Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Penulis : Rana Kurniawan
Scene 1: Hari Pemakaman Ketika Sukma Mati
FADE IN:
EXT. JALAN RAYA CURAHEM – SENJA
Langit berwarna jingga keabu-abuan. Jalan sepi, hanya suara motor tua melaju di tengah kabut tipis.
Sukma tampak terburu-buru, wajahnya tegang, pandangan terus berpindah antara jalan dan kaca spion.
SUKMA (V.O.)
“Ada sesuatu yang nggak beres... kenapa aku merasa diikuti sejak tadi?”
Suara mesin motor mulai tersendat. Di belakang, terlihat bayangan mobil hitam melaju pelan mengikuti.
INT. DALAM MOBIL HITAM – SENJA
RANA, wartawan, duduk di kursi penumpang, melihat Sukma dari kejauhan. Ia memegang kamera.
Di sisi sopir, seorang pria tak dikenal menatap jalan dengan dingin.
RANA
“Jangan terlalu dekat. Aku cuma mau pastikan dia orang yang sama.”
SOPIR
“Kalau dia tahu kita ikutin, bisa gawat.”
EXT. JALAN MENURUN – MAGRIB
Gerimis mulai turun. Jalan licin. Sukma menatap kaca spion — mobil itu semakin mendekat.
Ia panik, menambah kecepatan. Tikungan tajam di depan.
FX: Suara rem berdecit keras!
Ban motor selip. Sukma terpelanting ke jurang kecil di tepi hutan.
Kamera memperlihatkan tubuhnya terguling, kepala membentur batu.
Sunyi. Hujan deras mulai turun.
EXT. TEMPAT KECELAKAAN – MALAM
Beberapa warga berkumpul, menyorot lampu senter.
TOPAN berlari dari kejauhan, napas tersengal.
TOPAN
“Itu... itu Mas Sukma! Aku kenal motornya!”
Warga menatap tubuh Sukma yang tergeletak tanpa nyawa.
Wajahnya rusak parah, sulit dikenali. Tidak ada identitas, dompetnya hilang.
WARGA 1
“Kasihan, nggak ada yang tahu dia siapa...”
WARGA 2
“Kita lapor polisi aja. Tapi malam ini, jangan sentuh dulu jasadnya.”
Petir menyambar. Dalam sekejap, kamera menyorot mata Sukma yang terbuka sedikit, seolah masih hidup.
INT. RUMAH AYU – MALAM
Ayu menatap ponselnya, cemas. Ia mencoba menelepon Sukma berulang kali. Tak ada jawaban.
Di luar, suara hujan terus menghantam genting.
Tiba-tiba... notifikasi pesan masuk.
PESAN DARI NOMOR TAK DIKENAL:
“Sukma sudah pulang. Tapi bukan seperti dulu.”
Ayu menjatuhkan ponsel, ketakutan.
Scene 5:Suasana Di Pemakaman
EXT. PEMAKAMAN CURAHEM – PAGI BERIKUTNYA
Kabut tebal menyelimuti pemakaman. Warga menyiapkan liang lahat.
Keranda Sukma dibawa dengan kain putih menutupi seluruh tubuh.
Ustaz Hudri berdiri di depan nisan, memimpin doa.
USTAZ HUDRI
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un... semoga arwah almarhum diterima di sisi-Nya.”
TOPAN membantu menggali. Tangannya bergetar, wajah pucat.
TOPAN (pelan)
“Kenapa rasanya tanah ini dingin sekali, Ustaz?”
USTAZ HUDRI
“Itu cuma perasaanmu, Nak. Tenangkan hati. Kita hanya membantu orang yang kembali ke Tuhannya.”
CLOSE UP:
Keranda diturunkan. Saat tali perlahan mengendur, suara retak terdengar dari dalam peti.
Beberapa warga terkejut.
WARGA 3
“Tadi kalian dengar itu?! Seperti ada yang mengetuk dari dalam!”
Ustaz Hudri menatap nisan dalam-dalam, lalu menutup mata dan berdoa lebih keras.
FX: Angin tiba-tiba bertiup kencang.
Kain kafan Sukma bergerak halus, seolah ada yang bernafas di dalamnya.
INT. MASJID DESA – MALAM
Ustaz Hudri sedang duduk sendiri, membaca doa.
Tiba-tiba, pintu masjid terbuka pelan. Suara langkah basah masuk.
USTAZ HUDRI
“Siapa di sana?”
Tak ada jawaban. Tapi ada jejak kaki berlumpur menuju ke arah sajadah.
Ketika Ustaz Hudri menunduk, ada bekas tanah kubur menetes dari atap masjid.
EXT. PEMAKAMAN CURAHEM – TENGAH MALAM
Kamera kembali ke makam Sukma.
Lampu petromaks berkedip.
Tanah di atas nisan bergerak perlahan.
Suara nafas berat terdengar samar, seperti dari bawah bumi.
CUT TO BLACK.