Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cintai Cinta
Suka
Favorit
Bagikan
1. Awal Prahara

FADE IN:

01. INT. RUMAH CINTA — SIANG

Tampak roda mesin jahit berputar bersamaan dengan kedua kaki RANI(45), bergerak naik turun menginjak pedal mesin.

Rani berkacamata terlihat serius menjahit pakaian pelanggannya.

Tak jauh dari Rani, CINTA (22) putrinya sedang asyik main ponsel sambil berbaring di sofa.


RANI

Cinta, baju punya Bu Siska sudah dipasang kancingnya belum? Nanti sore harus dianterin lho! Kan mau dipakai ...


CINTA

(menggerutu)

Udah dong, Bu! Aku tinggal nungguin satunya itu yang masih dijahit Ibu. Ibu dong yang harusnya buruan! Huh! Nggak boleh aja liat anaknya pegang HP bentaran doang


RANI

Iya, iyaa... dikit lagi. Bawel amat, sih? Tinggal pasangin manset, jadi deh.


INSERT: Langit di luar tampak dari jendela mendung dan gerimis mulai turun.


SFX: suara geluduk.


RANI (CONT'D)

Cintaa! Tolong angkatin jemuran, Sayang! Udah gerimis tuh!


Cinta langsung bangun lalu melompat melewati sandaran sofa. Cinta berlari menuju pintu belakang.

CUT TO:


02. INT. RUMAH CINTA — SIANG

Cinta tampak terengah-engah kembali dari tempat jemuran. Ia berbaring di sofa dan memainkan lagi ponselnya. Rani masih bekerja di depan mesin jahit.

RANI

Kapan jadinya kamu berangkat ke Paris?


CINTA

Seminggu lagi. Visa dan perlengkapan lainnya juga belum jadi. Besok selesai, kata petugasnya.


RANI

(mendesah)

Tapi ibu belum laku jual sawah di kampung. Susah memang kalau lagi diburu-buru.


CINTA

Lagian buat apa sih Ibu pake jual-jual sawah segala? Aku kan sudah dibiayai semua oleh beasiswa itu, Bu. Lagian cuma selama musim panas aja. Nggak lama, kok!


RANI

Ya tetep aja, kamu butuh bekal di sana. Nggak bisa ngandalin uang saku dari beasiswa itu!


CINTA

Enggak. Pokoknya ibu nggak boleh jual-jual apa pun lagi. Kemarin kan sudah jual kalung emas buat urus-urus dokumen. (beat) Bu, kalau aku sudah sukses jadi fashion designer profesional, aku janji akan bahagiain Ibu.


RANI

(sedih)

Ibu selalu doakan kamu agar tercapai apa yang dicita-citakan, Nak.


INSERT: terlihat di luar langit kembali cerah. Matahari mulai menyoroti bumi kembali.


RANI (CONT'D)

Eh, itu udah panas lagi tuh! Sayang kan jemurannya kalau dibiarkan belum kering. Suka bau apek!


Cinta dengan malas-malasan dan muka cemberut bangkit mengambil tumpukan jemuran.

CUT TO:


03. INT. RUMAH CINTA. KAMAR - SIANG

Cinta menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Baru saja akan memasang headset dari ponsel ke telinganya Cinta tersentak.

RANI (OS)

(teriak)

Cintaaa ...!


Cinta menaruh kembali headset di atas kasur.


RANI (OS) (CONT'D)

Jemuraann!!


SFX: suara gemuruh hujan disertai petir.


CINTA

(mewek)

Oh My God! Nasiiib ....


Cinta bangkit lalu berlari sambil mengacak-acak rambut sendiri dengan jengkel.

CUT TO:


04. EXT. RUMAH CINTA. TERAS - SORE

Hari sudah sore, hujan masih turun tapi tak begitu besar. Tampak Cinta dan ibunya berdiri di depan pintu. Rani terlihat memberikan bungkusan plastik lalu membantu Cinta memakaikan jas hujan.


RANI

Yakin nekat hujan-hujanan? Ibu pikir, sebaiknya tunggu sampai reda. Nggak lama lagi, kok! Atau besok pagi aja kamu nganterinnya.


CINTA

Ibu gimana sih? Acara pelantikan jabatan suami Bu Siska dimulainya jam tujuh. Lagian ujannya nggak akan berhenti, Bu! Malah tambah gelap!


RANI

Ya sudah, hati-hati di jalan!


Rani memandang haru Cinta yang mulai menjalankan motornya. Cinta melambaikan tangan lalu bergerak menembus gerimis.

CUT TO:


05. EXT. TERAS RUMAH BU SISKA - MALAM

Hari terlihat sudah gelap dan hujan semakin deras. Cinta terlihat sedang berpamitan kepada Bu Siska.


BU SISKA

Sebaiknya tunggu reda dulu, Cin. Tante takut terjadi apa-apa. Hujannya tambah deras. Kita minum-minum dulu di dalam, yuk!


CINTA

Makasih, Tante. Tapi Cinta belum ngerjain tugas kuliah buat besok. Takutnya kalau ditunda malah ngantuk dan langsung tidur. Hehe


BU SISKA

Ya sudah, kalau gitu. Tante nggak tau lagi harus bilang apa. Yang penting hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut!


CINTA

Siap, Tante! Laksanakan!


Cinta menjawab dengan mengangkat tangan tanda hormat. Bu Siska tertawa sambil geleng-geleng kepala.

CUT TO:


06. EXT. JALAN RAYA – MALAM

Cinta melajukan motornya menembus hujan gelapnya malam.

POV CINTA: Lampu motor Cinta menyoroti jalan aspal yang basah dan jatuhan air hujan. Jalanan tampak sepi, tak banyak kendaraan melintas.

INTERCUT TO:


07. EXT. JALAN RAYA – MALAM

Sebuah sedan hitam melaju kencang. Di dalamnya ada 3 orang penumpang termasuk pengemudi. REAN (26) duduk di belakang kemudi. Sementara Papa dan Mamanya di jok belakang.

MAMA REAN

(cemas)

Re, bawa mobilnya pelan-pelan aja. Jalanan gelap, mana hujannya deras sampai hilang pandangan!


PAPA REAN

Betul kata Mama. Santai aja. Ini sudah masuk wilayah perbukitan Dago. Jurangnya lumayan curam!


CU: Kaca spion dalam menampakkan kedua mata Rean melihat ke arah orang tuanya melalui spion.


REAN

Tenang, Tuan dan Nyonya! Jangan terlalu khawatir! Hamba bukan sopir angkot atau bajai yang suka ugal-ugalan!


MAMA

(cemberut)

Hm, Rean sekarang tuh, Pap, nggak bakalan denger kata orang tua. Kalau pacarnya yang ngomong, baru nurut!


Papa dan Rean tertawa. Mama Rean masih pura-pura marah.

INTERCUT TO:

Cinta tampak kesulitan mengendarai motornya. Jarak pandang yang semakin kabur oleh kabut dan air hujan.

CU: Mata Cinta mengerjap-ngerjap di balik kaca penutup helm yang terkena curah hujan.

INTERCUT TO:

CU: ponsel Rean di jok sebelahnya yang kosong berbunyi dan bersinar. Tampak nama Yura di layar panggilan.


PAPA REAN

Nanti saja teleponannya. Hujan deras, banyak petir!


Rean meraih ponselnya, lalu mematikan panggilan Yura.


Rean kembali fokus ke jalanan.


CU: telepon kembali menyala dan berbunyi. Nama Yura tampil di layar.


MAMA REAN

Angkat bentar, bilang lagi di jalan. Sambung aja kalau sudah di rumah.


Rean mengangkat telepon.


REAN

Iya, Sayang! Aku lagi di jalan. Nanti aja kita lanjut.


YURA (OS)

Nggak bisa, Sayang. Ini aku lagi di galeri diamond. Aku udah pilih model untuk cincin pertunangan kita.


REAN

Iya, iya. Pilih aja. Nanti kulihat kalau sudah di rumah.


YURA (OS)

Tapi, Yang ... Aku nggak mau kalau aku putuskan sendiri pilihanku. Takutnya kamu nggak cocok.


Rean menghela napas. Ia terlihat berusaha mengendalikan setir sambil membagi fokus dengan telepon.


YURA (OS)(CONT'D)

Ok, berhubung malam ini terakhir pameran, aku kirimin fotonya ke WhatsApp kamu ya? Soalnya abis pameran nggak ada diskon lagi.


Rean menutup panggilan, menaruh ponsel di jok sebelah.

INTERCUT TO:

Cinta menyorotkan lampu jarak jauh. Di depannya tak tampak kendaraan lain yang melintas. Cinta menyalakan sein kanan untuk menyeberangkan motornya di persimpangan jalan ke arah kanan.

INTERCUT TO:

SFX: suara pesan masuk dari ponsel.

Rean mengambil HP lalu membuka pesan dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya masih memegang setir.

Dari kaca spion dalam, kedua mata Rean sesekali melihat ke depan, sesekali melihat ke ponsel.

CU: gambar sepasang cincin bermata berlian tampak di layar ponsel

Namun dari arah kanan persimpangan, tiba-tiba Rean melihat motor datang membelok tepat di depannya. Rean kaget dan tak bisa mengendalikan kemudi. Rean mendadak mengerem mobilnya.

SFX: suara benturan hebat dan benda terjatuh.

CU: dari kaca spion luar sebelah kanan, tampak sebuah motor terjatuh dan pengendara tergeletak di jalan aspal.

Rean gugup dan wajahnya terlihat tegang ketakutan.


PAPA REAN

(syok)

Re! Kamu menabrak motor itu!


MAMA REAN

(panik)

Re! Kita turun dan lihat dulu yang kita tabrak!


Rean tampak bingung. Keringat mengucur di dahinya. Wajahnya pun berubah pucat. Tanpa diduga, Rean tancap gas meninggalkan korban yang ditabraknya.

CUT TO:


08. EXT. JALAN RAYA – MALAM

Tiba-tiba Rean melajukan kendaraannya bagai kerasukan setan. Mama dan papanya tampak panik dan ketakutan.


PAPA

Re! Apa-apaan kamu? Kenapa malah lari? Kamu harus bertanggung jawab atas kecelakaan tadi! Apa kamu nggak punya hati meninggalkan korban tergeletak di aspal? Gimana kalau tak ada yang menolong?


Rean semakin brutal. Ia terlihat stress dan semakin kencang menginjak pedal gas.

Hingga saat melaju di tikungan, dari depan sebuah truk melaju kencang. Lampunya menyorot ke muka Rean, hingga Rean hilang kendali. Untuk menghindari tabrakan, Rean membanting setir ke kiri bahu jalan. Namun, mobil Rean menabrak pembatas lalu terpental dan masuk jurang.

DISSOLVE TO:



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Keren, Teh semoga yang ini juara, ya 🤩
2 tahun 2 bulan lalu
@kiki isbianto, masuk Buki. Makasih sudah semangatin, 🙏🥰
2 tahun 3 bulan lalu
Keren Mbak Rina, maaf, tes komen dulu yah, ini masuk gak..
Maju terus penuh semangat Mbak Rina..
2 tahun 4 bulan lalu
@nida C itu bawaan dari formatnya Kwikku setelah klik dialog dari menu di atas. Saya juga copy Word, terus menyesuaikan posisi dengan format masing-masing.
2 tahun 4 bulan lalu
Suka, lanjut mba :) Mba mau nanya kalau bag dialog itu ada titik titik di bawahnya apa y? Aku ada script tp langsung dr word dicopy gtu, udh di tengah tp kadang ada yg ga sama di tengahnya
2 tahun 4 bulan lalu