Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cinta yang Keparat
Suka
Favorit
Bagikan
16. Bagian #16

76  INT. WARUNG AYAM CHICKEN – PAGI

Layar televisi menunjukkan adegan press conference. Mas Pedro, Ditta, Alira dan Micha hanya bisa memandangi dengan wajah tak percaya.

MICHA
Kurang ajar sekali orang itu!


MAS PEDRO
Benar-benar orang kuat, bisa meminta dukungan Kak Tose!


Micha memeluk Alira yang berdiri di sampingnya.

MICHA
Jangan kuatir, orang itu gak akan bisa terus berkelit. Aku sudah minta 3 korban yang melapor pada kita membuat surat pernyataan. Mereka bersedia datang sebagai saksi...


Alira hanya mengangguk.

Bersamaan itu suara sirine mobil polisi terdengar dan berhenti tepat di depan arung Ayam Chicken.

Beberapa petugas polisi kemudian masuk ke dalam Warung. Salah satunya langsung mendekati Alira.

POLISI 1
Saudari Alira, Saudari ditangkap atas tuduhan penganiayaan dan pencemaran nama baik.

MICHA
(Mencoba menghalangi)
Apa-apaan ini, laporannya baru diajukan tadi, kami melihat press conference beberapa menit lalu, kenapa sudah ada penangkapan ini?

POLISI 1
Kami bergerak cepat, karena bukti-bukti yang ada sudah sangat jelas. Kami hanya mengantisipasi pelaku penganiayaan pergi dari kota ini.


Beberapa petugas yang ada di belakang polisi itu segera memborgol Alira dengan kasar.

Micha, Mas Pedro dan Ditta hanya bisa diam melihatnya;

Namun sebelum Alira digiring, Micha mendekat.

MICHA
Kamu sabar ya! Aku akan langsung hubungi Papa agar segera mengirim pengacara untukmu.


Alira tak berekasi. Dua polisi yang menggiringnya sudah mendorongnya maju ke depan.

CUT


77  INT. PENJARA – SIANG

Alira dengan pakaian tahanan digiring ke dalam sebuah ruang penjara yang ada di ujung ruangan.

Tiga orang penghuni di sana hanya memperhatikannya dengan tak peduli.

Alira masih berdiri di balik jeruji besi itu untuk beberapa lama, memandangi ruangan di depannya. Tapi yang kemudian terjadi adalah, ia seperti melihat Minia berlari-lari menuju ke arahnya.

MINIA
(Mengulurkan tangannya)
Kakaaaak....


Tapi bayangan Minia semakin lama semakin menjauh... Lalu hilang tak terlihat lagi.

Alira menunduk dengan jatuh di atas lututnya. Ia sudah menangis tergugu.

CUT


78  EXT. RESTORAN MEWAH – MALAM

Yulianto dengan perban di lehernya dan sedikit lebam di wajahnya, duduk di antara Pengacaranya dan Kak Tose. Di depan ketiganya, terlihat makanan lengkap nan lezat yang menggugah selera.

YULIANTO
Terima kasih... atas upaya kalian... saya tak akan melupakannya...


Yulianto menyodorkan dua kotak hadiah pada kedua tamunya itu, yang segera diintip. Isinya beberapa batangan emas. Pengacara dan Kak Tose pun tertawa gembira.

PENGACARA
Bapak Yulianto tak usah repot-repot begini. Sudah tugas kami membantu Bapak.

KAK TOSE
Betul... sebenarnya reputasi dan nama baik bapak Yuliantolah yang menyelamatkan Bapak sendiri...


Pengacara dan Yulianto mengangguk-angguk setuju.

PENGACARA
Yang pasti, besok semuanya akan kembali baik-baik seperti sedia kala. Pelaku sudah dijebloskan ke penjara, ia gak mungkin bisa lepas lagi


Ketiganya tertawa.

CUT


79  INT. KAMAR BRIA – RUMAH YULIANTO – MALAM

Rumah Yulianto nampak sepi di beberapa sudut. Halaman sepi. Ruang-ruang sepi. Basement sepi.

Hanya dari satu ruangan terdengar sama suara musik sama-sama. Kamar Bria.

LAGU
Tell me when the kiss/ Of love becomes a lie/ That bears the scar of sin too deep/ To hide behind this fear/Of running unto you/Please let there be light/ In a darkened room...(In a Darkened Room - Lagu Skid Row)


Di situ Bria masih terdiam bersender di pembaringannya. Ia duduk sambil memeluk lututnya dengan mata sembab.

Bria mengambil ponselnya. Dengan ragu ia menyalakan kamera. Namun keraguannya, membuatnya kembali menutup ponselnya.

Kembali terngiang kalimat Alira...


INSERT

Potongan adegan Scene 70

ALIRA (O.S.)
Kamu... benar-benar ingin menutup mata... atas apa yang sudah dilakukan Ommu itu? Ia sudah melecehkan beberapa anak... dan juga membunuh adikku! Apa kamu benar-benar tak tahu itu?


Bria hanya menunduk. Dan memejamkan matanya kuat-kuat.

INSERT

Potongan adegan Scene 70

ALIRA (O.S.)
Dan apa kamu... juga tahu ke mana ommu itu... mengirimku beberapa hari ini?


Bria meremas rambutnya.

Bria kembali menyalahan kamera di ponselnya. Ia menatap wajahnya d layar ponsel dengan ragu selama beberapa saat.

Lalu akhirnya Bria menekan tombol Play.

Sesaat ia hanya diam.

Detik jam dinding berlalu. Cicak di dinding terdiam seperti menunggu. Suara lagu di komputernya pun seperti tiba-tiba lenyap.

Lalu Bria mulai menarik napas dalam-dalam.

BRIA
Nama saya Bria Andrian. Saya adalah keponakan dari Bapak Yulianto Endro yang sekarang sedang menjadi perbincangan karena kasus penganiayaan beberapa malam lalu.
(Bria terdiam beberapa saat)
Saya memohon maaf, karena selama ini... telah menutup mata atas apa yang dilakukan Om saya....


Bria kembali menarik napas dalam-dalam.

BRIA
Dua tahun lalu... saya melihat pertama kalinya apa yang dilakukan Om saya. Saat itu saya menjemputnya di Yayasan. Tapi saya diam, karena saya takut harus meninggalkan segala kemewahan yang diberikan pada saya.


Bria mengusap matanya yang berkaca-kaca..

BRIA
Bahkan malam itu... saya juga melihat apa yang terjadi pada Adik Minia...


DISSOLVE TO


80  INT. YAYASAN CINTA ITU ABADI – MALAM - FLASHBACK

Bria sedang berjalan santai menuju ruangan Kepala Yayasan. Satu tangannya memainkan ponselnya, satu tangan lainnya memutar-mutar kunci mobil.

Lalu ia mendengar suara Minia berteriak. Ia cepat berlari menuju pintu. Ia hampir saja membuka pintu itu, tapi tangannya tak bergerak.

YULIANTO
Diamlah kau, Anak tak tahu diri! Bukankah kamu sendiri tadi yang bilang mau diberi hadiah ponsel di hadiah ulang tahunmu ini? Jadi diamlah saja!


Saat itulah suara Minia kembali terdengar disusul suara Yulianto yang kesakitan.

Minia kemudian nampak berlari keluar ruangan. Bria cepat-cepat bersembunyi dari pintu.

Ia melihat Yulianto mencoba mengejar Minia.

Minia menaiki kursi.   

MINIA
(Sambil Menangis)
Toloooong!


Yulianto nampak panik.

YULIANTO
Jangan teriak, Bangsat!


Yulianto segera berlari menyusul, dan dengan kepanikan di wajahnya ia mendorong tubuh Minia di atas kursi itu.

Suara teriakan Minia sesaat terdengar panjang. Sebelum suasana malam kembali hening seperti semula.

Di sudut gelap, Bria terdiam tak percaya sambil menutup mulutnya dengan tangan gemetar.

DISSOLVE TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar