Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
66 INT./EXT. HALAMAN RUMAH YULIANTO – MALAM
Alira melompat ke dalam Rumah Yulianto.
Di dalam Alira mengamati sekitarnya. halaman ini cukup luas. Tanaman tertata rapi. Satu kolam besar berisi ikan koi, dan beberapa sangkar burung mewah terlihat di beberapa sudut.
Namun rumah utama masih berjarak sekitar 10 meter darinya.
Alira melangkah maju dengan hati-hati.
Seorang penjaga yang kebetulan lewat, melihat kehadirannya.
Alira langsung berlari dan melompat, sambil memberi pukulan Han Sonnal Mok Chigi (pukulan sabetan tangan bagai pisau) ke leher penjaga 1.
Penjaga 1 langsung terkapar.
Alira kembali melanjutkan langkahnya.
Seorang Penjaga 2 kembali datang. Ia cepat-cepat mengambil walkie talkienya. Tapi Alira bergerak lebih cepat.
Alira melakukan tendangan Ap Chagi (tendangan depan menggunakan kaki depan) hingga Penjaga 2 terhempas, lalu melompat ke arah tubuh Penjaga 2 tersungkur. Dicengkramnya bajunya.
Penjaga 2 menggeleng ketakutan. Dan Alira memutuskan memukul kembali lehernya.
Belum sempat Alira bangkit, Penjaga 3 kembali muncul di sampingnya. Kali ini, melihat kawannya tersungkur, ia segera berteriak memanggil bantuan.
Alira mencoba mendekati Penjaga 3, tapi sebelum ia sampai, empat penjaga lainnya sudah muncul di depannya. Kemudian disusul dua orang lainnya. Keduanya ornag yang terakhir ini ternyata adalah Pengawal Pribadi yang ditemui Alira di Desa Manyar..
Pengawal Pribadi 1 dan Pengawal Pribadi 2 menyeruak maju di antara para Penjaga. Sempat ia melihat 2 penjaga yang terkapar tak jauh darinya.
Pengawal Pribadi 1 langsung memberi aba-aba. Empat orang Penjaga sudah bersamaan menyerang Alira.
Alira dengan lincah menghidari serangan-serangan itu.
Satu penjaga dapat ditendangnya dengan Twieo Yeop Chagi (tendangan samping yang dilakukan dengan melompat), hingga tersungkur. Satu penjaga yang lain dibantingnya hingga tak lagi bisa bangkit.
Dua penjaga tersisa langsung mengeluarkan belati mereka. Mereka kembali menyerang bersamaan. Namun kembali satu tendangan Dubal Dangsang Chagi (Tendangan dengan dua target sasaran) Alira mampu membuat keduanya tersungkur.
Sesaat ketiga-tiganya berhadap-hadapan.
Dua serangan langsung mengarah pada kepala Alira. Alira mencoba menghindar dengan tangkisan Eotgoreo Arae Makki (tangkisan silang ke arah bawah).
Sesaat terjadi adu pukulan cepat. Dua Pengawal Pribadi itu memukul tanpa henti, dan Alira menangkis tanpa henti.
Namun satu kesempatan Alira mempu membuat serangan balik. Tendangannya ke bawah, mampu meembuah Pengawal Pribadi 2 terjatuh. Walau mampu bangkit lagi dengan cepat, Alira langsung menyusulkan dengan serangan Twieo Ap Chagi (tendangan depan yang dilakukan sambil melompat).
Pengawal Pribadi 1 menyusul menyerangnya, Alira berbalik secepat kilat, dan meraih bukulan itu, dan berbalik melakukan bantingan. Pengawal Pribadi 1 seketika jatuh terkapar.
Pengawal Pribadi 1 hendak berteriak, namun belum sempat berucap apa-apa, Alira sudah menendangnya mulutnya hingga pingsan.
Alira memandang sekitar. Tubuh-tubuh bergelimpangan terlihat di berbagai sudut.
Alira menuju ke pintu yang ada di dekatnya.
Ia masuk ke dalam
CUT
67 INT. RUANG 1 RUMAH YULIANTO – MALAM
Alira melangkah ke ruangan lainnya.
Saat tiba di ruangan yang cukup luas, ia melihat seorang gadis cantik duduk di kursi. Gadis itu adalah gadis yang dilihat Alira di Desa Manyar.
INSERT
Potongan Scene 42
CLOSE UP
Seorang Perempuan cantik berwajah sadis dan keras.
Di belakang kursi Pengawal Pribadi 3 itu duduk, nampak 10 penjaga bertubuh besar berdiri di belakangnya.
Tanpa aba-aba, 10 penjaga itu sudah maju bersamaan. Mereka secara bersamaan melakukan serangan pada Alira.
Kali ini Alira nampak terdesak. Ia tentu tak akan bisa langsung melayani 10 orang. Ia sudah menghindar secepat mungkin. Tapi setiap satu hindaran, 9 serangan lain menyusul. Hingga satu kali sebuah tendangan membuat Alira tersungkur.
Kejadian itu terjadi hingga 2 kali. Kali ini darah mengucur dari mulut Alira. Kali ketiga ia bangkit dan akan menghadapi 10 serangan itu, tiba-tiba semua yang ada di situ terkejut karena sebuah pintu di belakang mereka terdobrak!
Micha yang muncul pertama kali dari balik pintu, disusul Anjar dan Dwi.
Alira menatap tak percaya.
Anjar mengangguk.
Alira hanya bisa menatap tak percaya.
CUT
68 EXT. RUMAH MAS PEDRO – MALAM - FLASHBACK
Lanjutan Scene 63
Mas Pedro dan Istrinya masih melihat Alira menjauh dari rumahnya.
Lalu ia mengambil ponselnya untuk menelefon.
SPLIT LAYAR
Di layar muncul Micha menerima telefon. Lalu ia menelepon.
SPLIT LAYAR
Di layar muncul Dwi menerima telefon.
SPLIT LAYAR
Di layar muncul Anjar menerima telefon.
Hingga keempatnya berderet di layar.
CUT
69 INT. RUANG 1 RUMAH YULIANTO – MALAM
Kini Micha, Dwi dan Anjar maju ke depan. Ke-10 penjaga sudah menyerang mereka. Perkelahian 3 lawan 10 pun terjadi.
Alira sendiri berjalan lurus ke arah Gadis Pengawal Pribadi 3.
Kini keduanya berhadap-hadapan.
Alira memasang kuda-kudanya, namun Gadis Pengawal Pribadi 3 memasang kuda-kuda yang sama.
Keduanya menyerang bersamaan.
Keduanya bertarung dengan sengit. Gerakannya nyaris sama, satu pukulan Yeop Jireugi (Pukulan Samping) di balas pukulan Yeop Jireugi. Satu Pyeonsonkeut Upeo Chireugi (tusukan dengan Telapak Tangan Mendatar) dibalas dengan Satu Pyeonsonkeut Upeo Chireugi. Satu Penriyti Chagi (Tendangan keliling) dibalas dengan Satu Penriyti Chagi.
Beberapa pukulan mengenai Alira, namun beberapa tendangan juga mengenai Gadis Pengawal Pribadi 3.
Tapi akhirnya, Alira berhasil menendang dengan tendangan pamungkasnya, tendangan Dwi Chagi (Tendangan belakang), yang walaupun sudah coba ditangkis oleh Gadis Pengawal Pribadi 3 tetap membuat pertahanannya ambruk. Gadis itu pun terhempas di jendela yang seketika hancur.
Alira menatapnya sejenak, namun setelah tak ada tanda-tanda Gadis Pengawal Pribadi itu bangkit kembali, ia sudah lanjutkan langkahnya ke ruang sebelah.
CUT
70 INT. RUANG 2 RUMAH YULIANTO – MALAM
Alira melangkah masuk dan ia terkejut melihat Bria berdiri dengan gamang di ruangan itu.
Bria menunduk.
Bria terdiam.
Alira hanya diam sesaat. Tapi ia kemudian tetap melangkah mendekati Bria.
Alira sudah melompat menyerang Bria. Hanya beberapa gerakan saja, ia sudah bisa menendang Bria hingga tersungkur.
Alira masih melompat dan seperti akan menyelesaikan serangannya dengan satu pukulan lagi. Tapi tangannya itu berhenti tepat di depan wajah Bria.
Bria hanya menunduk. Ia sudah menangis tanpa suara.
Bria meringkukkan tubuhnya.
Bersamaan itu, Micha, Dwi dan Anjar masuk ke ruangan itu.
Alira akhirnya mengurungkan niatnya. Ditatapnya Bria yang makin terpuruk.
Alira melanjutkan langkahnya ke kamar utama.
Ia menendangnya sampai pintu itu hancur.
CUT