Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
CEO Bucin (Draft 1)
Suka
Favorit
Bagikan
5. ACT II - KETIKA CINTA MULAI NGATUR TAKDIR (Part 02)

10. KAMPUNG PESISIR – DERMAGA – SIANG

Mereka turun dari mobil.

Arka langsung jalan ke depan, terpanggil sesuatu. Danu ngikut sambil selonjorin kaki. Rani turun - KRAK! High heels-nya nyangkut di celah papan dermaga.


RANI

(KESAL)

 . . . serius?!

 

DANU

Ya Tuhan, Rani.
Elo mau maku-bumi dermaga kayu ini pake heels?!


Rani tarik kakinya—nyangkut lagi.

 

RANI

Emang ini salah gue?!
Salahin noh bagian wardrobe . . . kenapa nggak baca skenario?!
Sudah tau ada set dermaga, kenapa juga gue dipakein sepatu yang bisa bikin permukaan berpori.


Arka menoleh.

 

 

ARKA

Kalian berdua ini kenapa sih?
Dari awal berangkat sampai sekarang, udah kayak “Tom & Jerry”?

 

DANU

(KETUS LELAH)

PR kita hampir ditelan dermaga.


Rani akhirnya copot sepatunya sambil manyun.

 

RANI

Sudah tau ada set dermaga, masa gue disuruh tampil elegan . . . siapa sih sutradaranya?


Narator tertawa pelan.


NARATOR (V.O.)

Dermaga: 1.
Rani: 0.


Dermaga kayu tampak biasa, tapi begitu Arka berjalan di atasnya, kamera dunia nge-zoom sedikit. Danu langsung waspada.

 

DANU

Bos . . . dermaga ini –


Tiba-tiba papan kayu nyala lembut.


DANU

YA TUHAN.
Ini cutscene.

 

RANI

Jangan lebay, Nu.
Ini cuma —


Papan jalan dermaga nyala lagi.


RANI

Oke . . . fiks.
Ini memang cutscene.


Arka memperhatikan sebuah rumah di ujung. Rumah itu . . . seperti “membalas tatapan”.

CUT TO:


11. EXT. DEPAN RUMAH LIRA – SIANG

Pintu rumah terbuka. Lira muncul—tenang, sederhana, tapi dunia otomatis nge-zoom (tanpa mereka sadari).


Arka mendadak kaku. Danu langsung pasang mode “damage control”. Rani memindai Lira dari kepala sampai kaki.


ARKA

(GROGI TINGKAT DEWA)

Selamat siang, Kak.

 

LIRA

Siang juga.
Ada yang bisa saya bantu, bapak dan ibu?!


Arka mencoba bicara, namun suaranya goyah.

 

ARKA

Kami . . . dari Maheswara Group, Jakarta.
Eh, . . . anu . . . mau survei wilayah.


Di momen itu - IBU LIRA muncul dari dalam rumah, membawa kain jemuran. Melihat Arka, dia berhenti.


IBU LIRA

(HALUS, TAPI TAJAM)

Lira . . . Itu tamu?


Lira sedikit kaget.


Arka tersentak dari trance-nya.

 

LIRA

(SEDIKIT GUGUP)

Eh - iya, Bu.


DANU

Ma’af mengganggu ketenangannya, Bu.


Ibu Lira menatap mereka satu-satu. Bukannya curiga berlebihan—lebih ke “ini siapa, kok datang ramai-ramai”.

 

IBU LIRA

(KALEM, SEOLAH SUDAH TAHU)

Masuk dulu, Nak.
Kaki orang jauh inda boleh berhenti di depan pintu.


Rani tersenyum sopan.

 

RANI

Terima kasih, Bu.   


RANI (V.O.)

(CEMBURU)

Cepet bener kehangatan keluarganya muncul . . .


Arka menunduk kecil, canggung. Danu ikut masuk dengan hati-hati.


Lira memberi isyarat halus agar mereka duduk.


Narator pelan, geli:

 

NARATOR (V.O.)

Ibu Lira: tenang, wajar, normal.
Anak-anak yang datang?!
Chaos incarnate.

CUT TO:


Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)