Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cintai Cinta
Suka
Favorit
Bagikan
6. Tentang Yura

32. EXT. RUMAH REAN. HALAMAN – SORE

Pintu gerbang rumah Rean terbuka lebar dibuka oleh sekuriti. Mobil yang membawa Cinta pulang ke luar perlahan. Cinta membuka kaca mobil, memberi senyuman dan lambaian ke petugas sekuriti. Petugas sekuriti mengangguk hormat kepada Cinta. Kemudian bersiap hendak menutup kembali pintu gerbang, namun dibatalkan.


SFX: Suara klakson mobil dibunyikan berkali-kali.


Petugas sekuriti menoleh ke belakang lalu berhenti mendorong pintu pagar. Sebuah mobil berpapasan dengan mobil yang mengantar Cinta. Sedan merah berusaha masuk ke pintu gerbang. Kaca mobilnya tampak diturunkan. Sesaat, Cinta dan pengemudi mobil yang baru datang itu saling bertatapan. Namun tak lama karena mobil yang membawa Cinta, keburu berlalu. Seorang gadis cantik, YURA (24) memanggil sekuriti.


YURA

Bukain! Aku mau masuk! Oh ya, Pak! Siapa cewek tadi?

          

SEKURITI

Itu temannya Den Rean.


YURA

Teman Rean? Kok aku baru liat? Perasaan, teman-teman Rean aku kenal semua! Abis ngapain dia?


SEKURITI

Wah, kurang tahu, Neng! Kata Pak Bim, Den Rean sengaja ngundang si Neng itu. Eeh ... tapi maaf, Neng. Den Rean berpesan agar tidak memasukkan tamu selain yang diundang Den Rean.


YURA

Aku bukan tamu! Aku calon majikanmu, tau!


SEKURITI

Maaf, Neng. Ini perintah. Saya nggak berani melanggar.


Yura mendengus kesal. Ia mengambil HP di mobil lalu menelepon.


INTERCUT TO:


33. INT. RUMAH REAN. GALERI – SORE

Ponsel Rean berbunyi dengan nama Yura tampak di layar. Rean menoleh ke layar HP, tapi tak mau mengangkat. Wajahnya tampak tegang menahan marah. Pak Bim memperhatikan sikap Rean, kemudian mengambil dan mematikan ponselnya.


INTERCUT adegan Yura dan Rean.

Yura tampak kesal panggilannya tak diangkat. Ia mencak-mencak mengomel sendiri di depan pintu yang sudah ditutup. Kemudian Yura masuk mobil kembali untuk pulang. Namun beberapa saat kemudian, Yura keluar mobil sambil membanting pintu dengan kasar. Ia turun dan kembali memanggil sekuriti.


YURA

(teriak)

Pak! Bukain pintu! Aku mau ketemu Pak Bim sekarang! Penting!


Sekuriti tampak bingung menghadapi Yura. Untungnya Pak Bim datang di saat yang tepat. Pak Bim membuka pintu pagar kecil di samping gerbang, lalu menemui Yura.


PAK BIM

Ini ada apa lagi sih Neng?


YURA

Pak Bim! Sampai kapan sih dia mau nyalahin dan membenci aku terus kayak gini, hanya dengan alasan yang gak jelas?


PAK BIM

Ya nggak tau, Neng. Saya juga nggak ngerti! Lebih baik neng pulang aja!


YURA

(melemah)

Pak Bim, tolonglah! Aku cuma mau liat keadaan Rean. Nggak akan ganggu dia kok!


PAK BIM

(berpikir ragu)

Baiklah, Neng. Tapi Neng jangan temuin Aden. Aden lagi bener-bener nggak mau diganggu. Emosinya belum stabil. Saya takut terjadi hal-hal yang nggak diinginkan lagi. Saya capek, Neng!

 

YURA

Iya, janji! Aku langsung ke atas aja. Rean lagi di galeri, kan?


Pak Bim datang akhirnya mengizinkan Yura masuk lewat samping menuju balkon lantai atas.


CUT TO:


34. INT. RUMAH REAN. GALERI – SORE

Yura naik ke balkon atas yang bisa melihat langsung ke galeri. Yura mengawasi Rean yang sedang melukis wajah perempuan. Yura menyipitkan matanya agar makin jelas melihat sketsa di lukisan Rean.


YURA (VO)

(berpikir)

Wajah siapa yang ada di lukisan Rean? Perasaan udah pernah liat? Tapi siapa ... dan di mana ya?

 

Yura melihat Rean mengambil HP, lalu menelepon seseorang. Wajah Rean terlihat semringah.


REAN(OS)

Udah sampai belum, Cin? Ah, syukurlah! Aku hanya pastiin aja kamu selamat sampai di rumah. Oh iya, Cinta, makasih banyak untuk hari ini.


YURA

(menggerutu)

Cinta? Dia ngomong sama siapa sih? Apa ada Cinta selain cintaku? (beat) astaga! Wajah di lukisan itu mirip banget dengan cewek yang tadi ketemu di depan. Oh, no! Jangan sampai beneran dia yang Rean panggil Cinta!


Yura tampak menahan marah. Tangannya mengepal keras. Lalu ia menyender ke dinding untuk menenangkan diri sambil memejamkan matanya yang basah serta menggigit bibirnya yang bergetar.


CUT TO:


35. INT. RUMAH REAN. RUANG ATAS – SORE

Yura terlihat masih berusaha menahan emosinya. Ia menyeka air mata yang menetes di sudut mata.


REAN (OS)

Pak Bim! Tolong siapkan, aku mau mandi air hangat di atas!


PAK BIM (OS)

Sudah siap, Den! Tinggal pakai aja!


Yura sontak membuka matanya dengan tersentak. Ia tampak panik saat mendengar Rean mau mandi di ruang atas kepada Pak Bim. Yura segera menyembunyikan diri di belakang sofa dekat kamar Rean.


SFX: Suara langkah Rean menaiki tangga.


Rean datang lalu menaruh ponselnya di meja dekat persembunyian Yura, lalu masuk ke kamar.


SFX: Suara percikan air dari shower kamar mandi Rean.


Yura perlahan mengambil HP Rean dan mengecek panggilan telepon dan chatting WA. Yura pun mencatat nomor Cinta di HP-nya.

Yura buru-buru mengembalikan HP Rean, lalu turun dengan jalan berjingkat meninggalkan ruang atas rumah Rean.


CUT TO:


36. INT. RUMAH CINTA. KAMAR – SIANG

Terlihat Cinta sedang melakukan video call dengan Shaka. Wajah Shaka di layar tampak sedih tak seperti biasanya. Shaka terlihat berbicara dengan mulut tak lepas dari rokok.


CINTA

Mau konser aja pamitnya gini amat sih? Kayak mau pergi perang aja. Biasanya juga kamu kalau mau pergi ya pergi aja. Nggak lebay kayak gini.


SHAKA

Cin, aku serius! Aku harus persiapan tour ke beberapa kota sebagai band pendamping. Aku bakal lama nggak ketemu kamu. Mungkin juga... nggak akan liat lagi.


CINTA

Hush! Pamali ngomong gitu! Ya udah, kan masih bisa teleponan atau video call kayak gini. Gampang, kan? Yang penting, aku selalu dukung apa yang kamu cita-citakan. Apalagi ini kesempatan emas bisa satu panggung dengan band papan atas.


Shaka terlihat muram. Cinta semakin heran melihat sikap Shaka.


CINTA (CONT’D)

Kamu kenapa sih? Kok gitu banget mukanya? Jelek, tau! Eh, mulutmu itu dari tadi kayak kereta api zaman kompeni. Berasap melulu! Kurang-kurangin, kek! Ingat kesehatanmu!


SHAKA

(lirih, menyedot asap rokok)

Cin, baik-baik ya. Jaga diri dan cepet sembuh kakimu. Aku sayang sama kamu!


Shaka menutup panggilan videonya dengan meniupkan asap rokok ke layar hingga tampak putih. Cinta terhenyak dengan raut kebingungan.


SFX: Suara klakson mobil Rean


RANI (OS)

Cinta! Jemputan ke rumah Rean sudah datang tuh! Cepetan keburu sore! Jangan lupa pudding tapai bikinan Ibu dibawa buat Rean!


CINTA

Iiyaa, iyaa Bu! (beat) Ah, Shaka. Kok aku jadi nggak enak hati gini.


Cinta mengambil kruk di dekatnya, lalu berdiri bertopang pada tongkat penyangga itu berjalan menuju pintu ke luar.


CUT TO:

 

37. INT. RUMAH SHAKA – SIANG

Shaka duduk menekuk lutut di lantai bersandar di pinggiran tempat tidur. Ia masih memegang HP. Shaka semakin kerap menyesap rokok. Di lantai dekatnya tampak puntung rokok dan asbak yang berserakan di antara gitar dan laptop. Tak jauh darinya, sebuak koper baru setengahnya terisi pakaian.


INSERT: Mama Shaka masuk membawa beberapa stel pakaian rapi, kemudian disimpan di koper Shaka.

 

MAMA SHAKA

Ka, Ka! Berantakan banget gini sih? Gimana bisa ngurus diri sendiri seandainya jauh dari Mama!


Mama Shaka mengomel sambil memunguti puntung rokok di lantai lalu membuangnya ke tempat sampah.


MAMA SHAKA (CONT’D)

Banyakin istirahat, besok kamu berangkat. Ingat, Mama akan dukung karier musik kamu, tapi lupakan Cinta. Percuma Mama dukung tapi dia akan jadi penghalang kariermu.


SHAKA

(kesal)

Ma! Apa alasannya sampai Mama bilang dia penghalang karierku? Selama ini kami baik-baik saja!


MAMA SHAKA

Ka, dunia ini keras! Apalagi di dunia musik. Apa yang kamu harapkan dari Cinta yang sekarang ini cacat, nggak bisa apa-apa? Itu hanya akan merepotkan kamu nantinya!


SHAKA

Please, Ma! Cinta akan sembuh. Dia bisa jadi pendamping hidupku!


MAMA SHAKA

Sudahlah, yang kamu butuhkan saat ini adalah fokus ke dunia musik, agar mimpimu bisa terwujud. Itu kan maumu?


Mama Shaka berjalan menuju pintu. Sebelum menutup pintu ia berbicara kembali.


MAMA SHAKA (CONT’D)

Ingat, Ka! Ini dukungan Mama terakhir buat kariermu. Kalau nggak mau nurut, mendingan kamu ikutin kata papamu untuk kuliah bisnis di Aussie.


Pintu kamar ditutup mamanya. Shaka kembali menyulut rokok, memainkan asapnya sampai berbentuk bulat-bulat.


CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar