RUMAH HANA - MORNING
Hana tengah mencuci piring. Sementara itu, makanan di meja sudah ditutup tudung saji.
Ge masih duduk di tempatnya. Ia diliputi rasa bersalah dan takut.
GE
(menunduk) Sori, tapi itu...
HANA
Buat konten kan?
Ge melihat Hana yang masih mencuci piring.
HANA (CONT’D)
Seru?
GE
Kamu marah?
HANA
Masa enggak?
GE
Terus, kenapa kamu bawa aku ke rumahmu?
Hana sudah selesai mencuci. Ia mematikan keran dan berbalik menghadap Ge.
HANA
Karena kamu butuh bantuan.
GE
Cuma itu?
Hana tidak menjawab. Ia beradu mata dengan Ge. Mereka coba saling membaca satu sama lain.
GE (CONT’D)
Kalau nggak ada... (berdiri)
aku bakal pergi sekarang. Makasih banyak bantuan dan makanannya.
Ge baru berjalan beberapa langkah ketika Hana kembali angkat bicara.
HANA
Sebenernya ada yang aku mau dari kamu.
Ge berhenti.
HANA (CONT’D)
Ayo kita kencan. Yang beneran, asli dan bukan buat konten.
GE
(berbalik melihat Hana) Gini ya...
HANA
Aku suka kamu.
Ge terdiam sejenak. Pikirannya dilanda kebingungan.
GE
Kamu pikir aku bakal...
HANA
Aku serius.
Hana menatap Ge lekat-lekat, tatapan yang membuat Ge mengalihkan pandangannya. Ge tahu bahwa perempuan ini serius. Lebih dari itu, dia berbahaya.
Tanpa banyak bicara, Ge berjalan keluar ruang makan. Dalam pikiran Ge, perempuan ini pasti gila.
Ge kembali ke kamar tamu, mengambil dompet. Lalu ia segera beranjak ke pintu depan dan menarik tuasnya.
Terkunci.
Sementara itu, dari belakang terdengar suara langkah kaki Hana yang mendekat bersama gemerincing benda logam. Tubuh Ge kaku, bahkan sulit baginya untuk menoleh.
HANA
Minggir dulu.
Hana menggeser tubuh Ge, lalu berusaha membuka kunci.
HANA (CONT’D)
(membuka kunci) Rumah di perbukitan begini lumayan serem karena sepi dan jauh dari tetangga. Kalau mau ke jalan besar juga lumayan jauh.
Hana berhasil. Ia membukakan pintu untuk Ge.
HANA (CONT’D)
Tapi kamu bisa pesan taksi langsung kemari kok. Sama ini...
Hana memberikan jaket Ge yang tertinggal. Ge langsung menyambarnya dari tangan Hana dan memakainya.
Ge keluar dari rumah Hana dan menyadari bahwa rumah tersebut benar-benar dikelilingi oleh hutan, seperti sebuah vila di daerah perbukitan. Di pelupuk mata, ia dapat melihat rumah lain yang jaraknya hampir 100 m jauhnya.
Ge berjalan tergesa-gesa melewati mobil hitam Hana yang terparkir di depan rumah. Ia memutuskan akan berjalan kaki ke jalan raya, tidak sudi menunggu di rumah tersebut.
Tapi lagi-lagi suara Hana menghentikan langkah kaki Ge.
HANA
Ge!
Ge menoleh sekilas.
HANA (CONT’D)
Kita pasti bakal bertemu lagi. Pasti!
Ge tidak menjawab. Ia terus berjalan mengikuti jalan setapak.