Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
22. INT. MOBIL DINAS – JALAN MENUJU IKN – PAGI
Interior mobil bersih, sunyi, AC dingin. Danu menyetir dengan wajah memelas. Arka duduk di sampingnya, berusaha tenang tapi sebenarnya panik nasional.
DANU (V.0.)
Di kursi belakang: Mama Arka duduk tegak—anggun dan berbahaya. Di sebelahnya, Rani sudah pose elegan seperti putri tertua keluarga Maheswara.
Danu melirik ke kaca spion dalam mobil. Rani benar-benar duduk kayak itu ibunya dia, bukan Arka.
MAMA ARKA
(TEGAS)
Arka menutup mata sebentar. Sabar. Tarik napas. Lepas.
ARKA
Mama Arka memotong tanpa sedikit pun nada naik. Tegas, dingin, tapi elegan.
MAMA ARKA
Danu langsung menelan ludah, padahal dia cuma sopir honor. Mobil sedikit goyang.
DANU
(PELAN KE ARKA)
Arka melirik: Diam, Nu, diam.
Rani menyela dengan lembut - tapi penuh pertamax.
RANI
Mama Arka mengangguk santai. Seolah itu keputusan rapat penting.
MAMA ARKA
Arka hampir batuk darah. Danu merinding.
ARKA
MAMA ARKA
Arka menatap jalan kosong di depan mobil - dan dunia terasa mengecil sedikit.
Danu menatap spion. Berkata lirih, penuh doa.
DANU
Rani tersenyum halus. Bukan jahat - lebih kayak: “akhirnya ada yang berani mengatur ulang hidup Arka selain Dunia.”
RANI (V.O.)
RANI
MAMA ARKA
Arka mengusap wajahnya panjang.
ARKA
Mama Arka menatap ke luar jendela, hutan IKN bergerak pelan di luar sana.
MAMA ARKA
Sunyi. Tegang. IKN jadi latar megapolitan yang cantik tapi dingin.
Danu mengangguk kecil ke Arka—sekilas—seolah bilang: “Bos, kita mati bareng.”
CUT TO.
23. INT. RUMAH LIRA – RUANG TAMU – PAGI
Ruang tamu sederhana. Mama Arka duduk seperti hakim. Rani di sampingnya, tegak dan percaya diri.
Arka gugup. Lira menunduk.
Ibu Lira duduk di samping anaknya
Sunyi. Di meja tamu sudah tersedia teh hangat dan jajanan khas Balikpapan.
MAMA ARKA
LIRA
MAMA ARKA
Lira tertegun. Belum sempat bicara - Rani masuk, manis tapi menusuk.
RANI
Mama Arka menatap Lira, dingin. Audit moral dimulai.
MAMA ARKA
Lira membuka mulut - belum ada suara. Tiba-tiba, IBU LIRA membela anaknya. Wibawanya tenang, bukan agresif.
IBU LIRA
Mama Arka sedikit terkejut.
Rani menahan napas.
IBU LIRA
BEAT.
Mama Arka diam.
IBU LIRA
Diam panjang. Menusuk.
Rani mencoba menyelamatkan situasi - maksudnya kompor.
RANI
IBU LIRA
(TANPA MENATAP RANI)
Rani langsung bungkam.
Mama Arka tersentak ringan - kena tepat di gengsi.
Ibu Lira lanjut, nadanya tetap sopan:
IBU LIRA
JLEB. Senyap. Senyap yang memotong sampai ke tulang.
Mama Arka - untuk pertama kalinya sejak masuk - menunduk sedikit. Mengambil napas. Dia kalah mental. Bukan karena keras,
tapi karena kalah oleh kejujuran seorang ibu sederhana.
MAMA ARKA
(LEBIH PELAN)
Dia berdiri.
Rani menyusul, wajahnya kaku.
Arka bingung antara lega atau makin takut.
Mama Arka menatap Lira sebentar. Bukan marah. Lebih ke: “aku perlu mencerna ini.”
MAMA ARKA
Lira mengangguk pelan.
IBU LIRA
Mama Arka terpaku sepersekian detik - kalimat itu finishing blow. Dia akhirnya mengangguk. Hormat, tapi nggak mau terlihat kalah. Keluar rumah.
Pintu tertutup.
TINGGAL LIRA TERDIAM.
ARKA memegang kepala.
RANI MEMUTIH DAGING.
DUNIA BUNYI “SOFT ERROR.”
CUT TO:
24. INT. RUMAH ARKA – RUANG TAMU – SORE
Arka dan Rani berdiri saling berhadapan.
Udara dingin, tensi panas.
ARKA
RANI
ARKA
Rani senyum miring macam PR Manager mau nge-spin bencana.
DANU MASUK, tangan megang gelas, wajah kayak mediator gagal ujian.
DANU
(MELIRIK ARKA)
(MELIRIK RANI)
dari sisi Rani . . . ehm . . . ada benarnya juga sih.
Arka & Rani serentak menoleh. Tatapan dua harimau. Danu kaku.
ARKA + RANI
(NYARIS BERSAMAAN)
DANU
(PANIK, PLIN-PLAN SEKALI LAGI)
Dia mundur. Nyaris tersandung karpet. Nyaris jatuh. Nyaris mati secara harga diri.
LANGKAH SEPATU. Mama Arka muncul dari lorong.
Danu langsung jalan mundur ke dapur seperti NPC takut dibunuh.
Mama Arka duduk di tengah, memisahkan Arka dan Rani. Diam, tapi auranya menghajar ruangan.
Arka menunduk.
Rani kaku.
Danu mengintip dari dapur, matanya melebar.
MAMA ARKA
Rani tersenggol harga dirinya. Ia coba jadi kompor lagi.
RANI
Mama Arka memotong cepat.
MAMA ARKA
Rani langsung padam.
Danu di dapur menutup mulut: “iiih, sakit tuhhh…”
MAMA ARKA
Arka menelan ludah.
Rani menunduk.
Danu berlindung di balik microwave.
CUT TO:
25. INT. RUMAH LIRA – MALAM
Rumah tenang. Terlalu tenang.
Lira duduk di sofa, memegang gelas air yang sudah nggak diminum sejak setengah jam lalu.
Ibu Lira di dapur, merapikan piring pelan, ingin memberi ruang.
Lampu ruang tamu berkedip sekali. Lira mengangkat kepala.
Sunyi.
IBU LIRA (O.S)
(PELAN)
Tapi tidak ada angin. Dan lampu LED bukan tipe “kena angin langsung dramatis”.
Lira menunduk lagi. Lampu berkedip dua kali. Dengan ritme . . . seperti seseorang sedang mencoba bicara. Lira menegang.
DUNIA (V.O.)
(SANGAT HALUS)
Lira mendongak - kaget setengah mati.
Tapi suara itu seperti datang dari balik dinding, bukan dari ruang nyata.
LIRA
(BERBISIK)
Lampu di atasnya meredup pelan, seperti menghela napas bersama dia.
Ibu Lira keluar dari dapur, melihat lampu yang meredup-menyala.
IBU LIRA
LIRA
Lampu tiba-tiba menyalak terang sekali - lalu kembali normal seketika. Dunia seperti kaget sendiri.
Ibu Lira menatap lampu, lalu menatap Lira . . . tapi memilih tidak bertanya.
Lira berdiri. Jalan ke jendela. Menyingkap tirai. Di luar . . . pohon-pohon bergoyang pelan padahal angin tidak ada, dan sensor halaman menyala sendiri, padahal kosong.
Dunia kayak ikut gelisah.
LIRA
(BISIK KE JENDELA,
PADA ENTITAS TAK TERLIHAT)
Gorden bergeser sedikit, seolah ada tangan tak terlihat yang menyentuhnya.
DUNIA (V.O.)
Lira menatap kosong.
DUNIA (V.O.)
Lampu ruang tamu meredup.
Gelas di meja getar pelan.
IBU LIRA
(LEMBUT, TAPI KHAWATIR)
Lira menutup mata. Wajahnya capek. Rapuh. Dan terselip luka dari kata-kata Mama Arka tadi.
LIRA
Lampu berkedip tiga kali. Seakan bilang: iya.
CUT TO: