Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
BAGAIMANA?
Suka
Favorit
Bagikan
1. BAB #1 (BERDUKA)

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

---------

Terlihat sebuah mobil hitam yang cukup mewah memasuki perumahan yang cukup besar juga, mobil tersebut kemudian masuk ke dalam Garasi rumahnya.

INT. RUMAH JAKARTA—JUMAT--SIANG HARI

(Seorang pria keluar dari mobil dengan membawa sebuah tas ditangannya, ia pun kemudian mengetuk pintu, seorang perempuan membukakan pintu rumahnya)

ANDINI

Mas kamu udah pulang?

(Andini mencium tangan suaminya, ia pun membawakan tas suaminya kedalam)

DIMAS

Udah nih..

ANDINI

Kok tumben cepet banget?

(Dimas membuka sepatunya dan menaruhnya dirak sepatu)

DIMAS

Iya nih, kebetulan udah selesai tugas aku.. oh ya sayang, aku punya kabar gembira nih..

ANDINI

Kabar apa mas?

(Dimas memegang tangan istrinya)

DIMAS

Akuuu.. naik jabatan sebagai kepala kantor pajak yang baru

ANDINI

Kamu serius?

(Dimas mengangguk)

DIMAS

Oh ya sebenernya alasan aku pulang cepet itu karena hari ini temen-temen kantor mau rayain naik jabatannya aku di puncak, karena kebetulan besok weekend jadi mereka mau bikin acara disana, kamu ikut yaa..

ANDINI

Mmm.. Mas, kamu tau kan besok aku harus pergi temenin Ibu kamu ke arisannya, jadi aku ga bisa ikut.. maaf banget yaa, kamu kesananya sendiri aja ok

DIMAS

Yahh.. kalau datang sendiri ga enak dong sayang..

ANDINI

Yaa mau gimana mas, daripada nanti ibu kamu marah-marah, kan lebih bahaya

(Dimas dan Andini tertawa kecil)

DIMAS

Yaudah.. tapi nanti kamu sering telepon aku yaa

ANDINI

Iyaa…

(Dimas memeluk istrinya dari belakang, mereka pun pergi menuju kamarnya)

Saat sore harinya di garasi mobil

(Dimas meletakkan koper di belakang mobilnya, Andini meletakkan tas suaminya depan mobil)

ANDINI

Kamu pulangnya lusa kan?

DIMAS

Iya.. aku pulang minggu

ANDINI

Ok.. Kamu hati-hati ya..

(Andini mencium tangan suaminya)

DIMAS

Iya.., kamu juga yaa

(Dimas mengelus kepala istrinya dan memasuki mobilnya kemudian berangkat)

INT. RUMAH JAKARTA-MINGGU—SORE HARI

(Andini keluar dari kamarnya, ia menuju ruang tv tiba-tiba ia mencium bau yang tidak enak, ia pun mual-mual dan kemudian menuju toilet.. ia melihat kaca dan berfikir apakah ia sedang mengandung anak dari suaminya)

(Ia kembali ke kamarnya dan mengambil sebuah tespack di dalam laci, dan menuju toilet lagi)

(Setelah beberapa saat Andini keluar dari kamar mandi)

(Ia sangat terkejut melihat testpack tersebut, disana tertera 2 garis yang menandakan bahwa ia hamil, Andini sangat senang.. ia pun mengambil handpone dan menelpon suaminya)

(CIGARU BOGOR)

(Suara handpone berbunyi di dalam mobil Dimas, saat itu Dimas sedang mengendarai mobil tersebut, terlihat bahwa saat itu di puncak sedang hujan, Dimas mengangkat teleponnya)

DIMAS

Hallo..

ANDINI

Hallo mas, ini aku ..

DIMAS

Iya sayang, kenapa?

ANDINI

Kamu kapan pulangnya?

DIMAS

Ini aku lagi dijalan menuju Jakarta

ANDINI

Oh gitu, yaudah cepet sampai ya mas.. aku mau kasih tau kamu kabar gembira

DIMAS

Kabar gembira apa?

ANDINI

Udah pokoknya kamu cepet pulang aja yaa..

DIMAS

Iya yaudah.. aku tutup teleponnya dulu ya, soalnya disini ujan deras takut ga fokus

(Dimas langsung mematikan teleponnya, Andini bingung)

ANDINI

Hallo mas.. hallo.. kok putus sii

(Andini kemudian menunggu suaminya pulang dari Puncak Bogor saat itu, namun sampai larut malam tidak ada tanda-tanda terdengarnya suara mobil dari luar, akhirnya Andini pun tertidur di sofa)

---------

Keesokan harinya, Andini terbangun ..

Ia memenggil nama suaminya, barangkali suaminya sudah pulang

ANDINI

Mas… Mas..

Andini mengecek satu-satu ruangan dirumahnya, namun ternyata tidak ada siapa-siapa, ia pun kemudian mengecek garasi dan ternyata tidak ada mobil suaminya, ia mulai panik dan menelpon suaminya kembali

Setelah berulang kali menelpon suaminya, namun tidak ada jawaban, ia pun mulai menepon teman suaminya dikantor yang saat itu ikut berpesta di puncak

ANDINI

Hallo, Ki.. disitu ada mas Dimas ga?

RIZKI

Dimas? Engga ada tuh, emang Dimas belum sampai rumah?

ANDINI

Belum, kamu emang ga pulang bareng sama dia?

RIZKI

Engga, tadinya Dimas emang pulang duluan, aku pikir dia udah sampai rumah

ANDINI

Tapi belum sampai

RIZKI

mmm.. ok Din kamu tenang dulu ya, aku coba tanya temen-temen kantor yang lain, mungkin aja Dimas nginep dirumah salah satu dari mereka

ANDINI

Iya, kalau gitu nanti kamu kabarin aku lagi ya Ki..

RIZKI

Iya Din, nanti aku kabarin lagi

ANDINI

Terima kasih ya Ki

ARIS

Iya din.. sama-sama

(Andini kemudian menelpon suaminya kembali hingga berulang kali, ia sangat takut tejadi apa-apa)

(Andini mencoba untuk tenang,ia kemudian duduk, tiba-tiba ada suara telepon dari nomor yang tidak dikenal, ia pun kemudian mengangkat telepon tersebut, ia sangat berharap itu adalah suaminya)

ANDINI

 Hallo..

KEPOLISIAN BOGOR

Hallo apa benar ini dengan istri dari saudara Dimas

ANDINI

Iya benar ini dengan saya sendiri, maaf ini siapa ya?

(Andini mulai merasa tegang)

KEPOLISIAN BOGOR

Kami dari tim kepolisian Cigaru Bogor ingin memberitahu bahwa suami anda mengalami kecelakaan dan mayatnya masih berada di TKP daerah Cigaru, harap Ibu datang kesini

(Andini tidak bisa berkata apa-apa dia hanya diam dan mematung)

KEPOLISIAN BOGOR

Hallo Bu…, Ibu masih disana kah? Hallo..?

ANDINI

Bapak bercanda kan? Engga Pak suami saya ga mungkin meninggal, suami saya masih hidup Pak

(Andini kemudian menjatuhkan teleponnya dan mulai menangis, ia benar-benar merasakan shock berat dan hanya bisa menangis)

(Kemudian dia mengambil tas nya di kamar dan menuju garasi mengendarai mobilnya dan kemudian datang ke TKP tanpa memberitahu siapa-siapa. Andini masih berharap kalau ini hanya tipuan dan suaminya masih hidup)

EXT.TKP-JURANG DUPINGGIR JALAN-CIGARU BOGOR—PAGI HARI

(Andini keluar dari mobil, disana terlihat sudah banyak polisi, ambulan dan wartawan yang sedang memulai investigasinya)

(Andini kemudian menerobos masuk batas polisi yang sudah dibuat)

KEPOLISIAN BOGOR

Maaf Mbak, tidak boleh masuk kedalam

ANDINI

Saya istrinya Pak, saya istrinya.. biarin saya masuk dan liat Pak

(Andini memohon dan terus menangis)

(Disana ada salah satu ketua penyelidik yang sedang menginvestigasi TKP, ia mempersilahkan Andini masuk)

(Andini langsung berlari menuju mobil yang terlihat sudah hangus terbakar, ia pun melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau ada mayat manusia yang terbakar, dan tidak dikenali wajahnya)

(Andini menangis dan menjerit, ia pun kemudian pingsan.. ketua penyidik mengangkatnya menuju ambulan.)

---------------------------

(Setelah beberapa saat Andini kemudian tersadar)

ANDINI

Mas.. mas Dimas..

(Andini terus memanggil nama suaminya sambil memegang kepalanya yang masih pusing)

ANDINI

Suami saya mana Pak, suami saya..

(Andini keluar dari dalam ambulan namun ia dicegah oleh ketua penyidik itu)

RANDI

Mbak.. tenang dulu mbak, ayok kita bicara dulu sebentar

(Ketua penyidik itu mengajak Andini kembali ke ambulan dan bicara disana)

ANDINI

Engga Pak, saya mau lihat suami saya.. itu pasti bukan suami saya kan, engga pak.. saya engga percaya

(Andini mencooba untuk pergi lagi ke TKP)

RANDI

Mbak gimana saya mau jelasin ke mbak semuanya kalau mbak aja gak mau diajak bicara!

(Andini terus menangis dan menatap ke arah TKP, Ketua penyidik itu lalu merasa bersalah membentak Andini karena terus memberontak, Ketua penyidik itu menghela nafas)

ANDINI

Mbak, ayo kita bicara dulu didalam ya, biar saya jelasin semuanya..

(Andini yang lemas pun hanya bisa mengikuti perkataan dari Ketua penyidik itu)

INT. DIDALAM AMBULAN TKP-BOGOR

RANDI

Oh ya mbak, kenalin saya Randi yang menangani kasus kecelakaan ini, saya adalah ketua penyidik dari Kepolisian Cigaru Bogor, jadi mengenai investigasi yang dilakukan itu tanggung jawab saya

(Andini hanya menangis sambil terdiam mematung)

                           RANDI

mm.. begini mbak menurut prediksi kami mobil yang dikendarai suami mbak itu hilang kendali hingga akhirnya jatuh dan menabrak pohon besar yang di bawahnya, lalu meledak dan terbakar

(Andini menatap kearah Randi, air matanya terus mengalir)

RANDI

Kemungkinan saat itu saudara Dimas tidak bisa keluar dari mobil karena pingsan akibat benturan yang keras, sejak tadi malam kami mencoba untuk mencari saksi mata namun belum kami temukan, karena memang jalan ini jarang dilalui orang, tapi kami masih akan terus menyelidiki kronologi kejadian, saat ini mayat saudara Dimas dan temannya akan dibawa ke Rumah Sakit Bogor untuk di autopsi.

(Andini yang mendengar perkataan Randi langsung menengok kearahnya)

ANDINI

Teman?

RANDI

Iya ada orang lain disamping saudara Dimas, kemungkinan adalah perempuan, karena terlihat dari postur tubuhnya

(Andini sangat tekejut bahwa ada perempuan disamping suaminya saat menuju pulang ke Rumah)

ANDINI

Perempuan? siapa?

RANDI

Untuk saat ini kami belum tahu, karena semua identitas perempuan itu hangus dan belum diketahui, kami hanya menemukan telepon suami anda terjatuh dijalan saat kami melakukan investigasi, kemungkinan jatuh saat mobilnya tergelincir

(Andini tidak ingin berfikir yang macam-macam saat itu, ia masih dalam keadaan yang berduka)

RANDI

Pihak kepolisian Cigaru Bogor akan mmemberitahu anda bagaimana kelanjutannya nanti, setelah melakukan otopsi, Jenazah akan dikirim kerumah duka

(Polisi lain melambaikan tangan dan memanggil Randi)

(Randi membalasnya)

RANDI

Maaf, saya harus melanjutkann penyelidikan

(Randi kemudian pergi meninggalkan Andini sendirian)

(Andini masih melamun dan menitihkan air mata, ia memandang cincin pernikahannya dan memegangnya)

(Andini kemudian pulang kerumah, disana sudah ada Ibu mertuanya yang menunggu beserta para teman-teman kantor dari Dimas, terlihat mereka semua menunggu Andini pulang dan menjelaskan semuanya, mereka sudah tau dari berita di TV bahwa Dimas mengalami kecelakaan)

INT.RUMAH JAKARTA—SORE HARI

(Andini memarkirkan mobilnya digarasi, ia kemudian turun dari mobilnya dengan tatapan kosong)

BU IDA (Mertua Andini)

(menangis)

Din, telepon ibu kenapa ga diangkat sama kamu?

Din.. Dini Ibu bicara sama kamu

(Dini hanya terus berjalan menuju kamarnya dengan tatapan kosong)

BU IDA (MERTUA Andini)

(Menangis)

Din, itu bukan Dimas kan?

Bukan dia kan yang kecelakaan?

Din.. Ibu bicara sama kamu..

Jawab dong

(Teman-teman dekat Andini dan Dimas di kantor menenangkan Ibu Dimas yang menangis)

(Dini masuk ke kamarnya mengunci pintunya dan menangis sangat kencang)

(Keesokan harinya adalah acara pemakaman suaminya, Dini hanya bisa melamun, ia tidak ingin mengeluarkan air matanya didepan Ibu Mertuanya, ia tahu ini akan sangat berat untuknya)

(Sampai acara pemakaman selesai, Andini hanya bisa melamun dengan tatapan yang kosong, seakan dia kehilangan seluruh hidupnya)

(Andini lalu pulang kerumah,lagi-lagi ia mengunci pintu kamarnya dan menangis.. ia tidak punya siapa-siapa lagi orang tua nya telah meninggal sejak ia SMA, sedangkan ia adalah anak tunggal sama seperti Dimas, ia hanya punya mertuanya.)

-------------------------------

(Setelah hampir 4 hari Berlalu, Andini masih mengurung diri, ia hanya makan satu hari dalam sehari, ia juga tidak mengurus dirinya sendiri, ia masih dalam keadaan duka..)

(Saat Andini sedang melihat-lihat foto suaminya di bingkai,teringat ia suatu peristiwa)

(FLASHBACK TAHUN KEDUA PERNIKAHAN)

EXT.HALAMAN DEPAN RUMAHNYA JAKARTA-SORE HARI

(Terlihat kepala Dimas berada di pangkuan Andini, saat itu mereka sedang berpiknik dihalaman rumahnya, Andini sedang menyuapi Dimas sebuah snack, dan Dimas membaca sebuah buku )

DIMAS

Sayang..

ANDINI

Apaa…

DIMAS

sedih deh cerita ini

ANDINI

Cerita apa? Novel ini?

DIMAS

Iya.. jadi si tokoh perempuannya ini meninggal karena bunuh diri

ANDINI

Loh bunuh diri kenapa?

DIMAS

Bunuh diri karena ternyata pacarnya ini selingkuh sama sahabatnya sendiri

ANDINI

Hah? Serius?

DIMAS

Iyaa…, kamu jangan tinggalin aku yaa

ANDINI

Engga dong, kamu juga jangan tinggalin aku

DIMAS

Engga akan (tersenyum)

(Andini membalas juga dengan senyuman

(SEKARANG)

(tiba-tiba ada telepon yang berbunyi, Andini pun terkejut ia kemudian mengangkatnya)

Andini

Hallo… (suara pelan dan datar)

RANDI

Hallo.. apa benar ini dengan saudari Dini istri Almarhum Dimas?

Andini

Iya dengan saya sendiri

RANDI

Saya Randi ketua penyidik dari kasus kematian saudara Dimas

ANDINI

Oh.. iya ada apa ya Pak?

RANDI

Begini mbak, terkait tentang kasus kematian saudara Dimas, kami ingin meminta keterangan dari anda selaku istri dari saudara Dimas, diharapkan anda datang ke kantor polisi pusat Bogor hari ini bisa?

ANDINI

Bisa Pak, saya segera kesana

(Andini mengambil tas nya di lemari dan memasukkan Handpone dan barang lainnya)

(Saat itu Ibu mertua dari Andini sedang menuju kerumahnya, namun Andini harus pergi ke kantor polisi Bogor untuk memberikan keterangan)

 

INT. KANTOR POLISI PUSAT BOGOR—SIANG HARI

(Andini keluar dari mobilnya dan langsung masuk kedalam kantor, kebetulan disana sudah ada Randi yang menunggu)

RANDI

Saudari Andini?

ANDINI

Iya saya sendiri

RANDI

Silahkan masuk

(Disana sudah ada petugas polisi yang siap mencatat pernyataan dari Andini, petugas polisi itu adalah Haris bawahan dari Randi)

RANDI

Maaf bisa kami mengecek ponsel anda?

(Andini mengangguk dan memberikan ponselnya kepada Haris untuk dicek seluruh aktivitas bersama suaminya sebelum kejadian)

RANDI

Begini,eee.. mbak?

ANDINI

Gapapa panggil mbak aja

(Andini bicara dengan ekspresi datar dan masih dalam keadaan berduka)

(Randi mengangguk)

RANDI

Mbak, kami sedang melanjutkan investigasi mengenai kematian suami mbak, hari ini kami akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai suami mbak

RANDI

Baik mbak, bisa ceritakan kronologis sebelum suami mbak datang ke Bogor? dan kalau boleh tau ada urusan apa suami mbak datang kesini? Mbak bisa ceritakan semuanya secara detail

ANDINI

suami saya datang ke Bogor karena mau merayakan naik jabatannya dia sebagai ketua kantor pajak yang baru, awalnya dia mengajak saya untuk ikut, tapi saya ga bisa karena besoknya harus menemani Ibunya untuk pergi arisan, maka dari itu dia hanya pergi sendiri, dia izin kesaya dan berangkat hari jumat, setelah itu dia bilang akan pulang hari minggu.

RANDI

Saat di Bogor dia tidak menghubungi mbak? Atau mungkin setelah dia sampai kalian saling berkomunikasi sebelum kejadian itu?

ANDINI

Saya ga telepon dia karena saya gak mau ganggu dia, saya baru telepon saat hari minggu

RANDI

Kapan mbak menelpon saudara Dimas pada hari minggu?

ANDINI

Sekitar pukul 7 malam

RANDI

Saat mbak menelpon pada pukul 7 malam, saudara dimas tidak memberitahu sesuatu? mungkin suatu tanda bahaya atau apa?

ANDINI

Engga.., saat itu saya tanya kapan pulangnya, di bilang dia lagi dijalan menuju pulang.. saya bilang ingin memberi kejutan padanya terus tiba-tiba terputus teleponnya

(Randi membalikkan ponsel Andini)

RANDI

Kami sudah mengambil informasi di telepon,SMS,Whatsapp, dll dari ponsel mbak, sebagai laporan dan bukti untuk kasus ini

(Andini mengambil ponselnya kembali)

RANDI

Mbak tau dimana tempat pesta itu? Hotel? Villa? Atau tempat semacamnya?

ANDINI

Saya ga tau Pak

RANDI

Mungkin teman-teman kantor yang mengikuti pesta pada hari itu mbak ada yang mengenalnya?

ANDINI

Saya kenal beberapa teman kantor mas Dimas yang memang ikut pesta hari itu

RANDI

Ok, mbak bisa catat nama dan nomor teleponnya

(Randi memberikan sebuah pulpen dan kertas, Andini mencatat beberapa nama teman sekantor dari suaminya beserta nomor teleponnya)

RANDI

Baik mbak, untuk perkembangan lebih lanjutnya lagi nanti saya akan hubungi mbak lagi

ANDINI

Emm.. maaf kalau saya boleh tau mengenai perempuan yang duduk disamping suami saya saat itu? Apa sudah diketahui identitasnya?

RANDI

Untuk saat ini, beberapa anak buah kami sedang menyelidikinya.. mbak sabar ya, nanti akan kami beri tahu perkembangannya

ANDINI

(mengangguk)

kalau gitu saya pamit dulu

RANDI

Terima kasih sekali lagi untuk kerja samanya

(Randi dan Andini berjabat tangan)

ANDINI

Sama-sama

(Andini kemudian pergi dari tempat tersebut dan pulang menuju rumahnya)

INT. RUMAH JAKARTA—MALAM HARI

Andini kemudian masuk kedalam rumahnya, alangkah terkejutnya ia saat melihat mertuanya sudah duduk menunggunya diruang tamu

ANDINI

(berbalik dan melihat)

Ibu… bikin kaget aja

BU IDA (MERTUA Andini)

Kamu darimana Din, jam segini baru pulang? Ibu nungguin kamu loh dari siang, ibu telepon tapi ga diangkat-angkat

ANDINI

Maaf Bu, Dini ga ngasih tau Ibu, Dini dari kantor polisi Bogor

BU IDA (MERTUA Andini)

Kantor polisi Bogor? Kamu ngapain ke Bogor?

ANDINI

Dini dimintai keterangan tentang mas Dimas Bu

BU IDA (MERTUA Andini)

Kamu lagi hamil kan?

ANDINI

Ibu kok tahu

(Bu Ida memperlihatkan tespack yang Andini buang di tempat sampah)

BU IDA (MERTUA Andini)

Ibu nemu ini di tempat sampah

(menghela nafas)

Kamu kenapa ga kasih tau Ibu Din, kalau emang kamu harus ke Bogor kamu kan bisa bilang ibu buat nemenin kamu kesana, kalau kejadian apa-apa disana gimana? Ini anaknya Dimas Din, cucu Ibu.., Ibu udah ditinggal Dimas dan Ibu ga mau kehilangan anaknya Dimas lagi

(Andini tiba-tiba menangis dan memeluk Ibu mertuanya)

ANDINI

Maafin Dini bu, Dini salah

BU IDA (MERTUA Andini)

Ibu juga sedih Din, ditinggal anak satu-satunya dan kamu sebagai calon Ibu harus tetap kuat dan bertahan hidup buat anak kamu, kamu jangan mau kalah sama rasa sedih kamu, nanti rasa depresi kamu akan berpengaruh din ke anak kamu

(Andini menganngguk dan masih menangis dipelukan Ibu mertuannya)

BU IDA (MERTUA Andini)

Yaudah kamu bersih-bersih sekarang terus istirahat ya..

ANDINI

Iya bu..

(Andini pergi kekamarnya)

(Setelah beberapa hari, saat Andini sudah diberi nasehat oleh Ibu Mertuanya untuk tetap kuat dan melupakan kesedihannya demi calon anaknya, ia pun jadi tidak sering sedih lagi, ia sudah mulai melakukan akivitasnya seperti biasa lagi, kandungannya sudah memasuki waktu satu bulan)

(Saat Andini sedang beristirahat dikamarnya, ia kemudian membuka kembali album foto pernikahan mereka, Andini tersenyum melihat masa-masa itu, walau ia sudah berusaha mengikhlaskan tapi dihati dia yang paling dalam ia masih merasakan kesedihan, namun tiba-tiba dia mengingat sesuatu mengenai perempuan yang berada disamping suaminya saat itu, ia benar-benar ingin tahu dan butuh kepastian mengenai status perempuan itu terhadap suaminya. kemudian iapun mengambil ponselnya dan menelpon ketua penyidik (RANDI))

(Suara telepon Randi berdering)

RANDI

Hallo mbak Dini..? iya ada apa ya?

ANDINI

Maaf saya mengganngu, saya hanya ingin tanya saja, bagaimana perkembangan kasus suami saya?

RANDI

Untuk saat ini masih di selidiki, dan masih dianggap sebagai kasus kecelakaan

ANDINI

Saya bisa tanya satu lagi? Emm saya mau tanya mengenai perempuan itu, apa sudah diketahui identitasnya?

RANDI

Maaf mbak, tim kami masih mencari tahu, dari data autopsi pun belum diketahui mengenai siapa perempuan tersebut, kami membutuhkan banyak waktu mbak

ANDINI

Ohh.. baik, kalau sudah ada informasi lebih lanjutnya bisa tolong hubungi saya ya Pak

RANDI

Baik mbak, kami akan menghubungi mbak secepatnya

---------------------

2 hari setelah itu..

(Telepon Andini berbunyi)

ANDINI

Hallo, Pak Randi?

RANDI

Iya mbak ini saya..

ANDINI

ada apa ya pak?

RANDI

Begini mbak, kami akhirnya menemukan identitas dari perempuan yang mayatnya berada disamping almarhum Dimas, mungkin mbak ingin tahu atau mengenal identitas perempuan tersebut, mbak bisa datang ke kantor kepolisian Cigaru bogor hari ini

ANDINI

Sudah diketahui? Ya. Baik saya akan segera kesana

(Andini bergegas mengambil tas dan membuka pintu kamarnya, disana kebetulan memang Ibu Mertuanya masih tinggal dan menemani Andini di masa-masa dukanya)

BU IDA (MERTUA Andini)

Kamu mau kemana Din?

ANDINI

Sebentar Bu, ada urusan

BU IDA (MERTUA ANDINI)

Urusan apa? Kamu mau kemana?

(Mertua Andini mengejar Andini yang ingin masuk kedalam mobilnya)

ANDINI

Dini mau ke kantor polisi Bu, ada urusan

BU IDA (MERTUA ANDINI)

Kantor polisi mana Din, ada apa emangnya?

(Saat Ibu mertuanya masih bertanya, Dini justru langsung pergi meninggalkannya)

BU IDA (MERTUA ANDINI)

Din… DINIIIII… (teriak)

Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya Andini sampai.

EXT.DI DEPAN KANTOR KEPOLISIAN CIGARU BOGOR—SIANG HARI

(Andini sampai di depan kantor polisi Cigaru Bogor, ia keluar dari mobilnya saat ia ingin memasuki kantor, ia teringat bahwa ia melupakan ponselnya di mobil. Ia pun kembali ke mobil dan mengambil handponenya, namun saat berbalik dan berjalan tiba-tiba ia menabrak seseorang,handpone nya terjatuh ..)

ADITYA

Aduh maaf-maaf mbak saya ga sengaja

(Aditya mengambil handpone yang terjatuh, dan memberikannya)

ANDINI

Iya gapapa

Alangkah terkejut Andini saat ia tahu bahwa pria tersebut adalah teman kecilnya Andini, mereka juga sempat bertetangga dulu

ANDINI

Aditya? Kamu Aditya kan?

ADITYA

Andini?

ANDINI

Iyaa Dit ini aku.. kamu apa kabar?

ADITYA

Aku baik kok, kamu sendiri gimana? Setau aku kamu tinggal di Jakarta, terus sekarang kenapa di Bogor?

(Andini terdiam, raut wajahnya sedih lagi)

ANDINI

Mas Dimas kecelakaan dan meninggal Dit disini, aku kesini karena dipanggil ketua penyidik

(Aditya terkejut dan merasa tidak enak)

ADITYA

Dimas kecelakaan? Ee.. aku turut berduka cita ya Din

(Andini mengangguk)

ANDINI

Emm.. Dit aku masuk dulu ya..

ADITYA

Iya Din

(Andini kemudian masuk kedalam ruangan Randi)

INT. KANTOR POLISI CIGARU-BOGOR-SIANG HARI

RANDI

Silahkan mbak duduk

(Andini kemudian duduk)

RANDI

Begini mbak sesuai yang saya beritahu sebelumnya di telepon kalau kita menemukan identitas dari perempuan tersebut. dari hasil otopsi yang keluar, Perempuan ini bernama Ayu.. setelah kami tahu identitas perempuan tersebut,, kami lalu mendatangi rumahnnya.. menurut pemilik rumah, Ayu ini memang tinggal sendiri disana, kamipun lalu meminta kunci cadangan dari pemilik rumah, dan kami menemukan ini didalam dan ada beberapa barang lain seperti beberapa helai rambut –

(Menunjukkan sebuah sarung tangan dan bukti-bukti lainnya)

(Andini sangat terkejut melihat sarung tangan itu, ia tahu bahwa sapu tangan itu milik suaminya)

-- Kamipun lalu mencocokkan DNA dari bukti-buti ini dengan hasil autopsi tubuh mayat, dan keduanya cocok.. jadi bisa kita simpulkan bahwa antara saudara Dimas dan Ayu memang saling mengenal

(Andini tidak bisa berkata apa-apa dia pun langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut, ia tidak percaya bahwa suaminya berselingkuh darinya, ia pun keluar kantor sambil menangis)

(Aditya yang masih di luar kantor pun melihat Andini menangis, ia pun mendekati Andini)

ADITYA

Din.. kamu kenapa?

ANDINI

Gapapa Dit..

ADITYA

Kamu serius gapapa? --

(Aditya menengok ke dalam kantor polisi)

--yaudah-yaudah kita duduk dulu disana ya..

(Menunjuk kearah kursi di bawah pohon)

EXT. KURSI DIBAWAH POHON DEKAT KANTOR POLISI

(Mereka duduk dikursi bawah pohon, tak jauh dari kantor polisi)

ADITYA

Din, kamu bisa cerita sama aku, ada apa? Polisi didalem bilang apa?

ANDINI

(Masih dengan ekspresi shock)

A… aku masih ga percaya mas Dimas lakuin itu..

ADITYA

Lakuin apa?

ANDINI

Aku ga percaya dit, mas Dimas selingkuh

ADITYA

Tunggu tunggu, Din .. coba deh kamu cerita dulu, aku ga paham.. kata kamu Dimas kecelakaan terus apa hubungannya sama selingkuh?

ANDINI

Dit, suami aku meninggal beberapa hari yang lalu, mobilnya jatuh dan kebakar, dan saat polisi mengecek ternyata ada perempuan disamping mas dimas, aku dateng kesini karena polisi mau kasih tau identitas perempuan itu, dan ternyata setelah ditelusuri mas Dimas pernah tinggal bareng sama perempuan itu Dit..

(Andini masih menangis)

ANDINI

Berhari-hari aku menungggu hasil investigasi,aku berdoa dan berharap kalau perempuan itu bukan selingkuhannya mas Dimas, tapi… itu bener Dit, mas Dimas beneran selingkuh dari aku

ADITYA

Ok.. ok kamu tenang dulu ya.. kita ga bisa main simpulkan aja Dimas selingkuh atau engga, lagian kan polisi belum tetapin kalau Dimas selingkuh sama perempuan itu, kamu tenang dulu yaa

(Aditya mencoba untuk menenangkan Andini)

ANDINI

Tapi bukti-buktinya udah jelas Dit, dirumah perempuan itu ada sapu tangan mas Dimas, disana juga ada rambut Mas Dimas

ADITYA

Ok.. emm.. kamu masih shock, kamu tadi kesini sama siapa?

ANDINI

Aku sendiri

ADITYA

Kamu ga ditemani sama teman kamu atau keluarga dari Dimas?

ANDINI

mas Dimas anak tunggal dia ga punya saudara

ADITYA

Ok..ok, Din dengerin aku ya, selagi polisi masih mencari bukti, kita ga boleh gegabah dan ga boleh bertindak yang macam-macam ya, biarin polisi selesaiin dulu tugasnya, emm mending kamu pulang aja, kamu istirahat dulu ya.. kamu masih shock din, kamu mau aku anter pulang?

ANDINI

Engga usah Dit, aku pulang sendiri aja..

ADITYA

Yaudah.. ini nomor telepon aku, kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi aku ya

(Aditnya memberikan kartu namanya)

(Andini menuju mobilnya)

ADITYA

Kamu hati-hati ya

ANDINI

Makasih ya Dit..

ADITYA

Iya sama-sama Din

(Andini pergi meninggalkan Aditya dan pulang kerumahnya)

INT. RUMAH JAKARTA—MALAM HARI

(Andini akhirnya sampai dirumahnya)

(Ia memasuki rumahnya, ternyata diruang tamu, ibu mertuanya sedang menunggunya)

BU IDA (MERTUA Andini)

Kamu darimana aja Din? (sinis)

ANDINI

Dari Bogor bu..

(Kata Andini bicara dengan suara pelan dan lemas, ia terlihat kelelahan)

BU IDA (MERTUA Andini)

Ke Bogor? Ngapain lagi kamu kesana?

ANDINI

Di panggil kantor polisi bu

BU IDA (MERTUA Andini)

Ngapain lagi? Kemarin kan udah diambil keterangannya, terus mau apa lagi mereka?

ANDINI

Mereka kasih tau tentang identitas perempuan yang disamping Mas Dimas bu, pas mas Dimas kecelakaan

BU IDA (MERTUA Andini)

Mengenai perempuan yang disamping Dimas.

Din, kamu ga boleh berfikir macam-macam dulu, inget Din Ibu udah pernah bilang kalau kamu lagi mengandung.. kamu ga boleh berfikir sesuatu yang mempengaruhi kandungan kamu

ANDINI

Maafin Dini Bu..

BU IDA (MERTUA Andini)

Dimas ga mungkin selingkuh dari kamu Din, Dimas anak Ibu.. Ibu tau dia ga bakal hianatin kamu

ANDINI

Bu.. Dini mau istirahat dulu

BU IDA (MERTUA Andini)

Din.. dinii ibu belom selesai bicara kamu dengerin ibu dulu dong…

(Tanpa basa-basi dengan ibu mertuanya, Dini langsung pergi ke kamarnya dan berbaring, kemudian ia menangis dan memegang perutnya)

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar