Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bangkit Setelah Tujuh Hari di Kubur
Suka
Favorit
Bagikan
6. Hari Keempat Tanda dari Dalam Tanah
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Judul : Hari Keempat: Tanda dari Dalam Tanah

Penulis : Rana Kurniawan


FADE IN:

Scene (42)


EXT. PEMAKAMAN CURAHEM – SUBUH


Kabut tebal menutupi seluruh area pemakaman.

Seekor anjing menggonggong tanpa henti ke arah makam Sukma.

Tanah di sana kini tampak sedikit terangkat, seperti sesuatu dari dalam mendorong ke atas.


Dari kejauhan, Ustaz Hudri datang membawa tasbih.

Ia berhenti di depan makam Sukma, menunduk dalam diam.


USTAZ HUDRI (pelan)

“Jika benar kau gelisah, semoga Allah memberi jalan pulangmu dengan tenang...”


Ia menabur air doa, tapi tiba-tiba tanah bergerak pelan, mengeluarkan asap tipis hitam.

Suara lirih seperti bisikan nama “Ayu” terdengar dari bawah tanah.


Hudri kaget, mundur, lalu bersujud.


USTAZ HUDRI (berdoa keras)

“Ya Allah, lindungi kami dari gangguan makhluk yang belum tenang!”


Scene (43)


INT. RUMAH AYU – PAGI


Ayu bangun dengan wajah lelah. Di meja makan, ada nasi uduk hangus sebagian,

terlihat seperti ada seseorang mencoba memasak di malam hari.

Namun Ayu tahu — tak ada siapa pun selain dia di rumah itu.


Ia membuka pintu dapur.

Lumpur basah membentuk jejak kaki menuju kamar Sukma.


AYU (gugup)

“Mas... apa kamu pulang?”


Ia masuk perlahan ke kamar.

Kamera mengikuti dari belakang:

di dinding kamar, ada tulisan lumpur:


“Aku lapar...”


Ayu menjerit dan mundur, menangis ketakutan.


Scene (44)


EXT. DESA CURAHEM – SIANG


RANA tiba dengan motor, membawa kamera dan catatan.

Ia menemui Topan, yang sedang duduk di warung dengan wajah murung.


RANA

“Kau tahu sesuatu tentang kecelakaan Sukma, kan?”


TOPAN (gelisah)

“Aku nggak tahu apa-apa.”


RANA

“Mobil hitam yang menabrak Sukma... itu punyamu. Kenapa kau lari?”


Topan menatap Rana tajam, lalu menunduk.


TOPAN (pelan)

“Aku... nggak sengaja. Tapi bukan aku yang nyetir. Ada orang lain malam itu.”


RANA

“Siapa?”


TOPAN

“Orang suruhan Karta. Dia suruh aku pinjemin mobil buat ngantar barang. Aku nggak tahu kalau ternyata...”


Ia tak melanjutkan kalimatnya. Matanya menatap jalan seolah melihat sesuatu.


TOPAN (berbisik)

“Itu... Sukma...”


Rana menoleh cepat — di ujung jalan, terlihat sosok Sukma berdiri.

Tubuhnya kotor tanah, matanya kosong, menatap mereka tanpa ekspresi.

Lalu sosok itu menghilang dalam kabut.


Scene (45)


INT. MASJID DESA – MALAM


Ustaz Hudri duduk dengan kitab dan air doa.

Ia menulis catatan di buku harian:


“Hari keempat. Arwah belum tenang. Kubur berguncang. Mungkin ada dosa belum selesai...”


Lampu masjid bergetar pelan.

Seseorang membuka pintu. Hudri menoleh — tak ada siapa pun.

Namun di sajadah depan, bekas kaki berlumpur muncul perlahan.


Hudri memejamkan mata, mulai membaca ayat Kursi keras-keras.

Suara dari udara berbisik:


“Bukan aku yang berdosa... mereka yang membuatku mati.”


Hudri menatap langit-langit masjid, melihat bayangan Sukma tergantung di sana, memandangnya.


Scene (46)


INT. RUMAH AYU – MALAM


Ayu duduk di lantai, menangis. Di meja, ada foto pernikahan mereka.

Ia berbicara pada foto itu.


AYU

“Mas, kalau kamu masih di sini... lepaskan aku. Aku nggak sanggup begini terus.”


Angin dingin bertiup. Lilin padam.

Foto di meja jatuh, dan dari belakang kaca foto terdengar suara Sukma pelan:


“Aku lapar, Yu...”


Ayu menjerit keras. Rana masuk dari luar, berlari ke ruang tamu.


RANA

“Ibu Ayu! Apa yang terjadi?”


AYU (gemetar)

“Dia... dia di sini! Mas Sukma di sini!”


Rana menatap foto itu — di balik kaca, ada bekas sidik jari berlumpur.


Scene (47)


EXT. PEMAKAMAN – MALAM


Topan datang diam-diam membawa sekop.

Ia berniat menggali makam Sukma, ingin memastikan kalau mayatnya masih di sana.


Ia menggali cepat, tapi setelah beberapa sekop...

Tanah mulai bergetar.


Tiba-tiba tangan Sukma keluar dan mencekik leher Topan!

Topan menjerit keras, tapi tak bisa lepas.

Sukma muncul perlahan dari tanah — setengah wajahnya hancur, mata kiri hitam kosong.


SUKMA (serak)

“Kau bilang bukan kau yang nyetir... tapi kau diam saja waktu aku mati...”


TOPAN (tercekik)

“A... ampun...!”


SUKMA

“Ampunmu tidak diterima di tanah ini.”


Dengan satu tarikan kuat, Sukma menarik Topan ke dalam kubur.

Tanah menutup kembali perlahan, meninggalkan hanya topi Topan di permukaan.


Scene (48)


INT. MASJID – SUBUH


Hudri sujud lama sekali.

Di luar masjid, Rana datang dengan wajah panik.


RANA

“Ustaz! Topan hilang! Di makam ada bekas tanah digali!”


Hudri berdiri pelan, wajahnya muram.


USTAZ HUDRI

“Hari keempat... arwah mulai menuntut. Jika ini terus, tidak akan ada yang tersisa.”


FADE OUT

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)