Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
CEO Bucin (Draft 1)
Suka
Favorit
Bagikan
3. ACT I - SETUP (Part 02)

22. INT. RUANG RAPAT – PAGI JELANG SIANG (LANJUTAN)

 

Ruangan sunyi. Hanya deru AC yang terdengar—dan itu pun kayak lagi mikir keras.

 

Arka duduk, jari-jari mengetuk meja pelan. Bukan gelisah . . . lebih kayak nyari reality-check yang nggak kunjung datang.

 

Danu sibuk mencari data di tablet. Rani membuka beberapa file CCTV lain.


Kesha memelototi layar peta sinkronisasi seperti sedang membaca grafik saham crypto.

 

Tiba-tiba monitor berdebu di sudut ruangan hidup sendiri.

Layar menampilkan:

“ENTITY PROGRESSION: 14%”

 

Lalu muncul POP-UP:

“DO YOU WANT TO PROCEED?”

[YES] / [YES]

 

Arka hampir muntah secara emosional. Ia tidak punya tenaga buat panik lagi

 

ARKA

Kenapa . . . pilihan jawabannya dua-duanya YES?

 

DANU

Karena dunia ini emang jahat, Bos.

 

RANI

Atau karena sistemnya udah memutuskan untuk lanjut . . . tanpa nanya persetujuan Anda.

 

KESHA

(DENGAN EXCITEMENT YANG SANGAT TIDAK PADA TEMPATNYA)

Ini keren banget sih.
Kayak prototipe match - making berbasis glitch.

 

Narator masuk, senyum jahat di balik suaranya.

 

NARATOR (V.O.)

Ayo, Arka.
Tinggal pencet.
Semesta udah siapin drama episode berikutnya.

 

Arka menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

 

 

CUT TO:

 

 

23. EXT. JALAN KECIL PEMUKIMAN – SIANG (BALIKPAPAN)

 

Lira berjalan sambil memerhatikan ponselnya yang terus bergetar.

 

Angka sinkronisasi naik sendiri: 15% . . . 16% . . . 17% . . .

 

Dia nggak lari. Nggak takut. Hanya terlihat . . . kesal seperti seseorang yang dipaksa update Windows.

 

LIRA

(NGOMEL PELAN)

Ya ampun, siapa pun Arka ini . . . kenapa dia intens banget bahkan sebelum ketemu?

 

Lira berhenti di depan sebuah warung kecil.

 

Papan kayu bertuliskan ES JERUK MURNI - ES KELAPA - PULPY bergoyang sendiri tanpa angin.

 

Penjual warung tampak linglung.

 

PENJUAL

Dek . . . kamu barusan lewat sini, kan?

 

LIRA

(DATAR, BINGUNG)

Ini juga baru mau lewat, Pak.

 

PENJUAL

Tapi . . . tadi saya lihat kamu lewat.
Dua kali.
Ini yang ketiga.

 

Lira terdiam. Wajahnya berubah. Bukan takut—lebih kayak: Oke, glitch-nya makin niat.

 

CUT TO:

 

 

24. INT. RUANG RAPAT – PAGI JELANG SIANG

 

Arka menatap layar.

 

Kesha mencondongkan tubuh ke depan untuk membaca data yang muncul:

“ENTITY LINKAGE STABILITY: 89%

ORIGIN: BALIKPAPAN

SUBJECT: LIRA WULANDARI

STATUS: SEEKING ALIGNMENT”

 

KESHA

Ka . . . ini —

(BERHENTI SEBENTAR)

Ini udah bukan glitch korporat.
Juga bukan serangan hacker ke databased kita.
Ini sinkronisasi dua entitas.
Kayak . . . semesta bikin API call ke kalian berdua.

 

Danu menatap Kesha dengan muka “ngerti tapi males”.

 

Dan Rani . . . Rani menatap Arka. Tatapannya tidak menuduh. Tidak panik. Tapi jelas: Ada sesuatu besar yang semesta sembunyikan.

 

RANI

Pak Arka . . . Beneran anda tidak ingat , kalo pernah ke Balikpapan?

 

ARKA

TIDAK!

(MENDADAK MELEDAK)

Gue nggak pernah ke sana!
Gue nggak tau siapa itu Lira!
Gue bahkan -

 

PING!

Monitor memotong kalimatnya:

“LIRA WULANDARI HAS ACKNOWLEDGED CONNECTION.”

 

Arka membeku.

 

NARATOR (V.O.)

Hehehe . . .
Babak satu mau selesai, Nak.
Waktunya dunia mulai ngerapetin jarak kalian berdua.

 

CUT TO:

 

 

25. EXT. DERMAGA KECIL – SIANG (SIANG) (BALIKPAPAN)

 

Lira berdiri di dermaga kecil, menatap air yang memantulkan langit. Garis tipis cahaya muncul di permukaan air, perlahan memanjang - seperti “garis” yang sama di peta kantor Arka tadi.

Lira jongkok, memperhatikan.

 

LIRA

(BERBISIK)

Semesta . . . lo serius banget ya hari ini.

 

BUZZZZ – Ponselnya bergetar keras.

 

Notifikasi muncul:

“ARKA MAHESWARA HAS ACKNOWLEDGED YOU.”

 

Lira menutup mata. Senyum tipis muncul di wajahnya.

 

LIRA

(TENANG, 4D, META-AWARE)

Oke, Arka . . . kalau gitu kita mulai babaknya.

 

CUT TO BLACK.


 

26. INT. RUANG RAPAT – SIANG

 

Monitor masih memancarkan tulisan

“LIRA WULANDARI HAS ACKNOWLEDGED YOU.”

 

Arka duduk diam. Tubuhnya kaku, tangan di pangkuan seperti robot yang kehilangan instruksi.

 

Danu berjalan pelan ke arah Arka.

 

DANU

Bos . . . lo nggak apa-apa khan?!

 

Arka menarik napas dalam, lalu bicara seperti orang yang baru saja disetel ulang.

 

ARKA

Gue nggak tahu apa yang terjadi.
Tapi gue juga . . . nggak pengen ngejar jawabannya.

 

KESHA

(SENYUM SOK BIJAK)

Itu biasanya tanda lo justru harus ngejar.

 

Rani menatap Arka penuh perhitungan—tapi juga empati yang sangat tipis, hampir tidak terlihat oleh dunia . . . kecuali Narator.

 

RANI

Pak Arka . . . sistem ini jelas nyambung ke seseorang dari Balikpapan.
Entah mantan, entah jodoh, entah bug kosmik - yang jelas: Ini hanya akan makin besar.

 

Arka mau menolak, tapi monitor kembali menampilkan sesuatu:

“NEXT EVENT TRIGGER IN: 00:04”

“00:03”

“00:02”

 

Danu panik.

 

DANU

O . . . OOH! NO NO NO NO -
Kenapa ada countdown segala sih?
Kenapa?!
Siapa sih yang bikin feature beginian?!

 

KESHA

(MENAHAN TAWA)

Semesta versi early access.
Biasalah.

 

“00:01”

**“00:00” – PING! **

 

Layar berubah menjadi peta interaktif . . .

Dan titik Jakarta–Balikpapan yang tadi ada garis tipis . . . kini menyala terang, seperti dua bintang bertabrakan.

 

Sebuah notifikasi muncul:

“EVENT INITIATED: FIRST RESONANCE”

 

Arka menelan ludah.

 

Danu pegangan kursi.

 

Rani mundur setengah langkah.

 

Kesha? Dia tersenyum seperti baru dapat ide startup 300 miliar.

 

CUT TO:

 

 

27. EXT. JALANAN DEKAT DERMAGA – BALIKPAPAN – SIANG

 

Lira berjalan pulang dari dermaga. Angin laut membawa suara halus seperti gumaman — seolah ada seseorang memanggil namanya . . . tapi dari jarak ribuan kilometer.

 

Dia berhenti di perempatan.

Ada poster baliho besar yang seharusnya iklan oli mobil. Tapi tiba-tiba gambarnya glitch sebentar. Dalam 0.2 detik . . . wajah Arka muncul. Buram. Putih. Lalu hilang lagi.

 

Lira berkedip, tapi tidak kaget.

 

LIRA

Hufff . . .
Semesta, seriusan?!
Ini sih udah level over-marketing.

 

Ponsel Lira berbunyi lagi.

 

Notifikasi baru:

“FIRST RESONANCE AVAILABLE.”

“PROXIMITY: REMOTE.”

“DO YOU ACCEPT?”

 

Lira mendesah, seperti seseorang yang disodori side quest saat lagi capek.

 

LIRA

(NGOMEL, LEMBUT)

Kalian ini . . .
udah kayak pipa bocor aja, ya?!
Nggak bisa nunggu sebentar?!

 

Dia tekan layar:

YA.

 

CUT TO:

 

 

28. INT. RUANG RAPAT – SIANG

 

Peta digital di monitor berubah. Ikon Balikpapan berkedip - lalu muncul tulisan besar: “RESPONDING . . . ”

 

ARKA

 . . . apa??
Apa maksudnya dia . . . ngejawab?
 

KESHA

(TENANG, SLOW, KAYA MENTOR START-UP)

Yes, Ka.
Ini namanya resonansi awal.
Sebuah . . . pengakuan mutual.

 

Arka gelagapan.

 

ARKA

Tapi gue nggak –
Gue bahkan nggak tahu dia siapa!
 

NARATOR (V.O.)

Tenang, Nak.
Banyak hubungan itu dimulai tanpa pengetahuan.

 

Monitor berkedip.

 

Tampilan berubah menjadi jendela chat yang muncul otomatis, seperti fitur yang belum pernah dibuat oleh siapa pun.

Kosong.

 

Lalu . . . Muncul satu baris tulisan:

“Hai.”

 

Arka terdiam.

Danu terdiam.

Rani terdiam.

Kesha tepuk tangan kecil.

 

KESHA

Oke - ini keren banget.

 

Arka mendekat . . . ragu.

 

ARKA

(PUCAT PASI)

Siapa . . . yang bilang “Hai” ini?

 

Narator menahan tawa.

 

NARATOR (V.O.)

Tebak aja.

 

CUT TO BLACK.

 

 

29. INT. RUANG RAPAT – SIANG

 

Monitornya masih menampilkan satu kata yang bikin seluruh ruangan kehilangan kemampuan bernapas: “Hai.”

 

Arka berdiri diam, menatap layar seperti investor yang baru saja melihat grafik saham berubah jadi tarot card.

 

Danu meletakkan tablet pelan.

 

Rani menahan napas.

 

Kesha mencondongkan tubuh seperti sedang nonton trailer film Marvel.

 

Semua pandangan menatap video screen di ruangan tersebut dengan tegang.

 

Tiba-tiba . . . PETA DIGITAL DI LAYAR MENGERUT. Bukan zoom-in. Bukan glitch biasa. Tapi seperti realitas sedang “ditarik” oleh sesuatu dari Balikpapan.

Di layar, titik Balikpapan bergerak - kayak berusaha nyedot titik Jakarta.

 

ARKA

Apa lagi ini . . .?

 

KESHA

(SMILING LIKE SHE’S BEEN WAITING)

Event sinkronisasi tahap 2:
Visual resonance.

 

Layar berubah otomatis menjadi dua panel:

-  Sebelah kiri: feed Arka (dari CCTV yang katanya mati).

-  Sebelah kanan: pemandangan dermaga Balikpapan yang tadi dilihat Lira.

Keduanya saling berkedip — seperti mau disatukan.

 

KESHA

(HERAN)

Bentar, bentar.
Bagian itu . . . bukannya dari sudut pandang CCTV yang katanya rusak ya?!

 

RANI menajamkan pandangannya

 

RANI

(HERAN)

Emang iya.
Kok bisa sih?!

 

Danu panik.

 

DANU

Eh . . . eh . . . eh —
kok kayak mau jadi video call sih padahal nggak ada aplikasinya?!

 

Rani melangkah maju, wajah elegannya tertarik rasa ingin tahu dan . . . kekhawatiran.

 

RANI

Pak Arka . . . kalau ini berlanjut, sistem bisa —

 

Belum sempat selesai — LAYAR MERETAK TIPIS. Seolah kaca digital. Dari retakan itu, muncul SUARA LIRA, samar . . . seperti tercampur suara angin dari laut.

 

LIRA (V.O.)

Halo . . . ?
Arka?!

 

Arka terkejut mundur, satu langkah patah, jantungnya jatuh sampai ke tumit.

 

ARKA

Si - siapa itu?!
Kenapa suara kamu keluar dari—

 

LEDAKAN GLITCH. Layar melebar, mempertemukan dua dunia lewat retakan digital:

-  Bagian Balikpapan terlihat nyata

-  Bagian Jakarta tetap seperti CCTV

-  Garis pemisahnya goyang seperti ombak bertemu listrik statis

 

Dan di sisi Balikpapan . . . LIRA muncul. Tapi hanya separuh.

Visualnya kayak hologram yang setengah yakin dengan eksistensinya.

 

Dia melihat Arka. Tapi dari jarak jauh. Lewat celah semesta. Lira tidak kaget, justru . . . lebih paham daripada Arka

 

LIRA

Salam kenal dari Balikpapan, Arka.
Aneh juga ya . . . kita bertemu pertama kalinya dengan cara begini.

 

Arka kehilangan kemampuan bicara selama empat detik penuh.

 

ARKA

K . . . kenapa dunia gue –
kenapa lo –
kenapa semesta —
apa ini?!
Kapan semua ini mulainya?!
Kemarin?!

 

Lira tersenyum lembut, meta-aware tanpa harus sok-keren.

 

LIRA

Nggak tau juga nih!
Tapi . . . kayaknya ini keputusan paling nekat yang semesta pernah ambil.

 

Kesha berbisik ke penonton, excited beyond science:

 

KESHA

Ngomongnya kok kayak Tagline Film ini banget . . . “Cinta Itu Investasi Paling Nekat”

 

Danu mengangkat tangan seperti menyerah kepada nasib.

 

DANU

Boss . . . ini tuh . . .
udah bukan bucin biasa.

 

Narator masuk, suara malas tapi puas.

 

NARATOR (V.O.)

Selamat datang di moment pertama kalian, Nak.
Dunia baru aja narik trigger “FIRST CONTACT”.
Dan percaya sama aku - ini bakal jadi investasi paling nekat dalam hidup kamu.

(PAUSED)

Set dah!
Kenapa aku ikut-ikutan latah, ngomongin tagline film ini sih?!

 

Arka menatap Lira lagi.

 

Untuk pertama kalinya, dia tidak melawan glitch.

Tidak melawan logika. Tidak melawan kemungkinan. Dia hanya . . . menerima.

 

ARKA

 . . . jadi ini beneran kamu?!
Orang . . . beneran orang?!

 

Lira tersenyum kecil, menatap lurus, seolah melalui layar, seolah menembus realitas.

 

LIRA

Iya. Beneran manusia. Hidup lagi.
Dan lo beneran Arka khan?!

 

BEAT.



Layar stabil. Retakan berhenti. Koneksi naik.

“SYNCHRONIZATION: 34%”

 

Arka menelan ludah.

 

ARKA

Jadi . . .
apa yang harus gue lakuin sekarang?

 

Lira tersenyum kecil, santai seperti sedang memilih menu sarapan.

 

LIRA

Datang aja ke Balikpapan.

 

FADE OUT.

FADE IN.

 

30. INT. CAFE – MALAM

 

Sebuah kafe bergaya industrial-modern dengan jendela besar menghadap landscape Jakarta malam hari.

 

Arka duduk menatap cappuccino yang sudah dingin. Danu duduk di depannya, menyeruput es kopi susu sambil mempelajari ekspresi bosnya.

 

Di belakang mereka, speaker kafe memutar musik lo-fi yang kecewa dengan hidupnya sendiri.

 

ARKA

Lo beneran yakin gue harus pergi?

 

DANU

Ka . . . gue bukan yakin.
Gue cuma . . .

(MENDEKAT, SUARA MENURUN)

gue ngeliat semesta kayak udah beli tiket buat lo.


Arka memijat pelipis.

 

ARKA

Gue nggak ngerti kenapa semua ini harus terjadi sekaligus.

 

Danu meletakkan tablet di meja. Di layar: dokumen-dokumen proyek IKN.

 

DANU

Oke, gue jujur ya.
Ada alasan lain kenapa lo harus ke Balikpapan.
Dan bukan karena semesta glitch atau perempuan misterius itu.

 

Arka menatap Danu.

 

DANU

Kantor cabang Balikpapan udah siapin semuanya. Termasuk hotel dan akomodasi selama elo di Balikpapan nanti.
Mereka sudah nunggu kedatangan lo . . . sejak pagi tadi.

 

Arka terkejut.

 

 

ARKA

Kenapa baru sekarang elo laporan ke gua, Nu?

 

DANU

Kalo nggak gara-gara glitch semesta yang terjadi di kantor kita tadi, gue dah nyuruh elo berangkat dari Subuh, Boss.

 

Arka hanya bisa diam.

 

Danu membuka halaman lain di Tabletnya. Diagram. Grafik. Dokumen Otorita IKN.

 

DANU

Karena proyek kerja sama kita sama IKN akhirnya jalan.
Dan pemerintah Otoritas IKN minta lo cek langsung traffic data security center yang kita bangun di sana.

 

Arka terdiam.

 

DANU

(SERIUS)

Tugas ini nggak bisa gue atau bagian technical maintance kita yang berangkat.
Keberangkatan bisnis kantor kali ini sudah level CEO yang harus turun tangan, Ka.
IKN itu bukan proyek kecil.
Lo harus lihat sendiri apakah infrastruktur cloud-nya aman atau nggak.
Kalau traffic-nya semrawut . . . reputasi kita runtuh.

 

Arka bersandar. Mengembuskan napas panjang.

 

ARKA

Jadi . . . gue ke sana bukan cuma buat “sinkronisasi” . . . tapi buat kerja juga, gitu?

 

DANU

 

Iya. Anu . . .

(DIAM SEJENAK)

Tapi sebenarnya . . . ada hal lain juga sih.

 

Arka menegang.

 

ARKA

Hal lain apaan lagi?

 

Danu menelan ludah. Ia terpaksa mengeluarkan kartu terakhir yang paling ia hindari:

 

DANU

(NGOMONG PELAN BANGET)

Ibu lo.

 

Arka tercekat dan langusng panik.

 

ARKA

APA LAGI YANG IBU MAUI KALI INI?!

 

DANU

Beliau cuma bilang ke gue . . . tolong sampein ke leo . . . tahun ini harus ada kepastian. Lo harus mulai mikirin berkeluarga.
Kalo elo nggak bisa cari sendiri, Ibu elo sudah siapin jodoh buat elo.

 

ARKA

Siapa?

 

Danu hanya mengangkat kedua belah pundaknya

 

Arka memejamkan mata dalam penderitaan emosional yang sangat CEO.

 

ARKA

Sebenarnya . . . semua ini direncanain sama siapa sih?

 

DANU

(JUJUR. ANGKAT BAHU)

Bisa Semesta . . . bisa juga kantor cabang . . . bisa Otoritas IKN . . . bisa aja ibu lo.
Atau ternyata . . . semua nggak sengaja nge-blend jadi satu.
Who knows?!

 

Arka meletakkan kepalanya ke meja.

 

ARKA

Danu . . .
gue berangkat itu . . . cuma mau klarifikasi glitch dan . . .
Ok lah.
Ditambah sedikit urusan kantor.
Soal nikah?!
No no no!
Otak gue belon mau nyampe ke situ.

 

DANU

Iya, Arka . . .
Tapi elo harus ingat . . . yang namanya investasi paling nekat itu . . . selalu berawal dari glitch.

 

Narator nyelutuk tipis:

 

NARATOR (V.O.)

Sabar ya, Nak.
Aku yakin . . . kamu akan ngomong beda lagi kalo sudah ketemu.

 

Ponsel Arka berbunyi.

Pop-up semesta muncul:

“SYNCHRONIZATION: 38%”

“DESTINATION: BALIKPAPAN — FINALIZED.”

 

Arka menatap layar, antara pasrah dan ngeri.

 

ARKA

Oke, Nu . . . kayaknya gue nggak punya pilihan lain.

 

Danu tersenyum pahit.

 

DANU

Welcome to Chapter Two dari Semesta film “CEO Bucin”, Ka.

 

DISSOLVE TO:

 


Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)