Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Penulis : Rana Kurniawan
Scene 1:Malam Ketiga: Bayangan yang Pulang
FADE IN:
EXT. LANGIT DESA CURAHEM – MALAM
Awan tebal menutupi bulan. Suara petir menggema dari kejauhan.
Kamera perlahan menurun ke arah pemakaman Curahem, di mana kabut mulai turun.
Di satu nisan — milik Sukma — lampu lilin kecil menyala sendiri.
INT. RUMAH AYU – MALAM
Ayu duduk di tepi ranjang.
Ia memegang ponsel, menatap pesan terakhir Sukma yang tak sempat terkirim:
“Aku pulang sebentar lagi. Tunggu aku, Yu.”
Matanya berkaca-kaca
Tiba-tiba... lampu kamar berkedip tiga kali, lalu mati total.
Hening.
Dari arah dapur, terdengar bunyi piring jatuh dan pecah.
Ayu menelan ludah, mengambil senter.
INT. DAPUR – TERUSAN
Ia menyinari ke lantai — pecahan piring berserakan.
Namun di antara pecahan itu, ada bekas lumpur basah berbentuk jejak kaki tanpa alas.
Jejak itu menuju ke arah pintu belakang rumah.
AYU (berbisik)
“Mas...?”
Ia mengikuti jejak itu pelan.
Sampai di pintu, senter berkedip, lalu mati.
Gelap total.
Suara napas berat terdengar dari belakangnya.
Ayu memutar badan perlahan... tidak ada siapa-siapa.
Namun dari bayangan di dinding, tampak bayangan pria berdiri di belakangnya — padahal ruang itu kosong.
EXT. PEMAKAMAN CURAHEM – MALAM YANG SAMA
RANA tiba di makam membawa kamera dan alat perekam suara.
Ia meletakkan mic di tanah dan menyalakan mode perekaman malam.
RANA (ke kamera)
“Hari ketiga setelah pemakaman. Warga mengaku mendengar tangisan dari bawah tanah. Aku akan merekam selama 10 menit.”
Ia menunggu. Hening.
Lalu terdengar suara dari bawah tanah, sangat pelan:
“Tolong... jangan biarkan dia pergi...”
Rana tertegun, mendekatkan mic.
Tanah bergetar pelan. Kamera merekam tangan pucat muncul sesaat, mencakar permukaan tanah.
RANA (berbisik panik)
“Ya Tuhan... aku benar-benar lihat tangan!”
Ia mundur cepat, hampir jatuh. Kamera goyah — tapi ia terus merekam.
Dari nisan, muncul darah hitam menetes perlahan.
INT. MASJID DESA – WAKTU YANG SAMA
Ustaz Hudri sedang salat malam. Di belakangnya, terdengar suara langkah pelan masuk ke dalam masjid.
Ia tak menoleh, tetap berzikir.
Namun tiba-tiba, udara berubah dingin. Lampu masjid bergetar.
USTAZ HUDRI
(mengeras, membaca doa)
“A’udzu billahi minasy syaithanir rajim...”
Ketika ia selesai salam, ia menoleh ke belakang...
Di lantai saf belakang, ada bekas lumpur panjang, seolah seseorang baru saja duduk bersujud di sana.
Tak ada orang, hanya udara lembab dan aroma tanah basah.
EXT. RUMAH AYU – LARUT MALAM
Rana datang tergesa-gesa, masih menggenggam kameranya.
Ia mengetuk pintu rumah Ayu berkali-kali.
RANA
“Bu Ayu! Saya Rana, wartawan! Tolong buka! Ini penting!”
Ayu membuka pintu, wajahnya pucat.
AYU
“Ada apa, Mas Rana?”
RANA
“Saya baru dari makam suami Ibu. Saya... saya dengar suara dari dalam kubur.”
Ayu langsung gemetar, air mata menetes.
AYU (pelan)
“Jangan... jangan bilang begitu... sejak semalam, aku juga dengar suara dia di rumah.”
Rana masuk, menatap sekeliling rumah — di dinding terlihat noda lumpur seperti tangan menempel.
INT. RUMAH AYU – RUANG TAMU
Rana menyalakan alat perekam dan menaruhnya di meja.
RANA
“Saya minta Ibu diam sebentar. Kita dengarkan.”
Beberapa detik hening... lalu dari alat perekam terdengar suara napas Sukma.
“Ayu... buka pintu...”
Ayu menutup telinganya, menjerit.
Rana langsung mematikan alat itu, wajahnya tegang.
RANA
“Itu bukan suara biasa. Ini... seperti frekuensi antara hidup dan mati.”
EXT. PEMAKAMAN CURAHEM – SAAT ITU
Topan berlari ke makam, memanggil Pak Karta.
Tanah di makam Sukma kini benar-benar terbuka sedikit di bagian atas — seperti didorong dari dalam.
Suara rintihan terdengar jelas.
TOPAN (menangis ketakutan)
“Mas Sukma... maafin aku... bukan aku yang bikin kamu mati!”
Namun tak ada jawaban — hanya suara tawa lirih dari dalam tanah.
“Bukan kamu? Hahaha... lalu siapa?”
Topan mundur perlahan, lalu kabur.
INT. RUMAH AYU – SUBUH
Ayu tertidur di lantai ruang tamu. Rana duduk di kursi, masih terjaga.
Tiba-tiba jam dinding berhenti di angka 2:47.
Radio menyala sendiri, mengeluarkan suara berita:
PENYIAR RADIO (distorsi):
“Korban kecelakaan di Curahem diduga dibuntuti mobil hitam... pelaku masih buron...”
Rana menatap Ayu.
RANA
“Ibu tahu siapa yang punya mobil hitam itu?”
Ayu menatap Rana dengan wajah ketakutan.
AYU (pelan)
“Mobil itu... punya Topan.”
FX: Petir menyambar keras.
Radio mati.
Lampu lilin padam.
Dari jendela belakang, bayangan Sukma tampak berdiri — setengah tubuhnya basah lumpur, matanya kosong menatap ke dalam rumah.
FADE OUT.