Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
26. INT. KAFÉ TEPISIR – PAGI
Kafé kecil di Balikpapan, modern industrial minimalis.
Pagi baru buka — sunyi, suara mesin espresso masih grogi bangun tidur.
MAMA ARKA duduk di sudut paling strategis: punggung ke dinding, tatapan menguasai ruang. Auranya dingin seperti kontrak merger.
LIRA masuk perlahan. Seragam kerja rapi, rambut diikat, tapi ada gugup yang bahkan dunia pun ikutan tegang.
Ketika ia melangkah masuk, kaca kafe berembun pelan - bukan karena cuaca, tapi karena atmosfer intens dari dua dunia yang akan bentrok.
Lira berdiri di depan meja. Jarak satu meter dari Mama Arka, tapi intensitasnya seperti jarak satu inci dari badai.
Lira duduk pelan, punggung tegak. Dia putri kampung, tapi sorot matanya jujur dan kuat. Dunia suka itu. Sayangnya . . . Mama Arka bukan dunia.
MAMA ARKA
(TENANG, TAPI TAJAM)
LIRA
FLASHBACK CEPAT — seperti cut-cut dracin vertikal, ritme cepat, sound “dug-dug” intens.
INT. KAMAR TAMU RUMAH ARKA – MALAM
Arka berdiri di depan Mama-nya, wajah tegang.
Mama Arka
Arka mengepal rahang.
Rani yang ngupung di depan pintu, pura-pura sibuk, tapi matanya memanas. Sementara Danu memegangi pintu seperti juru damai.
Kembali ke kafe. Kembali ke SCENE 26
Pelayang datang - gemetar sedikit karena aura meja itu padat kayak plot episode 9 drakor. Dua kopi hangat diletakkan.
Sunyi panjang.
MAMA ARKA
(SETENANG CEO MAU PECAT DIREKSI)
LIRA
(HALUS, SOPAN)
MAMA ARKA
Lira menunduk sebentar - mengumpulkan keberanian. Ketika ia mendongak, dunia di sekitar mereka sedikit nge-zoom otomatis.
LIRA
Mama Arka menyilangkan tangan. Pose yang bisa bikin direksi perusahaan multinasional batal napas.
MAMA ARKA
BEAT.
Dunia ikut berhenti setengah detik.
Lira memegang cangkir, tapi tidak minum.
LIRA
(PERLAHAN, JUJUR)
Mama Arka mencondongkan badan sedikit. Ini bukan percakapan. Ini audit emosional tingkat eksekutif.
MAMA ARKA
Ada jeda kecil. Lira harus memutuskan: diam, atau jujur.
Akhirnya Lira memilih jujur - cara paling sakit tapi paling tulus.
LIRA
Mama Arka menatapnya lama. Lebih lama dari batas kenyamanan manusia normal.
MAMA ARKA
(SANGAT LAMBAT)
Wajah Lira berubah. Ada sesuatu yang seperti dicabut dari dadanya.
LIRA
(BERBISIK)
Mama Arka mengangguk.
MAMA ARKA
(BEAT, DINGIN)
JLEB.
Lira menunduk. Jantungnya berdegup pelan tapi berat. Dunia berdesis seperti elektrik halus di lampu kafe.
MAMA ARKA
(PELAN, MENUSUK)
Lira menarik napas gemetar — tapi tidak membantah.
LIRA
MAMA ARKA
Ada jeda.
Lira menatap keluar jendela sebentar—mata berkabut, tapi tidak menangis. Kemudian ia kembali menatap Mama Arka. Dengan tenang.
Dengan keberanian yang sederhana, tapi kuat.
LIRA
(HALUS, LIRIH,
TAPI JUJUR SAMPAI MENUSUK)
Mama Arka terkejut kecil — Lira tidak membela diri. Tidak ngotot. Tidak dramatis.
LIRA
BEAT.
Mama Arka tidak menyangka kedewasaan itu.
LIRA
Lampu kafe berkedip pelan. Gelombang kecil muncul di gelas air — dunia bereaksi keras, tidak suka.
MAMA ARKA
(NADA MELEMBUT, TANPA SADAR)
Lira tersenyum kecil. Senyum yang pahit tapi dewasa.
LIRA
Dunia berdesis keras — lampu berkedip dua kali. Seolah menolak.
Mama Arka sedikit tersentak. Untuk pertama kalinya . . . dia kehilangan kontrol sepersekian detik.
TELEPON BERDERING — Nama di layar: ARKA.
Mama Arka menatap layar, lalu menatap Lira.
Lira menunduk, tidak berani lihat.
Mama Arka mengangkat telepon.
ARKA (V.O.)
(SUARA BERAT, GELISAH)
Mama Arka melirik Lira yang menahan napas.
ARKA (V.O.)
MAMA ARKA
CUT TO.
Mama Arka mematikan telepon.
Dunia ikut sunyi.
MAMA ARKA
(DINGIN, TAPI RETAK TIPIS)
Lira membeku.
MAMA ARKA
Lampu berkedip lagi—lebih keras. Dunia menahan napas. Narator bahkan tidak berani ngomong.
Dan . . . pintu kafe terbuka.
Arka berdiri di ambang pintu. Nafasnya pendek. Matanya langsung mencari Lira.
CUT TO:
27. INT. KAFÉ TEPISIR – CONTINUOUS
Pintu kafe tertutup otomatis di belakang Arka.
Suara klik pintu terdengar seperti gong pembuka duel takdir.
Udara menegang. Bahkan mesin espresso berhenti bunyi — kayak baristanya pun ikut takut salah gerak.
LIRA menunduk, memeluk tangannya sendiri.
MAMA ARKA tegak, wajah elegan dan dingin seperti CEO mau nekan rival di ruang rapat.
ARKA berdiri kaku. Mata langsung jatuh ke Lira. Bukan ke Mama. Bukan ke kursi. Ke Lira. Dunia nge-zoom halus sekali.
Arka melangkah.
Satu langkah.
Dua langkah.
Mama Arka menggeser cangkirnya setengah sentimeter — gesture kecil, tapi “ini wilayahku”.
Arka berhenti tepat di depan mereka.
Mama Arka tidak menjawab. Dia hanya menatap Arka dengan tatapan “kau akan menjelaskan, atau Mama yang jelaskan”.
Lira menunduk makin dalam, kedua tangan mengepal di paha.
Arka memandang Lira. Suara hatinya kacau, tapi matanya jernih: ada rasa takut kehilangan di situ.
ARKA
(LEBIH PELAN, KE LIRA)
Lira tidak bisa jawab cepat. Napasnya naik - turun cepat - panas, sakit, lembut, semuanya bercampur.
LIRA
(PELAN, SOPAN, SUARA SERAK SEDIKIT)
Arka menutup mata sepersekian detik. Seperti orang yang baru kena hantam kenyataan tepat di ulu hati.
MAMA ARKA
(DINGIN, LANGSUNG MENUSUK)
Arka menghela napas—berat, keras, kayak menahan ledakan.
ARKA
MAMA ARKA
(KAKU)
Tatapannya melesat ke Lira. Lira langsung menunduk rendah sekali.
Dunia berdesis halus, getaran kecil di meja.
ARKA
(TEGAS, TAPI HATI-HATI)
MAMA ARKA
(MEMOTONG, TAJAM)
Arka menegang. Pandangannya naik: dari meja . . . ke wajah Mama . . . lalu kembali ke Lira.
Vibe drakor naik: Kamera imajiner kita geprek fokus ke wajah Lira — mata merah sedikit, tapi tegar.
LIRA
(SUARA PECAH HALUS)
(MENGGIGIT BIBIRNYA)
Tanpa disuruh, Lira bergerak untuk berlutut.
Arka membalik tubuh ke Lira dalam satu gerakan cepat.
ARKA
(KERAS, EMOSIONAL, TAK BISA NAHAN)
Kafe langsung sunyi. Barista spontan pura-pura nyusun gelas.
ARKA
(MENATAP LIRA, JUJUR, DADANYA NAIK)
Lira tertahan napas. Matanya goyah. Walau ia berusaha memberontak, namun Arka tetap memaksa Lira untuk bangkit dan duduk kembali di bangkunya.
MAMA ARKA
(SINIS HALUS, MENUSUK)
Arka menoleh ke Mamanya. Bahunya tegang, rahang mengeras.
ARKA
(JEDA, MENGATUR NAPAS)
Mama Arka menyilangkan tangan.
MAMA ARKA
Lira sudah di tengahnya. Zoom halus ke wajah Lira. Otot lehernya menegang. Matanya berkaca, tapi ia tahan sekuat mungkin.
MAMA ARKA
(SUARA TENANG TAPI MEMOTONG NADI)
Lira tertelan napas.
LIRA
(SUARANYA LIRIH, TAPI JUJUR DAN DEWASA)
(HAMPIR MENANGIS)
Arka menatap Lira seperti baru lihat sisi hatinya meledak di depan mata. Dunia berkedip, lampu kafe redup dua detik.
MAMA ARKA
(KAKU, FINAL)
Pertanyaan itu jatuh seperti pedang. Lira membeku.
Arka menatap Mamanya dengan amarah yang ia tekan sekeras mungkin.
LIRA
ARKA
(TEGAS, MENAHAN EMOSI)
Lira menutup mata — setetes air mata tumpah akhirnya.
MAMA ARKA
(DINGIN, MEMANDANG ARKA)
BEAT PANJANG.
Nafas Arka tercekat.
Arka duduk pelan, menatap dua perempuan paling penting dalam titik hidupnya saat ini.
ARKA
(SUARA RENDAH, SERIUS,
INI TITIK BALIK)
(MENATAP LIRA)
Lira terkejut.
Muka Mama Arka tegang.
ARKA
(JUJUR, PELAN,
MEMATIKAN SETIAP ALASAN)
KAFE SUNYI. DUNIA FREEZE SETENGAH DETIK. NARATOR pun sampai nggak berani muncul.
Mama Arka menatap Arka lamaaa sekali.
Lira menutup mulut dengan tangan—shock, takut, bahagia, semuanya campur.
MAMA ARKA
(SANGAT PELAN, NYARIS TAK TERDENGAR)
Arka mengangguk, pelan tapi pasti.
Lira menatap meja, tubuhnya gemetar… tapi untuk pertama kalinya—ada sinar kecil di matanya.
Mama Arka berdiri. Anggun. Elegan. Tapi aura badai masih terasa.
MAMA ARKA
Arka menegang. Lira menahan napas.
MAMA ARKA
Ia berbalik. Melangkah menuju pintu. Sebelum keluar, ia bicara tanpa menoleh
MAMA ARKA
(PELAN)
Pintu terbuka. Mama Arka keluar.
Tertutup pelan. Sunyi.
Arka duduk pelan. Tangannya gemetar sedikit.
Lira menatapnya—takut, hangat, terkejut.
Arka mencondongkan tubuh.
ARKA
(LEMBUT, PENUH BEBAN TAPI YAKIN)
Lira menggigit bibir, mengangguk pelan.
LIRA
(TERSENYUM KECIL
TAPI MATA MASIH BERKACA)
Dunia berdesis, lampu berkedip hangat.
Narator akhirnya muncul. Pelan. Geli.
NARATOR (V.O.)
FADE OUT