Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. DI DALAM BIS KOTA - SIANG
Di antara kursi belakang bis yang kosong, El Jamal duduk sambil memandang lurus ke bawah. Ia tampak masih berduka.
Bis berhenti.
EXT. JALAR RAYA - CONTINUOUS
El Jamal turun. Ia melihat ke kiri dan ke kanan.
INT. WARTEG - CONTINUOUS
El Jamal baru saja menghabiskan makanannya. Ia menyalakan sebatang rokok dan mengambil tusuk gigi. Kala ia tengah masyuk mengorek-ngorek remah-remah makanan di sela-sela giginya, terdengar suara riuh-rendah dari arah jalan. El Jamal bangkit. Kita melihat orang-orang dari dalam Warteg pada berjalan keluar. Kita mengikuti El Jamal keluar warteg.
DI DEPAN WARTEG.
Sekitar 10 truk dan pengendara bermotor berkonvoi mengangkut ratusan orang warga Kampung Batu Balaq. EL Jamal bertanya kepada sembarang orang.
EL JAMAL
Apa yang terjadi?
ORANG ASING
Perang antar kampung. Masalah sepele --
El Jamal tersenyum. Ia segera kembali ke tempatnya makan.
Dengan sembunyi-sembunyi El Jamal mengeluarkan Badik Bugis-nya di dalam tas, dan menyelipkannya dibalik celana.
Ia membawa tasnya itu ke PEDAGANG WARTEG, 50'an.
EL JAMAL
(sambil mengeluarkan dompet)
Berapa, Pak?
PEDAGANG WARTEG
10 ribu.
El Jamal memberikan uangnya.
EL JAMAL
(sembari memberikan tasnya)
Pak, saya titip tas saya dulu sebentar. Nanti saya pasti akan kembali untuk mengambilnya.
Pedagang warteg mengangguk dan menerima tas tersebut. El Jamal berjalan keluar.
EXT. JALAN RAYA - CONTINUOUS
El Jamal menyeberang dan langsung naik ke salah satu truk.
EXT. SEBELUM MEMASUKI KAMPUNG NAGARA - JALAN - CONTINUOUS
Dari atas kepala truk kita melihat puluhan kepala-kepala warga Batu Balaq, termasuk El Jamal di antaranya. Mereka semua berdiri dengan memegang senjata. Kita juga dapat melihat truk-truk lain di belakangnya, melaju beriringan. Tiba-tiba truk berhenti.
Ayah si Pemudi, dengan motornya berjalan di samping truk sambil berteriak;
AYAH SI PEMUDI
(berteriak)
Oi, Kawan-kawan! Akses pintu masuk ke Kampung Nagara di tutup oleh plisi! Tapi kita tetap akan menyerang! Lewat pintu lain. Jadi Kawan-kawan saya minta semua turun di sini dan masuk ke Kampung Nagara lewat persawahan.
Orang-orang mulai turun dari truk.
Seorang JURNALIS, 30'an, dengan kamera di tangan, baru saja datang dengan diantarkan ojek. Ia turun dan langsung bergabung dengan mereka.
Semua orang berlumeran turun ke persawahan. Termasuk El Jamal. Dari tampak atas, kita melihat ratusan orang-orang berjalan di pematang sawah.
Pasukan di bagi dua, sebagian masuk lewat samping kiri, sementara sisanya lewat samping kanan.
EXT. KAMPUNG NAGARA - WARUNG KOPI - CONTINUOUS
Di depan pada warung kopi tersebut, terdapat lapangan bertanah.
Di meja depan Warung Kopi, berkumpul para warga Kampung Nagara yang sedang mengopi dan merokok, salah satu di antaranya adalah TETUA, 60'an, yang dihormati sekaligus disegani di Kampung Nagara. Tak lama dari itu, datang si PEMUDA membawa kabar.
PEMUDA
(dengan terengah-engah)
Mereka datang! Mereka datang!
TETUA
Siapa yang datang?
PEMUDA
Mereka... Warga Kampung Batu Balaq!
TETUA
Yang benar kau, Pemuda?
PEMUDA
Demi Tuhan! Mereka datang lewat persawahan... sedang bergerak kemari!
Tetua itu berdiri.
TETUA
(kepada warga)
Ayo, Semuanya! Kita bersiap! Kita bantai mereka semua itu!
Warga bersorak dan bersiap mengambil senjatanya masing-masing. Selain parang, tombak, dan galah, beberapa warga ada yang menggunakan bambu runcing.
INT. KAMPUNG NAGARA - JALAN - CONTINUOUS
Jalanan lurus yang di apit oleh rumah-rumah warga pada bagian kiri dan area persawahan pada bagian kanan itu kosong melompong. Jalanan tersebut hanya muat untuk satu mobil. Tapi seiring kita bergerak mundur, para warga Kampung Batu Balaq yang dipimpin oleh Ayah si Pemudi, mulai memasuki area jalan.
Kita melihat ke samping kanan di mana terdapat ratusan warga tengah berjalan di pematang area persawahan yang bertingkat.
Setelah semua warga Kampung Batu Balaq memasuki jalanan, kita melihat ratusan kepala berjalan menyesaki jalanan tersebut. Semua dalam keadaan tenang. El Jamal menerobos di antara rombongan agar berada di depan rombongan.
Dari arah persawahan, dengan pohon-pohon kelapa berdiri di antaranya, Jurnalis tengah memotret rombongan.
EXT. KAMPUNG NAGARA - LAPANGAN - CONTINUOUS
Dari kejauhan, pada belakang sederetan rumah-rumah warga dan Warung Kopi di mana warga Kampung Nagara telah bersiap menanti rombongan musuhnya, kita melihat asap hitam mengepul beterbangan ke langit. Samar-samar kita mendengar suara tembakan.
Masih di tempat yang sama, tak lama dari itu, muncullah kaki seseorang yang mengenakan celana jeans, dan parang yang tertuding ke tanah.
Dari arah persawahan, di belakang Ayah Si Pemudi dan sebagian warga, ratusan orang keluar dan berkumpul di lapangan. Mereka berbaris.
WARUNG KOPI.
Kita melihat si Tetua membanting kretek-nya ke tanah, sebelum akhirnya berdiri dan mengambil parangnya. Mereka mulai turun ke lapangan dan berbaris.
LAPANGAN
Setelah semua warga Kampung Batu Balaq berkumpul, dari dalam rombongan, muncullah El Jamal dengan tangan kosong, berbaris paling depan.
Di sisi lain lapangan, kita melihat Jurnalis mengambil posisinya untuk memotret.
PERANG PUN DI MULAI....
AYAH SI PEMUDI
(sambil mengacungkan parang)
SERAAAANNNGGGG!
Warga bersorak dan mulai bergerak maju sambil mengancungkan senjatanya.
Jurnalis segera memotret kejadian tersebut, di mana di antaranya terdapat El Jamal tengah berlari sambil mengacungkan tangannya.
WARGA KAMPUNG NAGARA.
Di antara ratusan warga, Tetua maju beberapa langkah dan berpaling ke arah warga. Lalu ia berteriak sambil mengacungkan parangnya.
TETUA
BANTAAII MEREKAAAA!!!
Warga bersorak dan mulai bergerak menyerang dengan mengancungkan senjata.
LAPANGAN.
Dari tampak atas, di tengah-tengah lapangan bertanah, kita melihat kedua belah pihak saling bertemu. Mereka saling menyerang satu-sama-lain.
DI ANTARA PEPERANGAN.
Di antara orang yang saling menyerang satu-sama-lain, kita melihat El Jamal, dengan tangan kiri menangkis serangan parang. Si Penyerang terkejut sekaligus takut. Sementara El Jamal terheran-heran melihat dirinya tidak merasa kesakitan atau pun terluka. El Jamal tersenyum melihat kesaktiannya itu berhasil. Ia kemudian balik menyerang Si Penyerang dengan bogem mentahnya.
Seperti orang yang kesetanan, Si Tetua yang berlumuran darah di wajah dan tubuhnya yang telanjang, menyerang dengan sadis dan membabi buta. Ayah si Pemudi menyerang si Tetua dari belakang dengan parang. Sama halnya dengan El Jamal, ia tak merasakan apa-apa. Ia berbalik dan menusuk Ayah si Pemudi dengan parangnya.
CUT TO BLACK.