Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ARUNIKA HOSPICE
Suka
Favorit
Bagikan
5. Scene 42 - 50
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

42. INT. KAMAR ANGGORO – SIANG

Dr.Adyan masuk ke kamar Anggoro dengan membawa steak sapi, lalu meletakkannya di meja.

ANGGORO

Kenapa nggak suruh orang lain aja untuk anterin?

DR.ADYAN

Nggak apa-apa, Pak. Saya mau sekalian ngobrol sama Bapak.

ANGGORO

Paling mau ceramahin saya soal makanan.

DR.ADYAN

Nggak, Pak. Silakan makan dulu, takut keburu dingin.

ANGGORO

Kamu kasih ijin saya untuk makan ini?

DR.ADYAN

Sesekali nggak apa-apa, kan.

Anggoro melahap steak sapi yang tampak sangat empuk, membuatnya bisa mengunyah dengan mudah.

Anggoro sesekali melihat keluar. Seperti sebelumnya, di sana tampak Rani beserta suami dan anak-anaknya yang sedang berkumpul di taman.

ANGGORO

Kabarnya, anak-anak yang berselisih itu jadi akur semenjak ibu mereka sakit.

DR.ADYAN

Iya, Pak. Menurut Bu Rani begitu.

ANGGORO

Kenapa anak-anak saya tidak bisa seperti mereka?

DR.ADYAN

Pak, apa saya boleh curhat sedikit?

(jeda)

Istri saya meninggal karena kanker hati seperti Bapak, selang beberapa tahun setelah kami menikah. Bahkan saya nggak sempat punya anak. Sejak dia meninggal, saya sangat kesepian. Meskipun sibuk bekerja, setiap kembali ke rumah, rasanya kesepian itu datang lagi.

(jeda)

Tapi semenjak tinggal dan mengabdi di sini, perasaan itu nggak pernah ada lagi. Rasanya, saya punya keluarga baru, yang saling peduli satu sama lain. Bapak juga pasti merasa begitu, kan?

(jeda)

Meskipun anak-anak Bapak, tidak bersikap seperti keluarga untuk Bapak. Tapi orang-orang di sini, termasuk saya, adalah keluarga Bapak. Karena itu, Bapak bisa mengandalkan kami. Bercerita apa pun pada kami. Layaknya keluarga atau sahabat karib.

Anggoro tampak mendengarkan sembari melahap makanannya dengan perlahan.

FADE OUT.

43. INT. RUANG JAHIT ANDINI – SIANG

Andini sedang membantu seorang pelanggan mengepas kebaya.

ANDINI

Segini udah pas, kan?

PELANGGAN

Iya, Bu. Bagus banget hasilnya, makasih, ya!

ANDINI

Sama-sama, Bu.

SFX: dering ponsel Andini di atas meja.

ANDINI

Assalamualaikum.

HASBI (O.S.)

Waalaikumsalam.

ANDINI

Tumben telepon.

HASBI (O.S.)

Bu, Hasbi boleh pulang aja nggak?

ANDINI

Loh, kan baru beberapa hari. Kamu harus di sana selama masa skorsing, kan.

HASBI (O.S.)

Hasbi nggak sanggup, Bu. Badan Hasbi sakit semua.

ANDINI

Itu, karena kamu nggak biasa kerja. Lama-lama, badan kamu juga bakal menyesuaikan diri. Jadi bertahan aja, ya!

HASBI (O.S.)

Tapi Hasbi merinding, Bu. Tadi Hasbi lihat ada orang yang kejang-kejang. Hasbi nggak terbiasa dengan suasana di sini.

ANDINI

Hasbi ... kamu harus lihat tempat itu dari berbagai sisi. Ibu yakin, banyak hal baik yang bisa kamu dapat dan pelajari dari sana.

HASBI (O.S.)

Ah, Ibu. Emang percuma cerita sama Ibu. Hasbi tutup teleponnya, ya. Hasbi harus balik kerja. Assalamualaikum.

ANDINI

(tersenyum)

Waalaikumsalam.

CUT TO:

44. EXT/INT. HALAMAN BELAKANG – RUANG GUDANG – SIANG

Hospice kedatangan kiriman barang dan peralatan yang diangkut truck. Hasbi membantu mengangkut barang-barang dari truck ke gudang. Ia tampak kepayahan karena beberapa barang tampak berat. Peluh mengucur di wajahnya karena matahari cukup terik.

Tiga arunika yang merupakan ibu-ibu paruh baya, duduk di bangku untuk mengamati dan memberikan semangat pada Hasbi.

ARUNIKA 1

Semangat anak muda!

ARUNIKA 2

Kamu pasti bisa!

Hasbi tersenyum canggung. Lalu arunika yang lain memberikan sebotol air minum untuk Hasbi.

ARUNIKA 3

Ini, minum dulu.

HASBI

Makasih, Bu.

Hasbi terus bolak-balik mengangkut barang, hingga truk tampak kosong. Hasbi meletakkan barang terakhir di gudang, lalu duduk dengan lemas di lantai.

CUT TO:

45. INT. KAMAR RELAWAN – MALAM

Hasbi merebahkan tubuhnya di atas kasur, lalu melihat ponselnya.

HASBI

(bergegas bangun)

Mumpung hari ini gue sendirian, kesempatan buat gue untuk kabur.

(jeda)

Tapi gue naek apa untuk pulang jam segini? Pesen taksi bakalan dapet nggak, ya?

(melihat-lihat lagi ponselnya)

Atau, gue minta jemput Arul aja, ya.

(beranjak dari kasur, lalu membereskan tas)

Ah ... yang penting, gue keluar dari sini dulu, deh.

CUT TO:

46. INT/EXT. LORONG KAMAR RELAWAN – HALAMAN BELAKANG – MALAM

Hasbi mengendap-endap menyusuri lorong dan sampai di halaman belakang.

Hasbi berjalan cepat hingga keluar dari halaman belakang. Namun, saat hendak berbelok, Hasbi berteriak histeris, karena melihat sosok berbaju putih dan berambut panjang di hadapannya. Hasbi berbalik dan masuk lagi ke dalam hospice.

Sementara itu, sosok yang dilihat Hasbi adalah Alin yang sedang jalan-jalan malam dengan rambut terurai.

ALIN

(melihat Hasbi lari terbirit-birit)

Anak itu kenapa, sih? Bawa tas malem-malem, jangan-jangan dia mau kabur.

CUT TO:

47. INT. KAMAR RELAWAN – MALAM

Hasbi melemparkan tasnya, lalu melompat ke atas kasur dan bersembunyi di balik selimut.

HASBI

(bergidik)

Gila! Apaan itu tadi? Apa tempat ini ada hantunya juga?

CUT TO:

48. INT. RUANG CUCI HOSPICE – SIANG

Hasbi sedang memasukkan cucian dan detergen ke dalam mesin cuci. Alin menghampirinya.

ALIN

Kamu datang ke sini bukan dengan sukarela, kan?

HASBI

Maksud kamu?

ALIN

Tadi malem kamu mau kabur, kan?

HASBI

Kabur?

ALIN

Iya. Saya liat kamu tadi malem, mengendap-endap, sambil bawa tas. Kamu niat buat pergi diem-diem, kan?

HASBI

Bukan gitu. Eh ... bentar, berarti tadi malem, yang saya lihat pake baju putih, rambut panjang itu, kamu ya?

ALIN

Iya. Saya lagi jalan-jalan malem dan mergokin orang yang mau kabur.

HASBI

(sambil membelakangi Alin dan menyalakan mesin cuci)

Bukan kabur. Saya cuma ada urusan mendesak aja, kok. Jadi saya buru-buru pergi. Buat apa ...

(Hasbi berbalik ke arah Alin, tapi Alin tidak ada)

Loh, dia ke mana?

CUT TO:

49. INT. KAMAR EMIR – SIANG

Emir sedang duduk di atas kasur sembari membaca komik. Sang ibu, Alifah, menemani di sisinya.

CU: komik anak-anak dengan pemandangan luar angkasa.

EMIR

Ma, apa langit itu luas sekali, ya?

ALIFAH

(menggangguk)

Iya. Luar angkasa itu terdiri dari banyak galaksi, makanya luas sekali.

EMIR

Terus, kalau astronot kerjanya menjelajah ke luar angkasa, kan, Ma?

ALIFAH

Iya, betul. Tugas astronot memang menjelajah luar angkasa, supaya kita tahu seperti apa di sana. Tapi, walaupun mereka sudah sampai di bulan dan planet mars, mereka nggak akan berhenti menjelajah, karena luar angkasa jauh lebih luas dari yang kita bayangkan.

EMIR

Wah, jadi astronot keren banget ya, Ma. Kalau udah gede, Emir mau jadi astronot ah ...

Alifah mengecup kening dan membelai lembut kepala Emir. Air matanya tampak mulai menggenang.

FADE OUT.

50. EXT. DEPAN WARUNG SAYUR – SIANG

Andini sedang belanja sayur di warung Bu Ida, bersama dua ibu-ibu lain.

BU IDA

Eh, Bu Camat, ke mana aja? Jarang banget belanja ke sini? Pasti belanjanya ke supermarket terus, ya?

ANDINI

Kadang-kadang aja kok, Bu. Terakhir ke sini, saya belanja banyak, jadi masih ada stok.

PEMBELI 1

Eh, ngomong-ngomong, Pak Camat sama Hasbi kok jarang kelihatan sih, Bu Camat?

ANDINI

Panggil saya Andini aja, Bu. Saya nggak nyaman dipanggil Ibu Camat terus.

PEMBELI 1

Oh, kalau saya malah bangga, kalau ada yang panggil saya Bu Camat.

PEMBELI 2

Iya, nih, Bu Camat. Eh ... Bu Andini maksudnya.

BU IDA

Pak Camat nggak punya istri lagi, kan?

ANDINI

(terkejut)

Hah?

BU IDA

(tertawa)

Bercanda, Bu.

ANDINI

Ah ... Bu Ida, bercandanya nggak lucu. Mereka lagi sibuk aja, Bu. Jadi suka pada pulang telat.

(jeda)

Ini berapa harganya Bu Ida?

BU IDA

Lima ribu aja.

ANDINI

Kalau gitu, saya beli ini sama ayam sekilo, ya.

Andini menyerahkan uang pada Bu Ida, lalu Bu Ida tampak sedang menghitung uang kembalian.

BU IDA

(memberikan pada Andini)

Ini belanjaan sama kembaliannya.

ANDINI

Makasih, Bu. Ibu-ibu, saya duluan, ya!

Setelah Andini pergi, ibu-ibu kembali bergosip.

PEMBELI 2

Eh, tapi bener, loh. Gosipnya, Pak Camat itu emang punya istri kedua.

PEMBELI 1

Ah, kata siapa, Bu?

PEMBELI 2

Itu, kata tetangga sebelah rumah, pernah liat Pak Camat sama perempuan lain.

BU IDA

Jangan nyebar isu, Bu! Mungkin aja itu orang kantornya.

PEMBELI 2

Iya, sih. Tapi kalau diliat-liat, Pak Camat sama Bu Camat agak kurang harmonis, kan. keliatan canggung kalau lagi berdua. Ditambah lagi, Pak Camat jarang keliatan. Itu berarti dia jarang pulang, kan? Mungkin aja dia pulang ke istri mudanya.

BU IDA

Udah, Bu, malah jadi gosip. Jadi belanja nggak, nih?

PEMBELI 2

Eh, iya. Suka keasyikan kalau gosipin orang.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar