Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
El Jamal : Kota, Darah, & Kejahatan Di Dalamnya
Suka
Favorit
Bagikan
10. BAB IV : MARI KITA BICARA BISNIS (PART I)

Kita mendengar alunan musik Late-Night Jazz. Bersamaan dengan itu, sayup-sayup terdengar beberapa orang tengah berbicara.

FADE IN

INT. RESTORAN HOTEL - MAKAN MALAM - MALAM

BAR.

Seorang Bartender tengah membersihkan meja dengan kain lap. Selain bartender, ada MOSES NETANAHU, 40'an, tengah menulis sesuatu di buku catatannya sambil ditemani segelas wiski. Ia adalah tangan kanan dari seorang Bandar Narkoba.

Dari bar, kita mengikuti seorang Pelayan Restoran mengantarkan hidangan ke meja di sudut dekat jendela yang menghadap langsung ke laut dengan troli.

MEJA.

Pelayan tersebut menyuguhkan hidangan berupa Lamb Stiek Paper Souce kepada PESO BERANI, 45'an, seorang Bandar Narkoba sekaligus bos dari Moses Netanahu.

PESO BERANI

(sembari menyelipkan serbet ke dalam kerahnya)

Sempurna! Komposisi yang sempurna, Tuan-tuan... Musik Jazz, segelas anggur, dan sepotong steik kambing. Betapa hidup begitu sempurna, bukan? (kepada pelayan) Terima kasih.

Selanjutnya, pelayan tersebut menyuguhkan hidangan berupa Kwetiau kepada HENDRIK VAN PANGALENGAN, 55'an, seorang yang menjabat sebagai KAPOLRES KOTA RAMUNDA.

HENDRIK VAN PANGALENGAN

Benar sekali, Tn. Berani... (kepada pelayan) Terima kasih.

Dan yang terakhir, Pelayan menyuguhkan hidangan berupa Chiken Charsiu kepada IMAM MARTINO.

IMAM MARTINO

(kepada makanannya)

Mantap!

PESO BERANI

Ayo, Tuan-tuan... mari kita makan.

Sementara mereka menyantap hidangannya, pelayan mengisi ulang kembali anggur ke dalam gelas-gelas mereka. Di mulai dari Imam Martino...

HENDRIK VAN PANGALENGAN

Jadi, Tn. Berani penggemar musik jazz?

PESO BERANI

Tentu saja, Tn. Pangalengan. Saya suka musik jazz... Saya tidak tahu orang-orang seperti apa yang tidak menyukai musik jenis jazz?

HENDRIK VAN PANGALENGAN

(terkekeh)

Yah! Saya juga, Tuan, penggemar musik Jazz.

PESO BERANI

Ow! Kalau begitu Tn. Pangalengan memiliki selera musik yang bagus.

HENDRIK VAN PANGALENGAN

Yah -- Menurutku, Tn. Berani, semua orang mesti dan harus menyukai musik jazz. Itu adalah statement dan argumen yang tak boleh dibantah.

PESO BERANI

Setuju!

HENDRIK VAN PANGALENGAN

Seperti yang kita tahu, Tuan, jazz memiliki instrumen yang kaya. Ada trompet, saxophone, piano, drum, cello, dan lain-lain sebagainya... Mereka bisa bertemu di waktu yang sama, tapi tidak menghasilkan musik yang chaotic. Melainkan musik yang harmonis dan tentu saja yang indah!

PESO BERANI

(menggeleng-geleng)

Tak diragukan lagi, Tn Pangalengan. Tapi ngomong-ngomong, musisi jazz mana yang Tn. Pangalengan senang dengarkan?

HENDRIK VAN PANGALENGAN

Banyak sekali, Tuan. Saya senang mendengarkan Coltrane, Monk, Davis, Bill Evans... dan masih banyak lagi.

PESO BERANI

Wow! Tn. Pangalengan membuat saya terkesima dengan nama-nama yang Tuan sebutkan tadi. (sambil menuding-nudingnya) Selera yang bagus, selera yang bagus!

HENDRIK VAN PANGALENGAN

Aish! Biasa saja, Tuan. Kalau Tn. Peso sendiri?

PESO BERANI

Saya mendengarkan lagu-lagu dari musisi yang Tuan sebutkan tadi. Tapi kalau Tuan bertanya siapa musisi jazz favorit saya, maka musisi itu haruslah Oscar Peterson... Saya tidak tahu, Tuan, lagu-lagunya banyak menyelamatkan hidup saya.

HENDRIK VAN PANGALENGAN

O-yah, yang mana?

PESO BERANI

Um, I got it bad... lalu ada, there will be another you...

Hendrik Van Pangalengan mengangguk-angguk.

HENDRIK VAN PANGALENGAN

Tapi Tn. Berani, berbicara tentang lagu-lagu yang menyelamatkan hidup, saya pikir, hanya saya seorang yang merasakan demikian. Ternyata, Tn. Berani juga begitu.

PESO BERANI

Ya, tentu saja, Tuan. Saya sangat percaya sekali bahwa sebuah lagu dapat menyelamatkan hidup seseorang. Bagaimana pun, para musisi, sori, maksud saya sebagian para musisi membuat lagu dengan begitu emosional. Mereka bergulat dengan hidupnya, dengan pemikiran, ego dan hatinya sendiri untuk menciptakan sebuah mahakarya yang indah. Dan siapa pun yang tengah diterpa keterpurukan, lalu mendengarkan sebuah lagu yang terikat dengannya, saya percaya mereka akan termotivasi untuk bangkit dari keterpurukannya. Seperti contoh nyatanya adalah saya sendiri.

HENDRIK VAN PANGALENGAN

Setuju! Persis sebagaimana yang saya alami.

PESO BERANI

(kepada Imam Martino)

Bukan begitu, Tn. Martino?

Imam Martino tengah asyik melahap makanannya sehingga ia tak begitu mengikuti percakapan yang sedang berlangsung. Ia mendeham sambil mengunyah makanan yang ada di mulutnya. Lalu buru-buru ditelan dan segera meminum sedikit anggurnya.

MARTINO

Sori, Tuan Berani, Komandan, tapi makanan ini, (menggeleng-gelengkan kepala) benar-benar enak! Luar biasa enak! Tak keliru jika Tn. Peso Berani mengajak kita kemari. (kepada Pangalengan) Kita harus berterima kasih kepada Tn. Barani, Ndan!

HENDRIK VAN PANGALENGAN

Oh-ya, tentu saja... (kepada Peso Berani sambil meletakan tangannya di dada) Terima kasih, Tn. Berani, terima kasih banyak atas undangannya.

PESO BERANI

Justru saya yang seharusnya berterima kasih kepada Tuan-tuan atas ketersediaannya hadir pada malam ini menemui saya yang bukan siapa-siapa ini.

HENDRIK VAN PANGALENGAN

Sama-sama, Tn. Berani, sama-sama. Kami berdua menghargai undangan Tn. Berani.

Peso Berani meletakan garpu dan pisaunya di atas piring. Meminum sedikit anggurnya. Kemudian menyeka mulutnya dengan serbet. Mendeham dan berkata;

PESO BERANI

Baiklah... Tuan-tuan yang baik, Tn. Hendrik Van Pangalengan & Tn. Imam Martino, mohon perhatiannya selagi Tuan-tuan menghabiskan hidangan Tuan-tuan --

Sambil terus menghabiskan hidangannya, kedua polisi itu memasang telinganya. Mendengarkan Peso Berani.

PESO BERANI

(lanjutan)

-- sebagaimana dengan maksud dan tujuan pertemuan di malam yang berbahagia ini, um... mari kita bicara bisnis. Sebagian dari Tuan-tuan mungkin sudah tahu rencana bisnis yang akan saya geluti, yang sering kita komunikasikan lewat telepon beberapa waktu ke belakang, atau dengan kolega saya, Sdr. Moses Netanahu. Tapi rasanya, membicarakan bisnis lewat telepon tidaklah elok. Maka dari itu saya mengundang Tuan-tuan untuk hadir di pertemuan malam ini. Dan sekali lagi, saya ucapkan terima kasih banyak untuk itu.

Tuan-tuan, sebagai pebisnis tentu saja saya akan melakukan segala cara untuk mempertahankan, memajukan, dan mengembangkan bisnis saya untuk hari ini dan untuk hari-hari yang akan datang. Tetapi, ketiga itu tidak akan mungkin terjadi jika tidak adanya bantuan dari Tuan-tuan sekalian.

Kita tahu sebelumnya bahwa bisnis yang saya akan geluti bersifat ilegal. Dalam kata lain, melanggar hukum. Maka karna oleh sebab itu, selain saya meminta perlindungan kepada Tuan-tuan untuk menjalankan bisnis saya, saya meminta kepada Tuan-tuan untuk menangkap semua bandar dan pengedar di kota kita yang tercinta ini, RAMUNDA. Sehingga hanya saya yang memasok kebutuhan untuk Kota ini. Dan jika tuan-tuan bersedia, untuk apresiasinya saya akan menghadiahkan apa pun yang Tuan-tuan mau. Rumah, mobil, jam tangan, atau uang? Tuan-tuan hanya tinggal sebutkan saja nilainya. Apa pun. Hanya tinggal sebutkan!

Pangalengan dan Martino saling pandang satu-sama-lain.

PESO BERANI

Bagaimana, Tuan-tuan, apa kita sepakat?

Hendrik Van Pangalengan & Imam Martino mengangguk dan tersenyum lebar kepada Peso Berani. Peso Berani bangkit, mengulurkan tangan dan berjabat tangan dengan mereka.

INT. POLRESTA - KANTOR IPTU IMAM MARTINO - PAGI

Lukas Suhendra baru saja keluar dari ruangan. Setelahnya, Imam Martino menelepon seseorang.

IMAM MARTINO

Ke ruanganku!

Ia matikan teleponnya. Selang menunggu, Imam Martino mengeluarkan sebuah Majalah Katalog Mobil di dalam laci mejanya. Kita melihat sebuah gambar mobil Toyota Supra menjadi sampul majalah tersebut. Imam Martino tersenyum lebar memandanginya.

Tak lama kemudian, terdengar pintu di ketuk. Buru-buru Imam Martino memasukan kembali majalah tersebut ke dalam laci.

IMAM MARTINO

Masuk!

REZA PAHLEVI, 35'an, masuk dan memberi hormat. Imam Martino dengan gerakan tangan mempersilahkan.

REZA PAHLEVI

(berdiri sigap)

Siap, perintah!

Dengan gerakan tangan pula, Imam Martino meminta Reza Pahlevi untuk duduk.

IMAM MARTINO

Kita tau bahwa rekan kita di Satlantas, Pak Muhajidin, baru saja pensiun tiga hari yang lalu. Tentu saja mereka kekurangan personil. Dan kupikir kau cocok untuk menggantikannya, Pahlevi!

Reza Pahlevi terkejut. Kedua matanya membelalak.

MARTINO

Kau hanya perlu duduk di pos - Ya sesekali turun ke jalan dan menilang beberapa pengendara untuk membeli beberapa bungkus rokok-mu. Dan setelah kulihat-lihat, kurasa itu semua cocok dengan cara kerjamu yang tak becus.

REZA PAHLEVI

Tapi, Ndan...

Imam Martino memotong:

MARTINO

(dengan nada yang di tekan)

Lalu mengapa kau belum juga menangkap dua orang pengedar bangsat-mu itu, huh?

REZA PAHLEVI

Siap, Ndan! Beri saya kesempatan satu kali lagi maka saya akan menangkap dua pengedar itu!

IMAM MARTINO

Hari ini! Dan panggil KAUR-mu ke ruangan saya!

REZA PAHLEVI

Siap!

Reza Pahlevi bangkit dan memberi hormat. Ia pergi meninggalkan Imam Martino.

EXT. KAMPUNG NARKOBA - SIANG

GAPURA.

Beberapa orang Pemuda keluar-masuk ke dalam kompleks dengan gapura yang bertuliskan, "Komplek Permata Indah".

Kita melihat cukup banyak orang yang berlalu-lalang di dalamnya. Mereka dengan begitu bebas bertransaksi narkoba, memakainya, dan berlalu-lalang membawa paket narkoba berjumlah banyak dengan senjata rakitan jenis AK-47 terkalung.

RUMAH-RUMAH.

Kita melihat sederet rumah-rumah dengan cat tembok berwarna-warni. Hampir di setiap rumah terdapat Seorang Penjaga di depannya. Rumah pertama, yang berwarna biru, adalah bengkel sekaligus penjual senjata rakitan. Rumah kedua, berwarna kuning, ada dua orang yang tengah menghisap sabu di samping seorang penjaga yang tengah menyeka-nyeka senjata AK-47. Dan rumah ketiga, yang berwarna merah, tidak ada siapa pun. Namun, tak lama kemudian, keluarlah dari dalam rumah dua orang tengah menggotong Pemuda yang tewas karna OVER DOSIS.

Keduanya menggotong anak muda yang tewas itu ke belakang komplek, ke Tempat Pembuangan Sampah.

TEMPAT PEMBUAGAN SAMPAH.

Setibanya di sana, kedua orang tersebut melemparkan begitu saja mayat itu ke tumpukan sampah, bergabung dengan dua mayat lainnya, satu di antaranya telah membusuk.

Tak jauh dari sana, di sudut kanan, Seorang Anak Muda tengah memakai narkoba jenis suntik atau putau. Kita bergerak mendekatinya.

Ia teler.

EXT. RUSUN BOB & RIK - LAPANGAN - MALAM

Sebuah mobil terparkir menghadap ke Rumah Susun yang terdiri dari tiga lantai. Di dalamnya, ada Reza Pahlevi sedang merokok. Di samping Reza Pahlevi ada SENO, 27, anak buahnya. Keduanya tengah menunggu, mengamati, dan memantau orang-orang yang masuk ke dalam Rumah Susun tersebut.

Tak lama dari itu, datang Bob & Rik dengan motornya. Mereka mengenakan pakaian yang sama dengan pakaian kala mereka bertemu dengan Lukas.

SENO

(berbisik)

Itu dia orangnya! Itu mereka, Bos!

REZA PAHLEVI

(sembari menurunkan tubuhnya)

Aku tahu, Seno!

Bob & Rik masuk ke dalam pelataran parkir di lantai dasar. Reza Pahlevi bersama Anak Buahnya bersiap. Mengeluarkan Revolvernya.

REZA PAHLEVI

Ayoh!

Mereka berdua keluar dari mobil. Bergerak menghampiri Bob & Rik.

REZA PAHLEVI

(sembari menodongkan revolver-nya)

Jangan bergerak! Kutembak nanti kamu!

SENO

Diam di tempat, Pengedar!

Bob & Rik menoleh ke arah kedua polisi tersebut dan hendak melarikan diri.

REZA PAHLEVI

Oi-oi-oi! Kubilang, jangan bergerak kalian, Bangsat!

SENO

Jangan coba-coba kalian lari kalian, Pegendar! Atau kutembak kalian semua!

Bob & Rik pasrah. Reza dan Seno segera melumpuhkan mereka; menengkurapkan dan mengikatnya. Lalu menggeledah. Seno menemukan sepaket sabu di dalam jaket Bob.

SENO

Ini apa, Anjing?

Bob diam tak menjawab.

SENO

(seraya memukulnya)

Ini apa, Bangsat?

BOB

Sa.. sa.. sabu, Bang! Sabu!

REZA PAHLEVI

(kepada Seno)

Panggil kawan-kawan yang lain!

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar