Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cintai Cinta
Suka
Favorit
Bagikan
4. Saling Mencari dan Menemukan

22. INT. RUMAH CINTA – SIANG

Terlihat Cinta duduk di kursi rodanya sambil mendesain pakaian di kertas sketsa. Namun Cinta mencoret-coret sketsanya, merobek lalu meremasnya. Wajahnya tampak kesal dan putus asa.


CINTA

Ah! Seandainya nggak terjadi kecelakaan, mungkin aku sekarang lagi sibuk belajar desain di Paris. Selangkah lagi mimpiku akan terwujud.


Cinta melempar kertas yang sudah diremas ke tempat sampah. Kemudian ia menuju rak buku. Tampak sederetan novel penulis dalam dan luar negeri. Cinta mengambil sebuah novel.


INSERT: Rani masuk kamar Cinta membawakan makanan di nampan, lalu ditaruh di atas meja.


Tak lama, Cinta menutup kembali bukunya lalu mengembalikannya ke rak dengan raut bosan. Rani memperhatikan tingkah Cinta dengan iba.


RANI

Mau Ibu belikan novel baru lagi, biar kamu nggak bosan di rumah? Catat aja judul sama penulisnya, biar nanti sekalian belanja benang, Ibu mampir ke toko buku.


CINTA

Enggak, Bu. Ibu udah banyak kelarin uang buat pengobatan Cinta. Tabungan kita sudah abis, Ibu harus kerja keras sampai kurang tidur. Cinta nggak mau Ibu sakit.


RANI

Ibu hanya nggak mau Cinta ngerasa bosan di rumah karena harus ambil cuti kuliah.


Rani menarik napas, lalu keluar meninggalkan Cinta. Cinta kembali ke rak buku. Tangannya berhenti di sebuah novel.


CU: novel berjudul “It’s Kind of a Funny Story” karangan Ned Vizzini.


Cinta mengambilnya, lalu mengusap jilidnya yang sedikit berdebu. 


CINTA (VO)

Kalau nggak salah, ini kisah tentang pemuda dengan gangguan mental dan keinginannya untuk bunuh diri. Aku kok teringat cowok yang di rumah sakit itu? Gimana kabarnya dia sekarang, ya? Udah sembuh, atau ... jangan-jangan udah beneran bunuh diri!


Pundak Cinta bergidik. Kemudian Cinta meraih ponselnya. Ia menggulir daftar kontak lalu berhenti di nama REAN. Cinta ragu untuk menekan tanda panggilan lalu kembali ke menu utama dan menutup layarnya.

Namun tak lama kemudian, Cinta kembali mencari kontak Rean, lalu mencoba menelepon.


CUT TO:


23. INT. RUMAH REAN. GALERI LUKIS – SIANG

Saat itu suasana rumah Rean yang besar terasa lengang. Tampak Rean sedang melukis sketsa wajah perempuan. Pak Bim berdiri tak jauh dari Rean sedang asyik bermain dengan burung peliharaan. Ponsel Rean berbunyi tapi Rean hanya menengok layar sebentar, lalu tak menghiraukan karena tak ada nama pemanggil alias nomor tidak dikenal. Ponsel terus berbunyi, akhirnya Rean menyuruh Pak Bim mengangkatnya.


REAN

Pak Bim, boleh minta tolong angkat telepon? Tanya siapa, dari mana, ada keperluan apa?


PAK BIM

Baik, Den!


Pak Bim mengambil HP Rean yang tergeletak di meja.


PAK BIM (CONT’D)

Halo, halo? Dengan siapa ini?


Pak Bim terdiam sejenak, lalu menutup ponsel. Rean menatap Pak Bim dengan penuh tanya, Pak Bim menatap Rean dengan menggelengkan kepala.


PAK BIM (CONT’D)

Nggak ada suara. Orang salah sambung mungkin, Den!


Rean kembali mengusapkan kuas ke kanvas. Sementara Pak Bim kembali bersiul sambil menjentik-jentikkan jarinya di depan burung. Namun, Rean terlihat termenung. Tiba-tiba ia mengambil ponselnya. Wajahnya berubah tegang seperti menahan marah.


REAN

(emosi)

Aku yakin yang telepon nggak salah lagi pasti Yura. Dia pasti akan neror aku karena masih nggak terima setelah kuputusin, dan bilang dia adalah penyebab dari kecelakaan itu.


Pak Bim refleks menoleh dengan kaget. Siulannya terhenti.


PAK BIM

Den, sudahlah! Inget. Nanti Den Rean ketrigger lagi seperti yang dikatakan Bu Lela, psikolog yang menangani Aden sekarang!


Tapi Rean tak mendengarkan ucapan Pak Bim. Ia tampak menelepon balik nomor panggilan masuk tadi. Pak Bim hanya menggeleng-gelengkan kepala, lalu kembali ke burung kesayangannya.


CUT TO:


24. INT. RUMAH CINTA – SIANG

Cinta kecewa karena yang dihubunginya ternyata bukan Rean. Cinta melempar HP ke atas kasur dengan kesal. Namun baru saja ia hendak beranjak pindah dari kusi roda ke ranjang, ponselnya berbunyi. Cinta mendudukan kembali tubuhnya ke kursi roda.


CU: layar ponsel menampilkan nama Rean


Cinta sangat senang melihat nama pemanggilnya yaitu Rean. Cinta buru-buru mengangkatnya dengan mata berbinar-binar.


REAN (OS)

Mau apa lagi kamu? Belum puas bikin aku menderita? Gara-gara kamu aku kehilangan semuanya!


Cinta langsung kaget. Wajahnya berubah tegang bercampur bingung mendengar suara Rean marah-marah di telepon.


REAN (OS) (CONT’D)

Jawab! Kenapa diam? Asal kamu tahu. Aku benci kamu! Jangan coba-coba ganggu aku lagi!


CINTA

(terkesima)

Rean, aku ... Cinta.


Cinta seperti tak sadar menggumamkan namanya, kemudian Cinta menutup panggilan seperti orang sawan. Bibirnya tampak pucat dan bergetar karena syok.


INTERCUT TO:


Giliran Rean terkesiap setelah Cinta menyebutkan namanya. Rean semakin bernafsu meledakkan amarahnya.


REAN

Cinta? Nggak ada lagi kata-kata cinta. Aku nggak mau dengar lagi dari mulut kamu. It’s over! (beat)(tersadar) wait ... wait! Cinta? Halo? Halo? Aahh!

 

SFX: bunyi nada telepon ditutup.


Rean mencoba menghubungi kembali nomor Cinta, tetapi tak diangkat. Lalu Rean mencoba mengirim pesan lewat Whatsapp.


INSERT TEXT:

REAN: aku dengar tadi kamu bilang Cinta. Maksudmu, namamu Cinta? Yang ketemu di rumah sakit itu?


Rean tampak resah menunggu balasan dari Cinta.


INTERCUT TO:


Cinta membuka pesan. Setelah membacanya, ia mengetik balasan.


INSERT TEXT:

CINTA: iya, tapi maafkan aku kalau sudah ganggu kamu. Lupakan saja.


Cinta mengirim pesan balasan, lalu menghela napas berat. Wajahnya terlihat kecewa dan menyesal.


INTERCUT TO:


Rean menerima balasan dengan bahagia. Ia dengan semangat kembali membalas pesan Cinta. Namun ia menghapus text, kemudian beralih ke panggilan. Rean menunggu beberapa saat telepon diangkat.


REAN

Halo Cinta, please, aku yang seharusnya minta maaf karena sudah salah orang. (beat) ah, gimana bisa ngelupain? Sebenarnya aku senang kamu menghubungi aku karena selama ini aku nyari kamu, tapi kamu sudah pulang duluan dari rumah sakit. Dan tololnya, aku lupa tanya nomormu waktu itu.


CINTA (OS)

Nggak apa-apa. Aku hanya pengen tau kabar kamu. Itu aja.


REAN

Aku baik. Sangat baik malah. Berkat kamu. Makanya aku mau berterima kasih sama kamu.


CINTA (OS)

Berterima kasih untuk apa?


REAN

(gugup)

Emm ... emm. Eh iya! Dari mana kamu dapet nomorku?


CINTA (OS)

Kamu inget nggak waktu kamu minta tolong teleponkan Pak ... Siapa itu?


REAN

Pak Bim!


CINTA (OS)

Nah iya Pak Bim. Sebelum kusambungin, aku miss call dulu ke nomorku tanpa sepengetahuan kamu.


REAN

(tertawa sambil tepok jidat)

Ah, kenapa nggak kepikiran sama sekali.


Cinta dan Rean asyik melanjutkan percakapan di telepon.


CUT TO:



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar