Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
38. INT. RUMAH REAN - SIANG
Terlihat Rean yang ditemani Cinta sedang bercanda di galeri. Cinta minta diajarkan melukis oleh Rean. Namun mereka malah bercanda, memperlihatkan keakrabannya.
CINTA
REAN
CINTA
Cinta mengambil kuas, lalu menggambar lingkaran dan angka di kanvas kosong sambil bernyanyi, hingga berbentuk gambar boneka beruang ala anak TK.
CINTA
(bersenandung)
Rean tergelak melihat gambar. Mereka pun tertawa bersama. Kemudian Rean mengajari Cinta memegang kuas. Tangan mereka bersentuhan membuat keduanya sejenak saling tatap dan terdiam.
CINTA (CINT'D)
(mengalihkan)
REAN
CINTA
(bernapas lega)
REAN
Rean membantu Cinta meraih kruknya, lalu membimbing Cinta berjalan ke ruang makan. Saat Rean mau memegang tangannya, Cinta menepis secara halus.
CUT TO:
39. INT. RUMAH REAN. RUANG MAKAN – SIANG
Rean membantu menarik kursi untuk diduduki Cinta. Tampak masakan berupa nasi liwet cumi petai, sambal, dsb. Kemudian mereka menikmati hidangan di meja makan. Setelah selesai makan, Rean melanjutkan kembali obrolannya.
REAN
(menelan ludah, sedih)
CINTA
REAN
(mengalihkan)
Cinta terdiam. Wajahnya tampak murung. Cinta tampak menghela napas.
CINTA
REAN
CINTA
TENSION BUILDS UP:
Rean tersentak. Ia seperti tersengat aliran listrik setelah mendengar cerita Cinta. Wajahnya berubah pucat dan berkeringat disertai tangan yang gemetaran. Cinta kaget melihat perubahan Rean.
CINTA (CONT’D)
REAN
CINTA
Rean mengangguk dengan gugup. Ia berusaha menyembunyikan kegelisahannya.
CUT TO:
40. INT. RUMAH REAN. KAMAR – MALAM
Rean terbaring di tempat tidurnya dengan gelisah. Ia mengingat kembali setelah kejadian tragis yang menimpanya, juga menimpa Cinta.
FLASHES : kilasan scene #7 dan #8
CUT TO FLASHBACK:
41. INT. RUMAH SAKIT - SIANG
Rean membuka mata perlahan. Pandangan Rean masih tampak kabur melihat sekitar ruangan rumah sakit serta beberapa sosok yang mengelilinginya. Rean mengerang saat ingin menggerakkan tubuhnya. Rean meringis merasakan sakit. Tampak beberapa luka di tangan dan mukanya.
REAN
(merintih)
Di sekeliling Rean tampak Pak Bim, Tante Vina dan Om Tomy, om dan tante Rean. Wajah mereka terlihat kebingungan. Mereka saling tatap.
REAN (CONT’D)
Pak Bim tersentak. Begitu pun om dan tantenya. Mereka semakin panik. Tante Vina mulai tak bisa menahan tangisan. Tante Vina menyembunyikan mukanya dari tatapan Rean.
PAK BIM
REAN
PAK BIM
(gugup)
Pertahanan Tante Vina jebol. Akhirnya ia menangis keras membuat Rean curiga.
REAN
Tangis tante Vina semakin meledak. Om Tomy menyentuh kepala Rean dengan mata berkaca-kaca. Sementara Pak Bim, ia sudah sesenggukan dengan wajah ditutupi telapak tangannya.
REAN
Tatapan Rean menunggu jawaban omnya yang kemudian dijawab dengan gelengan kepala secara perlahan.
Rean sontak bangkit tanpa memedulikan rasa sakit. Ia berteriak, melepas jarum infus dan mengamuk membanting tiang infusan serta barang-barang di dekatnya.
CUT TO:
42. INT. RUMAH REAN - MALAM
Rean sudah berada di rumah kembali. Rean berjalan tertatih-tatih menuju kasur dibantu Pak Bim. Rean meneliti luka-lukanya yang sudah hampir sembuh. Hanya saja kondisi kejiwaannya menjadi terganggu. Ia tampak depresi, trauma dan kerjanya hanya melamun, kemudian berteriak-teriak tak jelas. Setiap Rean melihat foto orang tuanya, sudah pasti ia akan mengamuk. Ia akan melempar benda apa saja di dekatnya. Pak Bim tampak buru-buru menyembunyikan foto-foto dan barang-barang yang biasa digunakan orang tua Rean.
SFX: suara klakson dan deru mesin mobil di depan rumah Rean.
Rean menutup telinga sambil meringis seolah menahan sakit.
REAN
(berteriak)
PAK BIM
(gugup)
Pak Bim bergegas menuju halaman dengan wajah kebingungan.
PAK BIM
(bergumam)
Pak Bim menepuk jidatnya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya terlihat pusing.
CUT TO:
43. INT. RUMAH REAN - MALAM
Malam itu, Pak Bim masuk ke ruang makan, langsung terkejut. Ia melihat Rean terkulai di kursi makan dengan tangan berlumuran darah. Di dekatnya, tergeletak sebuah apel dan pisau buah yang berlumuran darah.
PAK BIM
Pak Bim memanggil-manggil Rean sambil menepuk-nepuk pipi dan menggoyang-goyangkan tubuhnya, naun Rean tak bergerak.
PAK BIM (CONT’D)
Petugas keamanan, sopir, dan para ART semua terlihat panik. Sekuriti langsung menelepon ambulan.
CUT TO:
44. INT. RUMAH SAKIT – MALAM
Sebuah mobil ambulan diiringi suara serine yang membuat getir memasuki halaman rumah sakit. Tampak beberapa nakes memindahkan dan mendorong pasien (Rean) yang berlumuran darah dari lengan kirinya. Mereka sibuk menangani pasien di ruang IGD.
CUT TO:
45. INT. RUMAH SAKIT. RUANG IGD - MALAM
Terlihat Pak Bim duduk bersandar di kursi ruang tunggu IGD dengan wajah sedih dan lesu.
PAK BIM
(bergumam lirih)
Pak Bim menyusut air mata di sudut matanya.
PAK BIM (CONT’D)
Pak Bim menyender di sandaran kursi dengan wajah letih.
CUT BACK TO PRSENT:
46. INT. RUMAH REAN. KAMAR – MALAM
Rean tengah berbaring telentang dengan mata terpejam, mendadak bangun terduduk dengan terhentak seperti terbangun dari mimpi. Keringat mengucur deras dari keningnya. Matanya nanar melihat cermin di depan tempat tidur yang langsung melihat bayangan dirinya.
REAN (VO)
Rean bangkit berjalan menuju cermin. Ia menatap dalam-dalam wajahnya di cermin. Kemudian ia meninju kaca di depannya sampai hancur berkeping-keping. Rean terbahak-bahak melihat cermin hancur.
REAN (CONT’D)
Terdengar suara pintu digedor-gedor dari luar kamar.
PAK BIM (OS)
(teriak cemas)
REAN
Ia kembali tertawa-tawa yang disertai gurat kesedihan, sambil meninju-ninju dinding kamar.
CUT TO: