33. INT. RUKO 1 - LANTAI 2 - DAY
Pegawai Agen Ruko memperlihatkan Tara lantai 2.
PEGAWAI AGEN RUKO
(bersemangat)
Nah, ini, Mas. Mantep kan?
TARA
(takjub)
Wah... Iya juga ya, Mas.
(melihat sekitar)
Lumayan luas juga -- untuk harga segini sih...oke pake banget.
PEGAWAI AGEN RUKO
(mengangguk)
Mau lihat kamar buat istirahatnya?
TARA
Boleh-boleh, Pak.
PEGAWAI AGEN RUKO
Oke.
Pegawai Agen Ruko memandu Tara menuju ke balkon. Letak Kamar terpisah dari bangunan utamanya. Sehingga harus keluar dulu.
34. EXT. RUKO 1 - BALKON - DAY
Terdapat sebuah kamar yang dapat diakses dari balkon.
PEGAWAI AGEN RUKO
Kalau usaha kan...apalagi kayak burjo itu capek banget. Nah, Masnya bisa istirahat di sini. Jadi gak harus pulang balik ke rumah.
Pegawai Agen Ruko merogoh-rogoh kantongnya. Mencari kunci pintu. Namun, tidak ketemu-temu.
PEGAWAI AGEN RUKO (CONT'D)
(to Tara)
Bentar, ya, Mas. Ini kok kuncinya gak ketemu-temu.
Tara hanya mengangguk. Terlihat Tara mengintip ke dalam kamar dari jendela. Pegawai Agen Ruko tetap tidak dapat menemukan kunci kamar.
PEGAWAI AGEN RUKO (CONT'D)
(lirih)
Apa ketinggalan ya?
(to Tara)
Maaf, Mas, ini kok kuncinya gak ketemu -- Saya coba telpon kantor dulu.
TARA
Oh -- iya-iya, Mas. Silahkan.
Pegawai Agen Ruko menelpon kantor.
PEGAWAI AGEN RUKO
(into phone)
Halo -- mau tanya ini kunci kamar ruko unit 14 kok gak ada, ya? -- Unit 14 -- HAH? -- udah ada yang nyewa? kapan? -- Waduh -- Oke-oke. Terimakasih.
Pegawai Agen Ruko menutup panggilan.
PEGAWAI AGEN RUKO (CONT'D)
(to Tara)
Maaf, Mas Tara -- ternyata udah ada yang nyewa ruko ini.
TARA
Terus gimana, Mas?
PEGAWAI AGEN RUKO
Ya...begitu, Mas.
(tangannya membentuk posisi minta maaf)
Maaf, ya, Mas -- Mungkin sekarang unit ini belum berjodoh sama Masnya. Saya cuman bisa bantu doa -- Semoga Mas Tara mendapatkan ruko yang lebih baik daripada yang ini.
Tara hanya mengangguk. Tara terlihat begitu kecewa.
PEGAWAI AGEN RUKO (CONT'D)
Ayo, Mas -- Saya anter sampai parkiran.
35. EXT. PARKIRAN RUKO - DAY
Pegawai Agen Ruko sudah berada di atas motornya dan siap untuk meninggalkan Tara. Tara belum menaiki motornya, masih melihat-lihat sekitar.
PEGAWAI AGEN RUKO
Saya duluan ya, Mas.
TARA
Iya, Mas.
Pegawai Agen Ruko meninggalkan Tara. Tara duduk di sebuah kursi. Muram. Ingin menghubungi Reza bahwa ia gagal mendapatkan Ruko. Namun, saat ia ingin menghubungi Reza, datang PAK SADIMAN, 45 tahun.
PAK SADIMAN
Wah... Masnya, yang jadi nyewa ini ruko ya?
(menunjuk sebuah ruko)
Ruko saya yang itu, Mas.
TARA
(melihat ruko Pak Sadiman)
Oh...
PAK SADIMAN
Mas -- Masnya kok kayaknya lesu banget?
Tara berpura-pura baik-baik saja.
TARA
Enggak kok, Pak --
PAK SADIMAN
Ah... Yang bener, Mas?
(to Tara, namun ia mengalihkan topik)
Jadi sewanya habis berapa, Mas?
TARA
(beat)
Sebenernya... Saya bukan yang nyewa -- Awalnya sih begitu, Pak. Saya mau nyewa -- Cuman ya, itu -- Keduluan orang lain.
Pak Sadiman paham akar permasalahannya. Sebenarnya Pak Sadiman ingin menyewakan ruko yang ia sewa dikarenakan sudah tidak mampu. Padahal ruko yang ia sewa belum lunas.
PAK SADIMAN
Masnya namanya siapa, ya?
Sebenarnya Tara curiga, namun karena keputusasaannya ia mencoba untuk biasa-biasa aja.
TARA
Saya Tara, Pak.
PAK SADIMAN
Ta? --
TARA
Tara --
PAK SADIMAN
Tatara?
TARA
(kesal)
TARA -- t -- a -- r -- a. Tara.
PAK SADIMAN
Oh...Tara?
TARA
(mengangguk)
Iya... Kalau bapak sendiri?
PAK SADIMAN
Sa--di--man. Sadiman.
TARA
Pak Sadiman?
Pak Sadiman mengangguk, lalu melancarkan serangan keduanya. Mengajak Tara untuk melihat rukonya.
PAK SADIMAN
(mengajak)
Mas... Mending duduk di ruko saya dulu. Istirahat di sana.
TARA
(curiga: "ini orang kenapa sih?")
Maaf, Pak. Gak usah -- Saya di sini saja.
PAK SADIMAN
Ruko saya itu keren, Mas. Gak kalah sama yang ini. Beneran.
TARA
("So what?")
Iya, Pak -- saya tahu... Kelihatan kok, dari sini.
Pak Sadiman tidak menyerah. Ia lanjut ke strategi selanjutnya. "Pura-pura sedih."
PAK SADIMAN
(sedih, tapi terlihat sekali aktingnya)
Jadi gini, Mas -- Sebenarnya Pakde dan Budhe saya di kampung itu sedang sakit.
Tara tidak merasa sedih, melainkan merasa risih. Mimik mukanya saat melihat Pak Sadiman: "Ini orang salah minum obat apa?"
PAK SADIMAN (CONT'D)
Jadi saya butuh biaya buat mereka berobat, Mas.
Melihat Tara yang tidak tergerak hatinya, Akting Pak Sadiman makin "Menjadi-jadi"
PAK SADIMAN (CONT'D)
Pakde dan Budhe saya itu sangat berjasa terhadap diriku, Mas. Ketulusan hati mereka tetap terngiang di kalbuku, Mas. Tak tega hati ini, Mas. Melihat mereka berdua terbaring tak berdaya -- Ini waktu buat saya membalas budi baik mereka. Akan tetapi... aku tak punya uang, Mas. Sudahlah habis untuk menyewa ruko itu. Sekarang aku tak punya uang lagi, Mas. Jadi aku ingin mengalihsewakan ruko ku, Mas. Untuk mendapatkan uang untuk mengobati kedua orang terbaik yang pernah hadir dalam hidupku, Mas.
Pak Sadiman selesai dari aktingnya. Tara makin risih. "Ini orang waras gak sih?"
PAK SADIMAN (CONT'D)
Jadi, gimana -- Masnya tertarik?
TARA
Maaf, Pak. -- Terimakasih. Mungkin belum dulu.
PAK SADIMAN
(kembali akting yang dipaksakan)
Tolonglah. Bantulah diriku untuk membalaskan budi kepada Pakde dan Budhe ku.
(to Tara)
My Savior.
Tara mulai merasa tidak nyaman dan bersiap untuk pergi. Namun, masuk notifikasi pesan dari Reza: "Udah dapet rukonya?". Tara tak ingin mengecewakan sahabatnya itu. Sehingga, ia sedikit tertarik dengan tawaran Pak Sadiman.
TARA
(pasrah)
Oke deh, Pak. Saya mau lihat rukonya.
Pak Sadiman senang dan cengegesan --
36. EXT. PAK SADIMAN TALKING HEAD
PAK SADIMAN
Acting saya memang hebat.
(mengacungkan jempol)
The Best. -- Gak sia-sia saya nonton tukang bubur dari episode pertama sampai terakhir.