Arka Maheswara sebenarnya ingin hidup tenang sebagai CEO super kaya yang selalu menang dalam hidup. . . sampai penulis naskah memutuskan untuk menjatuhkan dia ke dalam trope paling klasik: jatuh cinta pada gadis biasa.

Dan ya, dia sadar.
Dia sudah baca spoiler naskah.
Dia tahu dia akan jadi bucin di bab 6.
Dia bahkan tahu keluarganya bakal jadi antagonis yang hobi marah-marah tanpa alasan logis.

Sementara Lira Wulandari?
Dia cuma ingin bayar tagihan listrik dan hidup damai.
Tapi entah kenapa, penulis juga memaksa dia jadi love interest yang "sederhana tapi bikin CEO klepek-klepek".
Padahal dia sendiri kadang bingung kenapa tokoh kaya selalu jatuh cinta sama dia dan bukan sama orang sekasta.
"Ini dunia fiksi ya?" katanya — langsung ke kamera.

Ketika konflik makin absurd, karakter-karakter mulai protes tentang plot, ngetawain drama keluarga, dan mempertanyakan kenapa saham perusahaan turun hanya karena Dirga bucin.

Di tengah kekacauan itu, satu hal jadi jelas:
bahkan ketika mereka sadar mereka cuma tokoh cerita. . . cinta tetap lebih chaos daripada naskahnya.

Ketika seorang CEO perfeksionis jatuh hati pada gadis yang hidupnya seacak chat grup keluarga, dunia mereka tiba-tiba ikut heboh: layar realitas ngelag, dialog bocor, dan takdir terus berubah kayak skrip yang belum di-lock. Di tengah kekacauan kosmik yang makin romantis sekaligus bikin pusing, mereka berdua harus mencari tahu. . . apakah cinta bisa tetap jalan meski semesta sendiri sibuk nge-troll hubungan mereka.

Arka Maheswara selalu mengira hidupnya stabil: kantor rapi, jadwal padat, keputusan terukur. Sampai suatu hari, ia jatuh cinta pada Lira Wulandari—gadis enerjik yang seperti tahu rahasia yang bahkan Arka sendiri tidak pernah baca dalam "skrip hidupnya."

Setiap kali Arka mencoba bersikap normal, dunia justru makin berulah: adegan lompat ke momen yang belum terjadi, dialog muncul sebelum diucapkan, dan suara misterius sering memberi komentar seakan-akan penonton sedang menekan tombol "next episode."

Sementara bisnisnya terancam kacau dan hubungan mereka makin dalam, Arka mulai curiga bahwa ia hanyalah karakter dalam sebuah cerita yang hobi mempermalukan tokoh utamanya. Namun, meski dunia terus mengutak-atik alur, satu hal tetap tak bisa dikendalikan siapa pun—cintanya pada Lira.

Di antara glitch realita, humor tak terduga, dan drama yang terasa terlalu sinematik untuk kehidupan nyata, mereka harus mencari apakah cinta tetap punya makna. . . bahkan jika hidup mereka hanyalah bab dari kisah yang sedang ditonton seseorang.