Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
El Jamal : Kota, Darah, & Kejahatan Di Dalamnya
Suka
Favorit
Bagikan
7. BAB II : KITA BUKAN PELACUR (PART III)

INT. KAMAR SEWA EUIS - SIANG

Euis masuk setelah membuka sepatunya. Di belakangnya, Maemunah mengintip kedalam kamar sembari melepas sepatunya.

EUIS

Ayo, masuk, Mae... Aduuuh! Sori ya tempatnya berantakan.

Maemunah masuk sembari menggeranyangi seisi ruangan. Keluguan dan rasa canggung tampak dari setiap gerakannya. Ia menutup pintu.

MAEMUNAH

Kau tinggal sendiri di sini, Euis?

EUIS

Dulu sendiri. Sekarang kan sudah ada kamu yang menemani.

Euis membuka gorden jendela dan menyalakan kipas angin. Ia melepas jaket juga celananya. Lalu melempar tubuhnya ke atas ranjang. Rebahan. Ia menggeliat nikmat.

EUIS

Istirahatlah, Maemunah. Nanti malam kita ...

Ia menguap. Dan Euis pun terlelap. Maemunah duduk di atas karpet. Barang bawaannya ia letakan di sampingnya. Satu-persatu, pakaian yang dibawanya ia keluarkan. Namun baru separuh jalan, Maemunah terlampau lelah dan mengantuk. Ia menguap dan menyandarkan kepalanya di atas tumpukan baju. Maemunah terlelap...

Malam pun tiba.

Ketika Maemunah tengah tertidur nyenyak, terdengar pintu kamar mandi dibuka. Euis membangunkan Maemunah. Ia baru selesai mandi. Kepala dan tubuhnya terbungkus handuk.

EUIS

Mae, Mae! Bangun, Sayang.

Perlahan Maemunah membuka matanya. Ia melihat Euis dengan mata memincing.

MAEMUNAH

(semberi menggeliat)

Jam berapa sekarang?

EUIS

Jam tujuh.

Maemunah duduk untuk mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu. Sementara Euis, di depan meja rias, tengah mengolesi lengannya dengan handbody.

MAEMUNAH

Nyenyak sekali tadi aku tidur...

Maemunah mengeluarkan handuk dan pakaian ganti.

MAEMUNAH

Kamu ada sikat gigi baru, Euis?

EUIS

Ada...

Euis membuka laci meja rias dan mengeluarkan sikat gigi baru dan memberikannya kepada Maemunah.

EUIS

Nih, sikat giginya.

MAEMUNAH

Makasih banyak, Euis. Kamu memang sahabatku yang paling baik.

Maemunah masuk ke dalam kamar mandi...

Setelah sesetel pakaian dikenakannya, di depan lemari Euis memilih pakaian untuk Maemunah. Ia meletakan pakaian itu di atas ranjang. Setelahnya, ia kembali duduk di meja rias untuk mengeringkan rambutnya.

Tak lama dari itu, Maemunah keluar dari kamar mandi.

EUIS

(menghentikan sejenak hairdryer-nya)

O-yah, sementara ini, kau pakai pakaianku dulu.

Maemunah melirik sesetel pakaian seksi yang telah disiapkan Euis. Ia terperanjat setelah melihatnya.

MAEMUNAH

Subhanallah! Euis! Apa tidak terlalu terbuka pakaianmu ini???

Maemunah mencoba pakaian tersebut dibadannya sembari berkaca pada cermin di meja rias.

EUIS

(menghentikan sejenak hairdryer-nya)

Nggak apa-apa kalau pakaianmu yang terbuka, Mae. Asal jangan kemaluanmu saja yang terbuka.

MAEMUNAH

Tapi ini --

Euis menghidupkan kembali hairdryer-nya. Maemunah, dengan sedikit ragu, mengenakan pakaian tersebut.

Setelah dikenakannya, Maemunah berpaling dan berkaca pada cermin meja rias. Euis melihatnya dan ia berpaling pada Maemunah.

EUIS

Masya Allah, Mae, kau cantik sekali! Seperti Julia Roberts!

Maemunah merasa risih dan kurang percaya diri dengan pakaiannya.

MAEMUNAH

Aku nggak tau, Euis, tapi pakaian ini terlalu terbuka. Apa ada yang lain?

Euis bangkit dan menuntun Maemumah untuk duduk di kursi meja rias.

EUIS

Sudah, nanti juga kau akan terbiasa dengan pakaian-pakaian seperti ini.

Maemunah duduk.

EUIS

Sekarang, kau duduk di sini, biarkan aku merias wajahmu yang cantik ini.

Maemunah menatap dalam bayangannya sendiri pada cermin. Tertegun melihat dirinya yang sama sekali berbeda.

EUIS

(sembari memberikan losion)

Pertama-tama, kau olesi ini di lengan dan kakimu.

Maemunah mulai mengolesi losion pada lengannya. Sementara Euis menjemur handuknya.

MAEMUNAH

Jadi, apa yang nanti harus aku lakukan?

EUIS

Um... Mari kita mulai dengan nama. Mulai detik ini, selama kamu di sini, kamu jangan panggil aku dengan nama Euis. Tapi, A-LICE!

MAEMUNAH

(terkekeh)

Alice?

Euis menghampiri Maemunah.

ALICE

Yap! Dan kamu juga jangan gunakan nama aslimu selama di sini. Apalagi sampai memberitahu orang lain. Cukup hanya kau dan aku saja yang tahu. Nah, untuk namamu, aku sudah menyiapkannya: MA-YA!

MAEMUNAH

MAYA?

EUIS ALIAS ALICE

Iyah. Bagaimana menurutmu, kau suka?

MAYA

(Mengangguk)

Terdengar bagus. Aku suka... Terus, kembali ke pertanyaan pertama, apa yang harus aku lakukan di sana nanti?

Alice mengambil bedak dan mulai merias wajah Maya.

ALICE

Sebentar... nanti dulu! Untuk selanjutnya adalah kepribadianmu. Perlu kamu ingat dan tanamkan pada dirimu, Maya, mulai sekarang kau adalah Maya. Bukan Maemunah! Tinggalkan dulu Maemunah-mu itu atau kalau perlu singkirkan. Kau harus fokus terhadap Maya. Ingat! Kau adalah Maya! MA-YA! Jangan kamu lupa itu!

MAYA

Aku adalah Maya!

ALICE

Bagus! Kau adalah Maya... Gadis yang cantik, yang merdeka, yang lahir dan besar di kota metropolitan. Bukan gadis kampung yang lugu!

MAYA

Aku adalah Maya. Gadis yang cantik, yang merdeka, yang lahir dan besar di kota metropolitan!

ALICE

... Dan pemberani!

MAYA

Dan pemberani!

ALICE

(terkekeh)

Dan pintar...

MAYA

(tertawa)

Dan pintar! 

ALICE

Nah, selanjutnya, jawaban dari pertanyaanmu... Di sana nanti kamu akan bertemu dengan banyak lelaki yang beragam jenis. Yang jelas, mereka datang untuk mendapat hiburan dan kesenangan. Dan kau harus memberikan itu semua kepada setiap lelaki yang memilihmu -

MAYA

Memilihku?

ALICE

Yah! Para lelaki itu nanti akan datang dan memilih siapa perempuan yang akan menemaninya.

MAYA

Sebentar, maksudmu menemani?

ALICE

Kita akan menemani mereka bersenang-senang. Kau tahu, bersenang-senang... Karaoke!

MAYA

Ohhh, karaoke... tempat untuk menyanyi itu-kan?

Alice berhenti merias Maya dan memandang wajah polosnya itu cukup dalam dan lama.

ALICE (V.O)

Astaga ya, Tuhan! Dunia macam apa yang aku tinggali? Yang membuat bocah polos sepertinya harus pergi meninggalkan kampung dan orang tuanya. Berkelana jauh ke negeri seberang hanya untuk menjadi wanita penghibur sepertiku? -- Melihatnya, sama seperti melihat diriku tiga tahun lalu. Oh, Maemunah, aku merasa berdosa telah membawamu kemari.

Euis tersenyum untuk menyembunyikan rasa simpatiknya kepada Maya.

ALICE

Ya dimana-mana juga karaoke adalah tempat untuk menyanyi, Maya! Kau bisa bernyanyi kan, May?

MAYA

Sedikit.

ALICE

(kembali merias)

Nggak apa-apa. Keterampilan menyanyi urusan yang kesepuluh. Yang paling penting di sini adalah keterampilanmu memberikan mereka kesenangan. Sehingga, ketika mereka merasa puas dengan pelayananmu, mereka akan datang kembali dan memilihmu. Itu yang terpenting, Mae... Eh sori, Maya.

MAYA

Nah - pertanyaannya, bagaimana caranya aku bisa memberikan kepuasan yang kau maksud itu kepada mereka?

ALICE

Ada banyak cara tapi kita buat sederhana saja. Turuti apa yang mereka mau. Pertama itu. Sisanya, kamu dapat berimprovisasi sepandai-pandainya kamu. Maksudku, lelaki-lelaki itu datang untuk mendapatkan kesenangan. Buatlah mereka senang. Sesederhana itu, May.

MAYA

Kalau begitu, berarti ini maksud dari perkataanmu beberapa waktu yang lalu bahwa aku harus merelakan diri untuk dipegang-pegang?

ALICE

Ya. Kau harus rela tubuhmu di pegang-pegang. Sori, bukan rela... Maksudku, kau harus menikmati setiap inci sentuhan tangan-tangan lelaki kesepian yang menyentuh tubuhmu. Hilangkan rasa sok sucimu itu, Maya, harga diri dan kemunafikan. Rasakan dan nikmatilah...

MAYA

Terus, terus... Apalagi?

ALICE

Lakukanlah dengan sepenuh hati, May. Dengan kebahagiaan, dengan hasrat dan gairah. Jangan sesekali kau melakukan semua itu dengan keterpaksaan. Jika begitu.. sederhana saja, May, sebagaimana yang pernah aku bilang tempo hari, kau tak lebih sama halnya dengan --

MAYA

-- Pelacur!

ALICE

Anak pintar...

Dan Maya telah selesai dirias.

ALICE

Amboii! Cantik sekali Maya-ku ini!

Maya tersenyum sambil melihat dirinya yang sama sekali berbeda di cermin.

EXT. KLUB COPACABANA - JALAN - MALAM

Sebuah Sedan Taksi Toyota Soluna berhenti. Sepasang kaki yang mengenakan hils turun dari taksi tersebut. Kita melihat itu adalah Alice. Maya datang menghampiri Alice dari pintu sebelah sana. Kita mengikuti mereka yang berjalan masuk ke arah klub.

Maya berjalan kepayahan sebab belum terbiasa mengenakan hils dan rok mini.

PINTU MASUK.

Seorang penjaga langsung mempersilahkan Alice masuk. Ketika Penjaga itu menoleh ke arah Maya. Alice bilang;

ALICE

Dia bersamaku...

Keduanya pun masuk ke dalam klub. Kita mengikuti mereka

EXT. KLUB COPACABANA - CONTINUOUS

Masuk ke dalam klub kita akan melewati lorong gelap yang berkelok sebelum akhirnya tiba di Ballroom yang megah. Suara musik jenis "Bossanova" yang tadinya terdengar redup, kini terdengar jelas.

Maya, yang baru pertama kali masuk ke tempat seperti ini dibuat takjub dengan gemerlap lampu warna-warni. Mereka menuruni tangga. Di tangga, sembari berlalu, mereka berpapasan dengan seorang pelayan.

ALICE

Hai, Ganteng!

PELAYAN

Oh-hai, Siti!

ALICE

Namaku Alice! Bukan Siti!

BAR.

Alice bertemu dengan MAMI DELLA, 50'an. Ia berlari manja menghampirinya.

ALICE

Mamiiiii....

MAMI DELLA

Aliceee...!

Di meja bar, kita melihat ada seorang lelaki tengah minum Tequilla Rapido sambil menghisap sigaret membelakangi kita.

Alice & Mami Della bercipika-cipiki. Setelahnya, Mami Della melirik ke arah Maya.

MAMI DELLA

Perawan mana lagi yang kau bawa?

ALICE

Teman sekolahku dulu, Mi... hehe

MAMI DELLA

Oh, dari Bandung?

Mami Della dan Maya bersalaman.

MAYA

Iya, Mi -- Maya.

MAMI DELLA

Della... Cantik, yah! Ikut Mami aja. Mau?

ALICE

(sembari menarik tangan Maya)

Dia nggak bisa nari, Mi. (kepada Maya) Ayo, May!

Mereka berjalan ke arah sebuah pintu samping panggung.

ALICE

Yang tadi itu seorang mucikari, May. Dialah yang mengurus Sumber Daya Manusia bagian striptis!

DI SAMPING PANGGUNG.

Ketika Alice hendak membuka pintu, PAPI CHULO, 40'an, keburu membuka pintu dari dalam. Ditangannya ia membawa sebuah laser.

PAPI CHULO

(dengan gemulai)

Eh, Alice! Ke mana aja kok baru nongol?

ALICE

Abis pulang kampung kan, Pi, dua minggu kemarin tuh.

PAPI CHULO

Terus, oleh-oleh buat Papi mana?

Papi Chulo milirik pada Maya, dan menudingnya dengan laser.

PAPI CHULO

Oh, ini yah?

ALICE

Husy! Sembarangan!

PAPI CHULO

Hehe, (kepada Maya) Bercanda kok, Sayang -- Tapi kalo mau juga nggak apa-apa kok. Kamu cantik, bisa jadi primadona.

ALICE

Nggak, Pi! Dia ikut Alice nyanyi di atas! (kepada Maya) Ayo, May!

Alice manarik tangan Maya dan mereka masuk ke dalam ruangan.

LORONG.

Kita dihadapkan pada sebuah lorong yang panjang. Ruangan pertama di bagian kiri adalah dapur, dan sebelah kanan adalah ruang adminitrasi, yang dapat kita lihat dari kaca pada pintunya.

ALICE

Nah, yang satu itu mucikari juga. Kamu jangan deket-deket sama dia. Dia berbahaya.

MAYA

Berbahaya?

ALICE

He-emm...

Seorang PIANIS, tersenyum & mengangguk kepada mereka.

Setelah melewati dua ruangan tersebut, Alice membuka pintu bagian kanan, dan di situlah ruang ganti para stripper, pemandu lagu, dan pelacur.

WARDOBE

Banyak perempuan-perempuan yang hanya mengenakan pakian dalam dan setengah telanjang di ruangan itu. Ketika masuk, orang yang pertama di cari Alice adalah MAMI ARTI, 45, bos-nya.

ALICE

Mami!

Mami Arti yang tengah berbicara dengan salah-satu anak Pemandu Lagu di meja rias menoleh ke arah Alice. Ia tersenyum.

MAMI ARTI

(sembari melambaikan tangan)

Alice!

Alice dan Maya menghampirinya. Alice & Mami Arti bercipika-cipiki.

ALICE

Gimana kabarnya setelah ditinggalin sama aku dua minggu, Mi?

MAMI ARTI

(sembari mencubit manja hidung Alice)

Allhamdulillah, baik. Uhh, Mami kangen banget sama kamu, Nak.

Mami Arti melirik pada Maya.

ALICE

O-yah Mi, kenalin temen aku, Maya. Inget yah, MA-YA!

Mami Arti menilik Maya dari atas sampai bawah dengan bibir yang tersenyum. Mereka berjabat tangan dan bercipika-cipiki.

MAMI ARTI

Umur berapa kamu, Nak?

MAYA

Sembilan belas, Mi.

MAMI ARTI

(terkekeh)

Uhhh, masih seger yahhh...

Maya tersipu sembari menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

MAMI ARTI

Bisa nyanyi?

MAYA

Bisa, Mih!

MAMI ARTI

Bagus! Nanti kamu ikut Mami ke atas yah.

Maya mengangguk. Selanjutnya, Mami Arti memperkenalkan Maya ke teman-teman yang lain.

MAMI ARTI

Hey-hey-hey! Mohon perhatiannya sebentar, Anak-anakku, yang cantik-cantik, yang baik-baik! Tak kenal maka tak sayang. Hari ini, kita kedatangan teman baru. Kenalin, namanya Maya! MA-YA!

Dengan malu-malu Maya mengangguk dan tersenyum kepada perempuan-perempuan yang ada di ruangan. Beberapa orang mulai menghampiri Maya dan mengajaknya berkenalan.

DISSOLVE TO :

INT. KLUB COPACABANA - LATER

Kita mengikuti dari belakang Seorang Lelaki menaiki tangga ke Lantai Atas. Setibanya di lantai atas, Lelaki itu melirik ke kiri dan ke kanan. Kemudian, muncul Mami Arti dari Ruang Tunggu Para Pemandu Lagu. Mami Arti langsung menyapa LELAKI tersebut setelah melihatnya.

MAMI ARTI

Hey, kemana aja kamu kok baru keliatan?

Mereka berjabat tangan.

LELAKI

Iya nih, Mih. Sibuk. Biasa... kerjaan. Gimana Mih, ada yang baru nggak?

MAMI ARTI

Oh-ada! Baru aja dateng tadi. Masih fresh... Special buat kamu.

(Mami Arti berpaling ke Ruang Tunggu)

Mayaaa! Mayaaaa! Sini, Nak.

MAYA (O.S)

Iya, Mi. Sebentar...

Maya muncul. Di ambang pintu, ia sejenak terpaku ketika pertama kali melihat Lelaki tersebut. Kita menghampiri Maya.

MAMI ARTI

Sini, Nak. Kenalin, temen Mami.

Dengan agak malu-malu Maya menghampiri Mami Arti. Sekarang, kita bisa melihat Lelaki tersebut. Ia adalah LUKAS SUHENDRA, 27, seorang polisi berpangkat BRIGADIR. Dan Maya, dengan kikuk, bersalaman dengannya.

LUKAS

(tersenyum)

Lukas... Lukas Suhendra. Kamu, kamu siapa namanya?

MAYA

Maya...

FADE TO BLACK.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar