Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
El Jamal : Kota, Darah, & Kejahatan Di Dalamnya
Suka
Favorit
Bagikan
1. PENDAHULUAN

EXT. REL KERETA API - SIANG - RAMUNDA, 1990

Dua orang bocah tengah berjalan menyusuri rel kereta api. Keduanya baru saja pulang dari SEKOLAH. Di rel sebelah kiri, EL JAMAL, 12, sementara sebelah kanan, MARSELANO, 12.

EL JAMAL

Selano!

MARSELANO

Hmmm....

EL JAMAL

Jawab pertanyaanku, benarkah seorang COBRA pernah memenggal kepala seseorang?

MARSELANO

Umm... Pernah. Sekali. Atau mungkin juga lebih?

EL JAMAL

Kau pernah bertemu dengannya?

MARSELANO

Tentu saja pernah.

EL JAMAL

Kapan?

MARSELANO

Waktu itu... sekali. Ketika aku mendorong sepedaku karena ban sepedaku bocor. Tiba-tiba ia menepi dan memberiku uang.

El Jamal berhenti. Berpaling ke arah Marselano.

EL JAMAL

(antusias)

Dia langsung yang memberikannya kepadamu?

Marselano berhenti melangkah. Berpaling ke arah El Jamal dan mengangguk.

EL JAMAL

Mengapa kau tak menceritakannya kepadaku?

MARSELANO

(lanjut melangkah)

Bodoh! Tidak semua hal harus aku ceritakan kepadamu, El Jamal! Lagipula, awalnya aku pun nggak tahu kalau itu Cobra, sampai seseorang memberi tahuku.

EL JAMAL

(lanjut melangkah)

Seperti apa bentuknya?

MARSELANO

Bentuk apanya?

EL JAMAL

Bentuk si Cobra!

MARSELANO

Dia tua. Rumbutnya telah memutih. Seperti kakekku.

EL JAMAL

Seperti kakekmu?

MARSELANO

Yah! Dia tua, rambutnya telah beruban... ia juga berkumis dan berjenggot. Sama seperti kakekku -- Aku nggak ngerti, El Jamal, mengapa semua orang memanggilnya Cobra? Padahal, tak ada satu kemiripan pun ia dengan seekor kobra.

EL JAMAL

Ha-ha! Aku juga semula berpikir bahwa dia bersisik sebagaimana ular, Marselano. Tetapi belakangan kuketahui, orang-orang bilang bahwa dia memiliki sebuah tato bergambar kobra di dada kirinya. Mungkin karena itulah dia dipanggil Cobra? Aku tidak tahu, aku belum pernah melihatnya.

MARSELANO

Boleh jadi seperti itu.

Beat.

EL JAMAL

Kelak, Marselano, ketika besar nanti aku akan menjadi seperti COBRA!

Langit siang itu tampak biru dan berawan.

E/I. RUMAH EL JAMAL - LATER

DEPAN RUMAH EL JAMAL.

Turun dari langit, El Jamal dan Marselano berpisah.

MARSELANO

Jangan lupa nanti sore!

EL JAMAL

Oke!

Kita mengikuti El Jamal masuk ke dalam rumah.

RUANG TAMU.

El Jamal meletakan tasnya di sofa butut ruang tamu. Pada dindingnya tergantung sebuah potret Bung Karno muda. Kita terus mengikuti El Jamal yang berjalan ke arah dapur. Melewati ruang tengah.

DAPUR.

El Jamal meraih gelas yang tergantung di rak piring. Di meja makan, ia menuangkan air teko ke dalam gelasnya. Lalu meminumnya dengan sekali teguk.

Kemudian, dari arah depan rumah terdengar suara motor 2 tax yang baru saja tiba. Tak lama dari itu, El Jamal dikejutkan oleh suara pintu rumah yang menghantam ke dinding. Ia segera berlari ke arah ruang tamu. Kita mengikuti El Jamal dari depan.

RUANG TAMU.

El Jamal mendapati ayahnya, TOP LIHIN, 48, tengah menyeret tubuhnya di lantai dengan tangan kiri memegang luka tusuk pada bagian perut. Mukanya babak belur dan pucat. Pakaiannya basah dilumuri darah.

EL JAMAL

(histeris)

BAPAAAKKKK!

El Jamal berlari ke arah Top Lihin. Kita bergerak ke arah ruang tengah. Dan masuk ke --

INT. RUMAH JUDI - SIANG

-- Seorang gadis membukakan tirai dan masuk ke ruang judi. Seorang gadis lain, dari arah bar, membawa dua gelas bir naik ke lantai atas. Sementara gadis itu berlalu, kita melihat seluruh ruangan penuh disesaki oleh para penjudi. Sebuah lagu dari, "HENDRI ROTINSULU - DARI MANA DATANGNYA ASMARA" berputar di tape radio bar.

Dari bar, kita mengikuti seorang gadis lain mengantarkan segelas tuak ke meja judi nomor 5, kepada PRIA GENDUT, 40'an, yang cabul. Pria Gendut menepak dan meremas pantat siĀ gadis.

Mereka bermain qiu-qiu. Salah satunya adalah Top Lihin. Rona mukanya nampak lesu, atau semacam yang diterpa kekekalahan.

Setelah dua orang pemain menunjukan kartunya dengan nilai yang kecil, Pria Gendut menunjukan kartunya dengan nilai yang besar. Sementara Top Lihin, yang terakhir, dengan kesal membanting kartunya tersebut. Ia kalah.

TOP LIHIN

Bangsaaattt!

Itu adalah permainan terakhirnya. Dengan berat, ia bangkit dan berjalan sempoyongan menghampiri si Pemilik Rumah Judi, KOH RIAN, 50'an, sembari menyalakan sebatang kretek. Koh Rian, yang tengah mengisi TTS di balik meja bar melirik sinis ke arah Top Lihin setibanya ia datang.

TOP LIHIN

Minjem duit, Koh, buat modal!

KOH RIAN

(ketus)

Nggak ada!

TOP LIHIN

(memelas)

Ayolah, Koh! Sekali ini pasti balik modal kok!

KOH RIAN

Nggak ada!

TOP LIHIN

Puki!

Top Lihin berbalik dan bersandar pada meja bar. Menebarkan pandangannya kepada semua orang. SEORANG PELANGGAN yang duduk disamping Top Lihin baru saja berlalu. Meninggalkan segelas mug kaca yang berisi seperempat tuak.

Top Lihin kembali berpaling kepada Koh Rian.

TOP LIHIN

Ayolah, Koh. Gocap masa nggak ada?

Koh Rian mendelik kepada Top Lihin. Ia kesal.

KOH RIAN

(menghardik)

UDAH GW BILANG NGGAK ADA YA NGGAK ADA, BANGKE!

Top Lihin memandang Koh Rian cukup lama. Tiba-tiba, ia raih gelas mug dan melemparkannya tepat pada kepala Koh Rian. Koh Rian terjungkal. Musik selesai berputar dan suasana menjadi hening.

Semua mata tertuju pada Top Lihin. Dengan tenang, ia berbalik dan menghisap kreteknya. Lagu selanjutnya, "HATI LEBUR JADI DEBU - JAMAL MIRDAD" berputar.

DUA ORANG ANAK BUAH KOH RIAN (Penjaga) berlari menghampiri Top Lihin dan segera meninjunya pada bagian perut. Top Lihin ambruk. Ia diinjak-injak. Beberapa pengunjung Rumah Judi ikut mengeroyokinya.

Salah satu dari anak buah Koh Rian mengeluarkan belati dan menusuknya 3x pada bagian perut. Merah darah mulai merembes di pakaian yang dikenakannya.

Koh Rian muncul di balik meja bar dengan berlumuran darah pada wajahnya. Ia menyuruh kepada anak buahnya untuk membawa Top Lihin pergi.

Mereka menyeret Top Lihin keluar. Kita mengikutinya sampai mereka membawa Top Lihin dengan motor.

E/I. DEPAN RUMAH TOP LIHIN - LATER

Seorang anak buah Koh Rian menurunkan Top Lihin dan meninggalkannya begitu saja di depan pintu. Tepat ketika Top Lihin membuka pintu rumahnya, ia ambruk.

Top Lihin berupaya menyeret tubuhnya masuk ke dalam rumah.

RUANG TAMU.

Dan El Jamal muncul...

EL JAMAL

(histeris)

Bapaaakkk!

El Jamal meraba perut Top Lihin dengan terisak.

EL JAMAL

(menangis)

Bapaaakkk! Bapaakk kenapaaa??

Top Lihin meraba pipi El Jamal. Air matanya menetes. Bibirnya bergerak seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi ia tak cukup memiliki tenaga untuk melakukannya. Tak lama dari itu, Top Lihin terkulai lemas dan akhirnya tewas.

EL JAMAL

(sembari mengguncang-guncang tubuhnya)

Bapaak! Bapaak!

El Jamal panik. Ia menoleh keluar.

EL JAMAL

Toloongg! Toloonngg! Wargaa! Tolong bapak saya!

MAIN TITLE: "EL JAMAL"

Dua orang warga mulai berdatangan.

FADE TO BLACK.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar