Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Here Comes Another Prank
Suka
Favorit
Bagikan
6. First Time

SC 29. INT. RUANG MAKAN - RUMAH HANA - NOON

Di luar hujan turun dengan derasnya. Ge duduk di ruang makan, sementara Hana membuatkan teh di dapur.

Hana mendatangi Ge dengan membawa seteko penuh dengan teh panas. Ge mengambil gelas yang telah ada di meja dan mengisinya dengan teh, begitu juga Hana.

HANA

Tehnya nggak manis banget nggak apa-apa kan?

GE

Iya, nggak masalah kok.

HANA

Semoga aja hujannya cepet reda ya.

Sambil meminum tehnya, Ge memerhatikan ke arah halaman belakang Hana yang jauh lebih luas daripada halaman rumahnya, di mana bunga-bunga bermekaran di sana, lewat pintu kaca. Mata Ge melihat satu tempat dengan pintu kayu di satu sudut dekat dinding pembatas. Jerami menutupi daerah di sekeliling tempat tersebut.

GE

Yang kamu pernah bilang tempat bikin kimchi itu yang di sana itu? (menunjuk pintu kayu)

HANA

Iya. Kamu pernah nonton drama Crash Landing On You? Konsepnya meniru

itu.

GE

Aku nggak nonton drakor.

HANA

Coba nonton deh. Bagus lho.

GE

Drama baru ya?

HANA

(membuat tanda kutip) ’Relatif’ baru.

GE

Berarti kamu juga baru akhir-akhir ini punya tempatnya?

HANA

(menggeleng) Nggak. Dari sejak aku kecil tempat itu udah ada kok. Aku udah pernah cerita kan kalau papa langsung bikin bunker sehabis pulang seminar dari Korea?

GE

Aku kira seminarnya baru-baru ini.

HANA

(menggeleng) Nggak. Udah lama banget itu.

Hana menyudahi perkataannya. Ge kembali meminum teh. Mereka berdua terdiam dengan latar belakang suara hujan.

HANA (CONT’D)

Kamu kenapa baik banget hari ini? Kayaknya sebelumnya nggak pernah begitu?

GE

Nggak cocok ya?

HANA

(menggeleng)

GE

(tertawa kecil) Kok gitu?

HANA

Abisnya, sampe kemarin sore tuh ya, kamu tuh super jutek bin ketus sama aku. Tiba-tiba siang ini kelakuan kamu udah manis gini. Aneh ga sih?

GE

Dikit.

HANA

(tertawa) Nggak. Sama sekali nggak dikit.

GE

Dikit dong, abisnya kan...

Dering ponsel Ge membuat perkataan Ge terhenti. Ia melihat nama seseorang di sana. Alex.

Ge mengangkat telepon tersebut.

GE

Yo.

GE (CONT’D)

Ngga sibuk sih?

GE (CONT’D)

Boleh deh, dimana?

Hana diam memerhatikan Ge. Ia menduga-duga tentang apa yang Ge dan Alex bicarakan.

Akhirnya Ge selesai. Ia menutup telepon.

GE (CONT’D)

Sori, ini Alex.

HANA

Diajakin pergi minum lagi ya?

GE

Iya. Cewek barunya ulang tahun. Abis hujannya berhenti aku bakal langsung balik nih kayaknya.

HANA

Kamu udah temenan berapa lama sama Alex?

GE

Dari SMA. Udah hampir sepuluh tahun berarti.

HANA

Alex baik ya?

GE

Baik dia tuh. Suka nraktir. Orangnya ramah juga sih.

HANA

Kalau kekurangannya?

Ge merasakan sesuatu yang aneh dari pertanyaan Hana. Terutama dari tatapan mata Hana yang seolah menyedot Ge ke dalamnya.

GE

Sori, aku gak nyaman membicarakan keburukan teman di belakang.

HANA

Ah, sori.

Ge dan Hana minum teh yang ada di gelas mereka masing-masing. Mengambil jeda.

HANA

Oh iya.

GE

Apa?

HANA

Waktu aku ke rumah kamu, kok aku boleh aja gitu di sana sampai malem?

GE

(tersenyum) Karena nggak bakal ada yang larang.

HANA

Tapi yang di ruang tamu foto orang tua kamu kan?

GE

Emang.

HANA

Kita sama?

GE

Ya.

HANA

I’m sorry.

GE

It’s okay.

HANA

How’s them? When they’re still alive?

GE

They’re kind.

Ge dan Hana terdiam. Hana menatap mata Ge lekat, menunjukkan ketertarikannya. Ge membalas tatapan mata Hana, tetapi tidak bisa menolak keingintahuan Hana.

GE (CONT’D)

Mereka orang tua yang baik. Selalu ngebebasin aku buat ngelakuin apapun yang aku suka. Mungkin karena mereka juga sibuk ya.

HANA

Kerja semua?

GE

Bokap pengusaha. Nyokap sosialita. Aku nggak terlalu ngerti juga sih. Kalau dipikir lagi, mungkin alasan aku bebas ngapain aja bukan karena mereka baik ya? Tapi lebih karena mereka males perhatiin aku.

HANA

Berarti mereka orang tua yang baik atau buruk?

GE

Baik lah.

HANA

Kualitas hidup orang ditentukan dari saat terakhirnya di dunia Ge.

Ge tidak bisa memikirkan apapun lagi. Mata Hana dan segala pertanyaannya membuat pikiran Ge kosong.

HANA (CONT’D)

Apa di saat terakhir mereka baik sama kamu?

GE

(mata turun ke kanan bawah, memikirkan kembali)

Mereka... (mengernyitkan mata) Mereka baik. Orang tua mana yang nggak baik sama anaknya?

HANA

Kenapa mereka meninggal?

GE

Kecelakaan.

HANA

Apa yang terjadi sebelumnya? Antara kamu dan mereka?

GE

(mengernyit, menggelengkan kepala) Something bad.

HANA

Pertengkaran?

GE

Nggak.

HANA

Trauma?

GE

Nggak.

HANA

Apa mereka benar-benar orang tua yang baik buat kamu?

GE

Nggak.

Ge sadar akan apa yang baru saja dia ucapkan. Kesadarannya kembali. Ia marah dan menggebrak meja.

GE

(berdiri) Cukup udah! Apa-apaan kamu? Mau menghakimi hidupku?

Hana hanya diam di tempat melihat Ge yang berdiri dengan marah di hadapannya. Tatapannya sedingin es. Mukanya datar bagai tidak ada yang terjadi.

HANA

Kamu bodoh Ge.

Nafas Ge memburu. Dia sangat ingin menghancurkan kepala perempuan di hadapannya ini.

Ge melemparkan gelas di tangannya ke samping Hana. Hana tidak bergeming. Ia masih menghadapi Ge dengan sikap tenangnya.

HANA (CONT’D)

Kamu kekurangan kasih sayang dari orangtuamu dan menganggapnya sebagai kebebasan. Kamu tidak pernah punya hubungan yang baik dengan mereka sebelumnya, tapi kamu menganggap mereka baik karena posisi orangtua di masyarakat memang harus sebagai orang baik kan? Orang yang kamu anggap teman baik juga sebenarnya bukan orang yang dapat memahami kamu. Dia dan yang lainnya. Kamu bertahan berteman dengan dia bukan karena kamu senang dan nyaman ada di dekatanya, tapi karena mereka seperti ATM berjalan bagi kamu kan?

GE

Kamu...

HANA

(memotong Ge) Coba kamu lihat lagi Ge. Apa yang saat ini kamu kerjakan? Apa yang kamu miliki? Apa yang kamu kuasai? Apa hidup dengan memanfaatkan orang lain menyenangkan? Atau kamu merasa terkurung dengan keberadaan orang-orang di sekitarmu? Apa kamu sadar kalau sekarang ini, kamu marah bukan karena kamu kesal aku menghakimi hidupmu, melainkan karena apa yang baru saja aku katakan semuanya benar?

Ge naik pitam. Ia menampar Hana hingga Hana jatuh dari kursi. Ge mengangkat kursi, bersiap menghantamkannya ke kepala Hana.

Tapi Hana hanya duduk melihat Ge. Tatapan matanya seolah menantang Ge.

HANA (CONT’D)

Kamu tidak akan bisa memukulku.

Nafas Ge memburu, tapi ia berhenti bergerak.

HANA (CONT’D)

Seperti yang aku katakan di bukit sebelumnya...

Mata Ge melotot, wajahnya merah karena marah. Ia menggertakkan gigi.

HANA (CONT’D)

Kamu itu orang yang baik Ge.

Ge hilang kesabaran, tapi tak kuasa melemparkan kursi tersebut kepada Hana. Akhirnya dia lempar kursi itu ke pintu kaca.

Kacanya pecah berhamburan. Ge tidak tahan lagi.

GE

(berteriak)

AAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!

Ge berjalan ke arah pintu depan dengan penuh kemarahan. Ia akan pergi dari rumah itu saat ini juga.

CUT TO:

SC 30. EXT. HALAMAN RUMAH - RUMAH HANA - NOON

Ge keluar rumah. Hujan deras mengguyur tubuhnya tapi kemarahannya tidak mereda sedikit pun.

Tiba-tiba dari arah belakang, Hana memeluk tubuh Ge.

Ge berusaha menghempaskan tubuh Hana. Tidak berhasil. Hana tetap memeluknya erat-erat.

GE

Lepas!

Hana tidak bereaksi. Ia hanya makin memeluk Ge erat.

Ge membalik tubuhnya, berusaha mendorong Hana menjauh. Tetapi Hana makin melingkarkan tangannya pada pinggang Ge.

GE (CONT’D)

Lepasin!

HANA

Maaf Ge! Maaf. Aku salah. Harusnya aku nggak ngomong gitu ke kamu.

GE

Lepas atau aku pukul kamu!

HANA

Pukul aja aku!

Ge menampar Hana sekali lagi. Tetapi pelukan Hana belum juga lepas dari tubuhnya.

HANA (CONT’D)

Pukul lagi! Sampai kamu puas! Aku pantes dipukul! Aku udah salah sama kamu. Udah jahat sama kamu.

Hana mendongakkan kepala. Walaupun hujan menutupinya, tapi tampak jelas bahwa ia menangis.

Ge tidak tega melihatnya. Perasaan bersalah menyelimuti hatinya.

HANA (CONT’D)

Maaf Ge. Maaf. Aku udah ngomong sembarangan soal kamu. Aku janji nggak akan kayak gitu lagi. Makanya...

(suara bergetar)

Jangan pergi...

Ge menjadi iba. Tanpa sadar, ia melingkarkan tangannya ke tubuh Hana.

CUT TO:

SC 31. INT. KAMAR TAMU - RUMAH HANA - NOON

Ge duduk di kasur, sementara itu Hana berdiri di hadapannya. Mereka berdua tengah mengeringkan diri dengan handuk. Tetapi baju mereka basah.

Ge melihat ke satu persatu bagian tubuh Hana. Wajah tercantik yang pernah ia lihat. Leher putihnya yang panjang, hanya tertutup segelintir rambutnya yang pendek. Tulang selangkanya yang terukir indah. Payudaranya yang terbungkus kaos ketat akibat basah.

Ge merasakan aliran darah yang menguatkan kemaluannya.

HANA

(mendekati Ge) Sudah?

GE

Ya.

HANA

Sini handuknya. Sama lepas aja bajunya, biar aku kasih kamu yang baru.

GE

Kamu juga lepasin?

HANA

Hah?

Ge menarik tangan Hana, membuat wajah Hana jatuh sejajar tepat di depan wajah Ge.

Ge mencium bibir Hana ringan.

GE

Apa kamu bakal pergi?

Hana menggeleng. Ge tersenyum. Ia mencium Hana lagi.

GE (CONT’D)

Di sini aja kalau gitu.

HANA

Aku bakal tetap di sini kalau itu mau kamu.

Ge mencium Hana. Kali ini menggunakan lidahnya. Hana hilang keseimbangan dan menjatuhkan dirinya di atas tubuh Ge.

Ge memutar badan. Kali ini, Hana yang berada di bawahnya.

Mereka saling bertukar tatap.

Lalu saling berbalas cium.

Lalu saling melepas gairah.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar