Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ARUNIKA HOSPICE
Suka
Favorit
Bagikan
1. Scene 1 - 14
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

FADE IN:

TH.2014

1. EXT. ARUNIKA HOSPICE – SIANG

Sebuah bangunan besar dengan halaman luas, dengan pemandangan gunung di belakangnya. Di plang depan bangunan tertulis “ARUNIKA HOSPICE”.

START OF MONTAGE

2. Seorang nenek duduk di kursi roda yang didorong seorang relawan menyusuri ruangan depan hospice.

3. Tanda nama di jas tertulis dr. Adyan Pratama, Sp.PD (50) sedang memeriksa pasien—lelaki tua—di salah satu kamar, dibantu oleh dan Suster Ajeng (45).

4. Beberapa orang relawan tampak sedang memasak di dapur.

5. Anak kecil yang merupakan seorang pasien dan sang ibu, serta tiga orang pasien paruh baya, tampak sedang bersantai di taman belakang hospice.

END OF MONTAGE

CUT TO:

6. INT. SMA GANTARI - RUANG KELAS – SIANG

Para siswa kelas 2 SMA tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Di meja paling belakang ada Hasbi Mahendra (17), sedang makan lolipop sambil duduk bersandar dengan sebelah kaki dinaikkan ke kursi. Di meja depan, ada kedua sahabatnya Nico (17) dan Arul (17).

HASBI

Lagi nggak mood, nih. Cabut aja, yuk!

NICO

Alah, elu mah emang nggak pernah mood.

ARUL

Kuy, lah! Mabar!

NICO

Ini lagi, si Arul. Gara-gara orang kayak lu, makanya si Hasbi jadi semangat buat bolos.

ARUL

Ya lu nggak usah ngikut, lah. Ribet amat.

HASBI

Iya, lu protes mulu. Tapi ujung-ujungnya ngikut juga.

ARUL

Jadi lu nggak akan ikut, nih?

NICO

Hayu, lah!

Ketiganya beranjak dan berjalan menuju pintu.

ARUL

(meninju pelan lengan Nico)

Tuh, kan.

NICO

Eh, dengerin dulu! Gue cuma nggak mau kalau si Hasbi nggak punya lawan yang sepadan, makanya gue ikut.

ARUL

Maksud lu gue payah?

NICO

Lah, bukannya iya?

ARUL

(meninju lengan Nico sedikit lebih keras)

Sialan!

CUT TO:

7. INT. GAMING CAFE – SIANG

Hasbi, Nico dan Arul duduk bersebelahan, menghadap monitor, sedang main game online.

ARUL

(memegangi kepala)

Aagghh..!

Lalu, Arul memutar kursi dan membelakangi monitor.

CU: Jam dinding yang menunjukkan waktu dipercepat, dan telah berlalu satu jam.

ARUL

Udahan, yuk!

NICO

Jangan ganggu! Lagi seru, nih.

HASBI

Lagian, baru juga mulai udah kalah aja lu.

NICO

Iya. Bener, kan, yang tadi gue bilang.

ARUL

Iya, iya, Nico yang hebat. Gue emang payah dan nggak sepadan dengan kalian berdua.

CU: Jam dinding menunjukkan waktu dipercepat, dan telah berlalu tiga jam.

Arul duduk lagi ke kursinya, setelah membeli makanan yang tampak memenuhi kedua tangannya. Sementara itu, Hasbi dan Nico belum beranjak dari posisinya.

NICO

(sambil tetap bermain game)

Bi, kayaknya ini nggak bakal selesai, deh. Gue kudu pulang, nih. Kita seri aja, lah. Gimana?

HASBI

Emang ada urusan apa lu pulang?

NICO

Gue kudu nganter nyokap belanja.

ARUL

Serius? Wah, cupu banget lu.

NICO

Sembarangan! Gini-gini gue anak yang berbakti, tahu.

HASBI

Yah, mau gimana lagi. Oke, kita seri. Yuk, kita cabut!

CUT TO:

8. INT. RUMAH ARUL – RUANG TIVI – MALAM

Hasbi dan Arul sedang menonton pertandingan sepakbola liga Eropa.

HASBI

(menaruh selembar uang 100 ribu di meja)

Gue pegang Itali.

ARUL

Oke. Berarti gue Portugal.

HASBI

Duitnya mana?

ARUL

Ngapain gue keluarin duit. Kan, udah pasti gue yang menang.

HASBI

Ish... serahlah.

ARUL

Eh, ngomong-ngomong si Nico mana? Katanya mau nyusul.

HASBI

(melihat ponsel)

Oh, ini ada chat dari Nico. Dia nggak jadi ke sini, bantuin maminya masak makan malam katanya.

ARUL

Em... beneran anak berbakti dia.

HASBI

Iya, lah. Nggak kayak gue sama lu.

ARUL

(tertawa)

Sadar diri juga lu.

Keduanya kembali fokus nonton. Mereka melihat tim Itali nyaris membobol gawang Portugal. Hasbi berteriak kecewa, sementara Arul bersorak gembira.

HASBI

Euh... nyaris banget. Penjaga gawang Portugal emang top.

(jeda)

Eh, btw, bokap lu belum pulang jam segini?

ARUL

Biasa, lah, orang sibuk. Semenjak naek jabatan, bokap jarang pulang cepet. Lembur mulu. Tapi nggak pa-pa sih, kan, kita jadi punya tempat nongkrong.

HASBI

Kalau gitu, gue bakal sering-sering, deh, main ke sini.

Keduanya kembali fokus menonton. Hingga pertandingan berada di menit-menit akhir. Skor masih 0-0. Keduanya tampak tegang, saat Portugal sedang menyerang gawang Itali bertubi-tubi. Hingga akhirnya Arul bersorak riang sembari berjoget, sementara Hasbi menunduk lesu. Portugal berhasil membobol gawang Itali.

ARUL

Kalau soal maen game, lu emang jagonya. Tapi soal keberuntungan, gue lebih dari lu.

(Arul menyambar uang di meja)

CUT TO:

9. INT. RUMAH HASBI – MALAM

Hasbi masuk ke rumah dan terkejut karena Farhat, sang ayah (52) duduk di ruang tamu dan menatap lekat ke arahnya.

FARHAT

Nggak kasih salam?

Hasbi melangkah dengan malas keluar pintu dan kembali masuk

HASBI

Assalamualaikum

FARHAT

Wa’alaikumsalam. Dari mana aja kamu, jam segini baru pulang?

HASBI

Dari rumah Arul, kerja kelompok.

Andini (45), ibu Hasbi, menghampiri.

ANDINI

Kamu udah makan belum?

HASBI

Udah, Bu.

ANDINI

Ya udah, istirahat sana. Tapi mandi, terus salat dulu.

Hasbi beranjak dari ruang tamu.

FARHAT

Anak itu jangan terlalu dimanjain, jadi seenaknya.

ANDINI

(mendelik)

Bapak bisa nggak, panggil nama. Jangan cuma nyebut anak itu, anak itu aja. Dia kan anak Bapak juga. Tugas Bapak juga didik dia, bukan cuma ibu.

Andini beranjak meninggalkan Farhat.

CUT TO:

10. INT. KAMAR HASBI – MALAM

Hasbi menutup pintu kamar, melemparkan tas, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia memejamkan mata dan meletakkan lengan kanannya di atas kening.

FADE IN:

11. INT. SMA GANTARI - RUANG KELAS – SIANG

Hasbi dan teman-teman sekelas sedang mengerjakan ujian matematika. Tampak beberapa siswa sedang berpikir keras, serius menghitung. Sementara itu, Hasbi bersikap santai. Ia mengisi lembar ujian dengan cepat dan asal-asalan tanpa menghitung.

CUT TO:

12. INT. RUMAH HASBI – RUANG JAHIT – SIANG

Andini sedang menjahit kebaya, lalu seorang pelanggan—wanita paruh baya—masuk dan menghampirinya.

PELANGGAN

Bu Camat, saya mau jahit kebaya.

ANDINI

Aduh Bu, panggil saja saya Andini. Yang camat kan bukan saya.

PELANGGAN

Iya deh, maaf. Kebiasaan soalnya.

(jeda)

Ini, saya punya contoh kebayanya dan ini kainnya. Saya butuh buat bulan depan ya, Bu Andini.

ANDINI

Iya, Bu. Sini saya ukur dulu, Bu!

CUT TO:

13. INT. KANTOR CAMAT – RUANG KERJA FARHAT – SIANG

Farhat sedang sibuk membaca dokumen di atas meja. Lalu terdengar suara ketukan pintu.

FARHAT

Masuk!

Bagas (28), pegawai kecamatan, masuk dengan membawa kotak makanan.

BAGAS

Pak Farhat, ini ada kiriman makanan.

FARHAT

(melirik ke kotak makanan di samping mejanya)

Oh, taruh saja di situ.

Bagas beranjak pergi setelah menaruh kotak makanan di meja tengah ruangan.

FARHAT

Bagas. Yang ini buat kamu makan siang.

Bagas mendekat dan meraih kotak makanan yang diserahkan Farhat.

BAGAS

Makasih, Pak.

Bagas meninggalkan ruangan. Farhat menuju meja tengah dan membuka kotak makanan tadi. Farhat memakannya dengan lahap.

CUT TO:

14. INT. RUMAH HASBI – RUANG TAMU – MALAM

Hasbi masuk ke rumah dan Andini sudah menunggunya.

ANDINI

Kamu kok, pulang malem terus, Bi?

HASBI

Belajar bareng, Bu.

ANDINI

Bener? Bukannya kamu main terus?

HASBI

Bu, Ibu nggak perlu ngurusin Hasbi. Ibu mending urusin suami Ibu. Dia nggak pulang lagi, kan?

ANDINI

Hasbi Mahendra. Kamu kok ngomongnya gitu? Dia itu Bapak kamu, bukan cuma suami ibu.

HASBI

Hasbi nggak butuh bapak yang nggak peduli sama anak dan istrinya.

ANDINI

(nada suara meninggi)

Hasbi! Jangan ngomong sembarangan!

Hasbi melangkah cepat meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya. Andini mengikutinya.

HASBI

(berhenti melangkah dan berbalik menghadap Andini)

Dulu, Hasbi pengen jadi seperti Bapak. Tapi sekarang nggak lagi. Jadi, Hasbi mau hidup seperti apa pun, terserah Hasbi. Ibu nggak usah peduli.

Ekspresi Andini tampak sangat kecewa. Sementara itu, Hasbi masuk ke kamar dan menutup rapat pintunya.

FADE OUT.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar