Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
22. INT. RUANG RAPAT – PAGI JELANG SIANG (LANJUTAN)
Ruangan sunyi. Hanya deru AC yang terdengar—dan itu pun kayak lagi mikir keras.
Arka duduk, jari-jari mengetuk meja pelan. Bukan gelisah . . . lebih kayak nyari reality-check yang nggak kunjung datang.
Danu sibuk mencari data di tablet. Rani membuka beberapa file CCTV lain.
Kesha memelototi layar peta sinkronisasi seperti sedang membaca grafik saham crypto.
Tiba-tiba monitor berdebu di sudut ruangan hidup sendiri.
Layar menampilkan:
“ENTITY PROGRESSION: 14%”
Lalu muncul POP-UP:
“DO YOU WANT TO PROCEED?”
[YES] / [YES]
Arka hampir muntah secara emosional. Ia tidak punya tenaga buat panik lagi
ARKA
DANU
RANI
KESHA
(DENGAN EXCITEMENT YANG SANGAT TIDAK PADA TEMPATNYA)
Narator masuk, senyum jahat di balik suaranya.
NARATOR (V.O.)
Arka menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
CUT TO:
23. EXT. JALAN KECIL PEMUKIMAN – SIANG (BALIKPAPAN)
Lira berjalan sambil memerhatikan ponselnya yang terus bergetar.
Angka sinkronisasi naik sendiri: 15% . . . 16% . . . 17% . . .
Dia nggak lari. Nggak takut. Hanya terlihat . . . kesal seperti seseorang yang dipaksa update Windows.
LIRA
(NGOMEL PELAN)
Lira berhenti di depan sebuah warung kecil.
Papan kayu bertuliskan ES JERUK MURNI - ES KELAPA - PULPY bergoyang sendiri tanpa angin.
Penjual warung tampak linglung.
PENJUAL
LIRA
(DATAR, BINGUNG)
PENJUAL
Lira terdiam. Wajahnya berubah. Bukan takut—lebih kayak: Oke, glitch-nya makin niat.
CUT TO:
24. INT. RUANG RAPAT – PAGI JELANG SIANG
Arka menatap layar.
Kesha mencondongkan tubuh ke depan untuk membaca data yang muncul:
“ENTITY LINKAGE STABILITY: 89%
ORIGIN: BALIKPAPAN
SUBJECT: LIRA WULANDARI
STATUS: SEEKING ALIGNMENT”
KESHA
(BERHENTI SEBENTAR)
Danu menatap Kesha dengan muka “ngerti tapi males”.
Dan Rani . . . Rani menatap Arka. Tatapannya tidak menuduh. Tidak panik. Tapi jelas: Ada sesuatu besar yang semesta sembunyikan.
RANI
ARKA
(MENDADAK MELEDAK)
PING!
Monitor memotong kalimatnya:
“LIRA WULANDARI HAS ACKNOWLEDGED CONNECTION.”
Arka membeku.
NARATOR (V.O.)
CUT TO:
25. EXT. DERMAGA KECIL – SIANG (SIANG) (BALIKPAPAN)
Lira berdiri di dermaga kecil, menatap air yang memantulkan langit. Garis tipis cahaya muncul di permukaan air, perlahan memanjang - seperti “garis” yang sama di peta kantor Arka tadi.
Lira jongkok, memperhatikan.
LIRA
(BERBISIK)
BUZZZZ – Ponselnya bergetar keras.
Notifikasi muncul:
“ARKA MAHESWARA HAS ACKNOWLEDGED YOU.”
Lira menutup mata. Senyum tipis muncul di wajahnya.
LIRA
(TENANG, 4D, META-AWARE)
CUT TO BLACK.
26. INT. RUANG RAPAT – SIANG
Monitor masih memancarkan tulisan
“LIRA WULANDARI HAS ACKNOWLEDGED YOU.”
Arka duduk diam. Tubuhnya kaku, tangan di pangkuan seperti robot yang kehilangan instruksi.
Danu berjalan pelan ke arah Arka.
DANU
Arka menarik napas dalam, lalu bicara seperti orang yang baru saja disetel ulang.
ARKA
KESHA
(SENYUM SOK BIJAK)
Rani menatap Arka penuh perhitungan—tapi juga empati yang sangat tipis, hampir tidak terlihat oleh dunia . . . kecuali Narator.
RANI
Arka mau menolak, tapi monitor kembali menampilkan sesuatu:
“NEXT EVENT TRIGGER IN: 00:04”
“00:03”
“00:02”
Danu panik.
DANU
KESHA
(MENAHAN TAWA)
“00:01”
**“00:00” – PING! **
Layar berubah menjadi peta interaktif . . .
Dan titik Jakarta–Balikpapan yang tadi ada garis tipis . . . kini menyala terang, seperti dua bintang bertabrakan.
Sebuah notifikasi muncul:
“EVENT INITIATED: FIRST RESONANCE”
Arka menelan ludah.
Danu pegangan kursi.
Rani mundur setengah langkah.
Kesha? Dia tersenyum seperti baru dapat ide startup 300 miliar.
CUT TO:
27. EXT. JALANAN DEKAT DERMAGA – BALIKPAPAN – SIANG
Lira berjalan pulang dari dermaga. Angin laut membawa suara halus seperti gumaman — seolah ada seseorang memanggil namanya . . . tapi dari jarak ribuan kilometer.
Dia berhenti di perempatan.
Ada poster baliho besar yang seharusnya iklan oli mobil. Tapi tiba-tiba gambarnya glitch sebentar. Dalam 0.2 detik . . . wajah Arka muncul. Buram. Putih. Lalu hilang lagi.
Lira berkedip, tapi tidak kaget.
LIRA
Ponsel Lira berbunyi lagi.
Notifikasi baru:
“FIRST RESONANCE AVAILABLE.”
“PROXIMITY: REMOTE.”
“DO YOU ACCEPT?”
Lira mendesah, seperti seseorang yang disodori side quest saat lagi capek.
LIRA
(NGOMEL, LEMBUT)
Dia tekan layar:
YA.
CUT TO:
28. INT. RUANG RAPAT – SIANG
Peta digital di monitor berubah. Ikon Balikpapan berkedip - lalu muncul tulisan besar: “RESPONDING . . . ”
ARKA
KESHA
(TENANG, SLOW, KAYA MENTOR START-UP)
Arka gelagapan.
ARKA
NARATOR (V.O.)
Monitor berkedip.
Tampilan berubah menjadi jendela chat yang muncul otomatis, seperti fitur yang belum pernah dibuat oleh siapa pun.
Kosong.
Lalu . . . Muncul satu baris tulisan:
“Hai.”
Arka terdiam.
Danu terdiam.
Rani terdiam.
Kesha tepuk tangan kecil.
KESHA
Arka mendekat . . . ragu.
ARKA
(PUCAT PASI)
Narator menahan tawa.
NARATOR (V.O.)
CUT TO BLACK.
29. INT. RUANG RAPAT – SIANG
Monitornya masih menampilkan satu kata yang bikin seluruh ruangan kehilangan kemampuan bernapas: “Hai.”
Arka berdiri diam, menatap layar seperti investor yang baru saja melihat grafik saham berubah jadi tarot card.
Danu meletakkan tablet pelan.
Rani menahan napas.
Kesha mencondongkan tubuh seperti sedang nonton trailer film Marvel.
Semua pandangan menatap video screen di ruangan tersebut dengan tegang.
Tiba-tiba . . . PETA DIGITAL DI LAYAR MENGERUT. Bukan zoom-in. Bukan glitch biasa. Tapi seperti realitas sedang “ditarik” oleh sesuatu dari Balikpapan.
Di layar, titik Balikpapan bergerak - kayak berusaha nyedot titik Jakarta.
ARKA
KESHA
(SMILING LIKE SHE’S BEEN WAITING)
Layar berubah otomatis menjadi dua panel:
- Sebelah kiri: feed Arka (dari CCTV yang katanya mati).
- Sebelah kanan: pemandangan dermaga Balikpapan yang tadi dilihat Lira.
Keduanya saling berkedip — seperti mau disatukan.
KESHA
(HERAN)
RANI menajamkan pandangannya
RANI
(HERAN)
Danu panik.
DANU
Rani melangkah maju, wajah elegannya tertarik rasa ingin tahu dan . . . kekhawatiran.
RANI
Belum sempat selesai — LAYAR MERETAK TIPIS. Seolah kaca digital. Dari retakan itu, muncul SUARA LIRA, samar . . . seperti tercampur suara angin dari laut.
LIRA (V.O.)
Arka terkejut mundur, satu langkah patah, jantungnya jatuh sampai ke tumit.
ARKA
LEDAKAN GLITCH. Layar melebar, mempertemukan dua dunia lewat retakan digital:
- Bagian Balikpapan terlihat nyata
- Bagian Jakarta tetap seperti CCTV
- Garis pemisahnya goyang seperti ombak bertemu listrik statis
Dan di sisi Balikpapan . . . LIRA muncul. Tapi hanya separuh.
Visualnya kayak hologram yang setengah yakin dengan eksistensinya.
Dia melihat Arka. Tapi dari jarak jauh. Lewat celah semesta. Lira tidak kaget, justru . . . lebih paham daripada Arka
LIRA
Arka kehilangan kemampuan bicara selama empat detik penuh.
ARKA
Lira tersenyum lembut, meta-aware tanpa harus sok-keren.
LIRA
Kesha berbisik ke penonton, excited beyond science:
KESHA
Danu mengangkat tangan seperti menyerah kepada nasib.
DANU
Narator masuk, suara malas tapi puas.
NARATOR (V.O.)
(PAUSED)
Arka menatap Lira lagi.
Untuk pertama kalinya, dia tidak melawan glitch.
Tidak melawan logika. Tidak melawan kemungkinan. Dia hanya . . . menerima.
ARKA
Lira tersenyum kecil, menatap lurus, seolah melalui layar, seolah menembus realitas.
LIRA
BEAT.
Layar stabil. Retakan berhenti. Koneksi naik.
“SYNCHRONIZATION: 34%”
Arka menelan ludah.
ARKA
Lira tersenyum kecil, santai seperti sedang memilih menu sarapan.
LIRA
FADE OUT.
FADE IN.
30. INT. CAFE – MALAM
Sebuah kafe bergaya industrial-modern dengan jendela besar menghadap landscape Jakarta malam hari.
Arka duduk menatap cappuccino yang sudah dingin. Danu duduk di depannya, menyeruput es kopi susu sambil mempelajari ekspresi bosnya.
Di belakang mereka, speaker kafe memutar musik lo-fi yang kecewa dengan hidupnya sendiri.
ARKA
DANU
(MENDEKAT, SUARA MENURUN)
Arka memijat pelipis.
ARKA
Danu meletakkan tablet di meja. Di layar: dokumen-dokumen proyek IKN.
DANU
Arka menatap Danu.
DANU
Arka terkejut.
ARKA
DANU
Arka hanya bisa diam.
Danu membuka halaman lain di Tabletnya. Diagram. Grafik. Dokumen Otorita IKN.
DANU
Arka terdiam.
DANU
(SERIUS)
Arka bersandar. Mengembuskan napas panjang.
ARKA
DANU
(DIAM SEJENAK)
Arka menegang.
ARKA
Danu menelan ludah. Ia terpaksa mengeluarkan kartu terakhir yang paling ia hindari:
DANU
(NGOMONG PELAN BANGET)
Arka tercekat dan langusng panik.
ARKA
DANU
ARKA
Danu hanya mengangkat kedua belah pundaknya
Arka memejamkan mata dalam penderitaan emosional yang sangat CEO.
ARKA
DANU
(JUJUR. ANGKAT BAHU)
Arka meletakkan kepalanya ke meja.
ARKA
DANU
Narator nyelutuk tipis:
NARATOR (V.O.)
Ponsel Arka berbunyi.
Pop-up semesta muncul:
“SYNCHRONIZATION: 38%”
“DESTINATION: BALIKPAPAN — FINALIZED.”
Arka menatap layar, antara pasrah dan ngeri.
ARKA
Danu tersenyum pahit.
DANU
DISSOLVE TO: