Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
ACT I — SETUP
FADE IN.
01. EXT. JAKARTA – MALAM
Lampu kota berkilat seperti piksel yang kelelahan. Suara lalu lintas jadi ambience yang terasa terlalu "didesain" untuk adegan pembuka.
NARATOR (V.O.)
CUT TO:
02. INT. RUANGAN PENTHOUSE ARKA – MALAM
Arka Maheswara (30), CEO muda dengan kerapian yang mencurigakan, duduk menatap layar laptop yang menampilkan spreadsheet super kompleks. Segala hal tentang dirinya terlihat . . . stabil.
NARATOR (V.O.)
Arka menghela napas. Matanya merah lelah. Ia menutup laptop.
ARKA
(BERBISIK)
Lampu ruangan BERKEDIP sepersekian detik. Seperti glitch kecil.
Arka memperhatikannya - bingung.
ARKA
Glitch hilang. Ruangan kembali normal.
NARATOR (V.O.)
Arka memijit pelipisnya — mengira dirinya berhalusinasi.
CUT TO:
03. EXT. GEDUNG KANTOR ARKA – PAGI
Cahaya matahari menempel rapi di kaca gedung bertingkat. Terlalu rapi. Seperti dunia sedang berusaha tampil sempurna hari itu.
Danu Pradipta (30), CFO, gaya humor deadpan, berdiri dengan kopi di tangan.
DANU
Arka masuk ke gedung. Rapi. Tegas. Sangat CEO.
ARKA
DANU
(MENATAP ARKA CURIGA)
Arka menahan senyum.
ARKA
NARATOR (V.O.)
CUT TO:
04. INT. RUANG RAPAT UTAMA – PAGI
Investor, staf senior, dan tim manajemen duduk menunggu presentasi Arka dimulai.
Arka maju.
Klik remote.
Slide pertama muncul: GRAFIK PERTUMBUHAN.
Semua normal.
Lalu - SLIDE BERKEDIP.
Tulisan aneh muncul sepersekian detik: "TURN AROUND".
Arka mengerjap. Slide kembali normal.
ARKA
(BERHENTI BICARA)
. . .
DANU
(BERISIK)
Arka hendak melanjutkan — LAMPUNYA MEREDUP.
RUANGAN NGE-ZOOM. SUARA DESIS seperti dalam adegan drama pendek vertikal yang lagi jadi trend saat ini.
Investor semua terlihat normal.
Hanya Arka yang melihat distorsi.
RANI SASMARA (26) masuk diam-diam membawa berkas. Senyum tipis, vibe 4D.
RANI
(TENANG, PURA-PURA FORMAL)
Glitch berhenti. Dunia kembali normal.
Arka terpaku menatap Rani.
NARATOR (V.O.)
CUT TO:
05. INT. SKYBRIDGE – CONTINUOUS
Arka masih menatap bayangannya yang terpantul dari dinding kaca itu barusan melambai. Sekarang bayangan itu pura-pura normal lagi - tangan turun, wajah Arka datar - tapi terlalu cepat untuk disebut kebetulan.
Arka memicingkan mata.
ARKA
(KESAL)
Arka membalikkan badan, pantulan dirinya mengangkat alis dan tersenyum sejenak lalu kembali normal.
Arka langsung jalan cepat, seperti mau kabur dari dirinya sendiri.
CUT TO:
06. INT. KORIDOR LANTAI 28 – PAGI
Koridor modern minimalis. Terlihat biasa saja . . . sampai lampu-lampu downlight berkedip dalam ritme aneh, seperti Kode Morse yang sedang flirting.
Di ujung koridor, DANU PRADIPTA muncul dari tikungan sambil membawa tablet dan wajah lelah permanen.
DANU
ARKA
DANU
Arka menatap Danu, minta konfirmasi absurd.
ARKA
DANU
Danu lanjut jalan. Arka mengikutinya seperti anak hilang.
CUT TO:
07. INT. ARKA’S OFFICE – PAGI
Pintu terbuka sendiri ketika mendengar langkah Arka.
Tidak otomatis - tapi benar-benar seperti mendengar.
Arka masuk, waspada.
Di meja kerjanya ada secangkir kopi panas. Masih beruap. Masalahnya? Arka belum pesan kopi.
ARKA
(SUSPICIOUS)
Aroma kopi menggantung . . . terlalu wangi untuk kopi kantor.
NARATOR (V.O.)
Arka memelototi udara kosong.
ARKA
NARATOR (V.O.)
Arka kesal, tapi diminum juga kopi itu.
Manusia tetap manusia.
KNOCK! KNOCK! Pintu diketuk.
Arka dan Narator sama-sama diam, dua pihak yang nggak jelas bermusuhan atau berteman itu menyadari kalo mereka kedatangan tamu.
Pintu terbuka.
Masuklah RANI SASMARA — rapi, elegan, dan aura "PR Manager yang terlihat antagonis tapi sebenarnya cuma kelelahan eksistensial".
Rani meletakkan tablet di meja Arka.
RANI
Arka tersedak kopi.
Danu yang baru masuk belakang Rani cuma mengangkat dua tangan.
DANU
Arka menatap mereka berdua—bingung, takut, pasrah.
ARKA
Masalah apa lagi?
Rani menarik napas panjang, lalu memutar tablet - menunjukkan sebuah video CCTV.
INSERT: CCTV FOOTAGE
Arka berjalan masuk kantor. Pintu otomatis macet. Arka geser kanan-kiri. Arka mundur. Pintu terbuka. Tapi dalam rekaman, bayangan Arka di kaca tidak mengikuti gerak tubuhnya. Pantulan bayangannya bergerak sendiri. Mandiri. Seolah punya agenda.
Rani menatap Arka serius.
RANI
Arka menatap layar, pucat. Narator tertawa kecil.
NARATOR (V.O.)
Arka masih menatap layar.
Rani dan Danu berdiri seperti dua panel komik yang siap melempar dialog sarkas.
Tapi sebelum salah satu dari mereka sempat bicara . . .
CUT TO:
09. EXT. CITY ROOFTOP – PAGI JELANG SIANG (BALIKPAPAN)
Tiba-tiba film seperti lompat chapter. Tidak ada transisi. Tidak ada penjelasan. Adegan cuma . . . pindah.
Di rooftop kosong, LIRA WULANDARI duduk di pinggir tembok, kaki menjuntai, rileks kayak sudah mengenal semesta lebih dahulu dari kita.
Uap laut dari Teluk Balikpapan naik pelan, kayak bisikan lama yang masih nyasar ke langit. Lalu berhembus lembut. Terlalu lembut. Seperti angin yang sengaja dipesan khusus untuk scene-nya.
Di tangannya ada sebungkus Nasi Kuning yang tengah ia santap dan di sampinganya ada sepiring Gorengan hangat plus segelas kopi hitam yang hangat juga, Sebuah ritual kecil: cara sebagian besar warga Kalimantan Timur menyapa hari sebelum ramai, sebelum panas, sebelum hidup mulai minta terlalu banyak.
Ia menatap kamera . . . tidak langsung, tapi seperti tahu ia sedang “dilihat”.
NARATOR (V.O.)
Lira tersenyum kecil. Bukan ke kamera. Ke suara Narator.
LIRA
(TENANG, SANTAI)
NARATOR (V.O.)
Selesai sarapan, Lira berdiri.
Saat ia berdiri . . .
GLITCH halus: bayangannya ARKA nongol setengah detik terlambat di hadapan Lira. Tapi bukan menyeramkan . . . lebih seperti dunia kesulitan mengikuti mood Lira.
Ia berjalan menuju pintu rooftop.
Pintu terbuka tanpa disentuh - lebih rapi daripada pintu di kantor Arka.
CUT TO:
09. EXT. TROTOAR BALIKPAPAN – PAGI JELANG SIANG
Ditemani headset bluetooth, Lira jogging menyusuri trotoar tepian sungai Mahakam.
Orang-orang di sekitar bergerak normal, tapi setiap ia lewat:
· Warna iklan billboard sedikit lebih cerah.
· Lampu jalan berhenti flicker.
· Bahkan kucing jalanan tiba-tiba terlihat well-behaved.
Lira tidak menyadari. Atau pura-pura tidak menyadari.
NARATOR (V.O.)
Lira berhenti mendadak.
Ia menatap ke ujung jalan . . . seperti mendengar sesuatu yang penonton tidak dengar.
LIRA
(BERBISIK, PUITIS)
BEAT.
Lira tersenyum kecil. Senyum yang bikin dunia sekitarnya ikut berseri setengah detik.
Dan tanpa alasan jelas, lampu lalu lintas di belakangnya berubah hijau . . . padahal belum waktunya.
CUT BACK TO:
10. INT. ARKA’S OFFICE – PAGI
Arka masih panik menatap CCTV - seperti dua dunia sedang mengejar garis waktu masing-masing.
Danu menepuk bahu Arka.
DANU
Narator tertawa kecil.
NARATOR (V.O.)
CUT TO BLACK.
TITLE CARD:
“CEO Bucin”
CUT TO :
11. INT. ARKA’S OFFICE – PAGI(LANJUTAN)
Arka masih menatap layar CCTV, wajahnya tegang. Danu berdiri di belakangnya dengan aura “ingin resign tapi takut cicilan”. Rani menatap situasi seperti sedang mempelajari fenomena alam langka.
TING!
Pintu lift berbunyi dari luar - lebih keras dari biasanya.
Pintu kantor terbuka perlahan.
Masuklah ARAKESHA “KESHA” DIRGANTARA, investor elegan dengan setelan mahal, sneakers futuristik, dan bahasa tubuh millennial sok-tech.
KESHA
Pagi.
BEAT.
Ia mendekat, menatap layar CCTV.
KESHA
(MODE TECH-BRO AKTIF)
Narator tertawa pelan.
NARATOR (V.O.)
Kesha memutar layar dengan gesture AR padahal layarnya biasa.
CUT TO:
12. EXT. TEPI SUNGAI MAHAKAM – PAGI JELANG SIANG (BALIKPAPAN)
LIRA berdiri di tepi air, menikmati sisa gorengan, yang dia mabil dari tas pinggangnya.
Gelombang kecil di tepi sungai berkedip seperti sinyal.
LIRA
(PELAN)
CUT TO:
13. INT. ARKA’S OFFICE – PAGI
Monitor menyala sendiri. Tertulis:
“INITIATING CONNECTION…”
“SOURCE: BKP*N”**
Arka menelan ludah.
Danu langsung menutup monitor pakai map.
DANU
Kesha mengangkat alis dengan elegan.
KESHA
NARATOR (V.O.)
Arka mendongak cepat.
ARKA
CUT TO BLACK.
14. INT. ARKA’S OFFICE – PAGI JELANG SIANG (LANJUTAN LANGSUNG)
Hening. Terlalu hening. Jenis hening yang biasanya muncul sebelum dunia memutuskan buat nge-prank dengan cara baru.
Arka, Danu, Rani, dan Kesha saling menatap, menunggu sesuatu… yang akhirnya datang.
BRRT—BRRT—BRRT!
Ponsel Arka bergetar seperti kesurupan. Notifikasi masuk bertubi-tubi.
Arka mengangkatnya.
Layar ponsel menampilkan pesan aneh:
“DATA INCOMING . . . ”
“LINKED ENTITY DETECTED.”
“LIRA WULANDARI.”
Arka mematung.
DANU
RANI
(TENANG TAPI TAKUT)
Kesha mendekat, menatap layar seperti sedang menilai saham.
KESHA
(FOKUS PENUH)
Nama muncul dari lokasi yang sama dengan glitch-nya: Balikpapan.
Arka menelan ludah.
ARKA
Narator menimpali.
NARATOR (V.O.)
CUT TO:
15. EXT. KAMPUNG ATAS AIR – SIANG (BALIKPAPAN)
LIRA berjalan menyusuri jembatan kayu kecil.
Udara di sini punya getaran yang berbeda - sunyi, tapi intens.
Ponsel Lira mendadak bergetar.
Notifikasi muncul:
“CONNECTED.”
“TARGET: ARKA MAHESWARA.”
Lira berhenti. Matanya membesar sedikit. Lalu ia tertawa pelan.
LIRA
Ia menatap ponselnya seolah ponsel punya rasa malu.
Gelombang di air memantul seperti menjawab, atau mengejek.
CUT TO:
16. INT. ARKA’S OFFICE – PAGI JELANG SIANG
Arka menatap ponselnya seperti menatap kutukan.
ARKA
Kesha menepuk bahu Arka, elegan tapi sok paham.
KESHA
Narator tertawa terbahak-bahak.
NARATOR (V.O.)
CUT TO BLACK.
17. INT. KANTOR – RUANG RAPAT KECIL – PAGI JELANG SIANG
Arka, Danu, Rani, dan Kesha pindah ke ruang rapat. Ruangan ini kecil, modern, tapi lampunya kedip dengan ritme yang makin susah dijelaskan.
Di layar monitor: peta digital yang muncul sendiri. Ada dua titik berkedip: JAKARTA dan BALIKPAPAN. Di antara keduanya, garis tipis muncul—seperti tengah ditarik oleh tangan tak terlihat.
DANU
(MENGUSIR UDARA)
RANI
KESHA
(NADANYA EXCITED-TECH)
Arka memijit pelipis, hampir pingsan secara emosional.
CUT TO:
18. EXT. TEPI SUNGAI MAHAKAM – SIANG (BALIKPAPAN)
LIRA jalan santai mendekati sebuah toko kelontong.
Tapi setiap kali dia lewat:
· bunyi pedagang fade out sebentar
· lampu bohlam di kios berkedip
· beberapa kucing lokal ngeliat dia kayak mereka tahu rahasia besar
Lira berhenti di toko kelontong kecil.
Penjualnya menatap Lira . . . lama . . . terlalu lama.
PENJUAL BUAH
(DEG-DEGAN, ENTAH KENAPA)
Lira tercengang.
LIRA
Bu . . . saya cuma mau beli air mineral.
Penjual mengangguk cepat. Sangat cepat.
Lira bayar dan pergi.
Begitu Lira melangkah menjauh, si penjual menghela napas lega seperti habis bertemu hantu yang baik hati.
CUT TO:
19. INT. RUANG RAPAT – PAGI JELANG SIANG
Garis digital antara Jakarta - Balikpapan tiba-tiba bergerak sendiri, membentuk ikon hati kecil . . . lalu error . . . lalu kembali garis biasa.
DANU
KESHA
(NGOTOT PERCAYA DIRI)
RANI
KESHA
Arka berdiri, gelisah.
ARKA
Narator masuk dengan senyum jahat.
CUT TO:
20. EXT. TROTOAR – SIANG (BALIKPAPAN)
LIRA berhenti berjalan.
Ponselnya menyala sendiri. Tertulis:
“SYNCHRONIZATION 12%”
“TARGET: ARKA MAHESWARA”
Lira mendecak.
LIRA
Ia menutup ponselnya.
Tapi layar tetap nyala. Dan angka naik jadi 13%.
CUT TO:
21. INT. RUANG RAPAT – PAGI JELANG SIANG
Arka menatap layar sistem di ruangan rapat. Angkanya: “SYNCHRONIZATION 13%”
Arka membeku.
ARKA
(BERBISIK)
Danu memegang pundak Arka.
DANU
Arka langsung memelototi Danu. Danu sontak salting.
Kesha menghampiri layar dengan aura orang kaya yang baru nemu ide bisnis.
KESHA
Rani menghela napas, serius.
RANI
BEAT.
RANI (CONT’D)
Narator bersiul.
NARATOR (V.O.)
CUT TO BLACK.