Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Andai Esok Tak Pernah Datang
Suka
Favorit
Bagikan
2. Lea Bertemu Yusuf

FADE IN

12. EXT. PINGGIR JALAN RAYA - SIANG

MONTAGE: menampilkan adegan Lea pulang kantor membawa sekantong buah pear Korea, turun angkot, membayarnya, berjalan masuk ke perumahan dengan menolak tawaran beberapa tukang ojek, mengeluarkan ponsel, mengetik pesan sambil berjalan.

CUT TO:

13. INT. RUMAH WAHYU - SIANG

CU: Tangan Sarah mengaduk gelas berisi matcha.

FX: ketukan pintu.

Sarah membuka pintu, nyengir.

LEA

Nih, pesenan lo. Biar anak lo jadi oppa-oppa Korea ya. Segala buah juga harus berbau Korea. Aneh luu bocil (sambil mengusap perut Sarah).

SARAH

(Membawa segelas matcha) hahaa, tau nih bayi. Padahal emaknya flat banget. Thanks yah. Nih, minuman rasa kandang kebo (menyodorkan matcha di meja). Gue udah nyetok lagi buat lo (Lea nyengir).

SARAH (CONT'D)

Gimana, udah nggak nangis lagi kan? 

LEA

(Menyeruput matcha), masih, dan akan terus, entah sampai kapan (BEAT).

SARAH

(Menerawang). Memang nggak semudah itu menghapus memori di otak. Tapi kita bisa menimpa memori-memori buruk itu dengan menciptakan memori-memori baru yang penuh kebahagiaan, sehingga memori lama tertutup oleh semua keindahan yang kita buat. Intinya, bahagia itu harus diciptakan, bukan dinantikan.

LEA

Ya tapi kebahagiaan macam apa yang mau gua ciptakan, dan sama siapa? Sementara tiap hari gua berhadapan dengan hal-hal yang membangkitkan memori sedih. Nggak tau ya. Gua merasa sendirian setelah bokap nggak ada. Sebab dari dulu gua apa-apa sama bokap. Ah. Lo taulah ceritanya.

SARAH

Iya, gue paham. Gue kan diary berjalan lo. Tapi maksud gue, gimana cara nyembuhin semua ini supaya lo bisa seceria dulu lagi?

LEA

Jiiaahh sotoy lo. Gimana bisa tau gua dulu ceria? Bokap gua kan meninggalnya udah hampir satu dekade, sementara kita sohiban baru tiga tahun, sejak lo hadir di meja sebelah gua dari jam delapan sampe jam lima, sampe lo ninggalin itu meja karena hamdun (sambil tertawa).

SARAH

Haha. Tapi kan gue nggak ninggalin lo. Lagian, gue taulah lo dulu gimana. Lo kan hampir tiap hari nulis di otak gue.

LEA

Hmm. Entahlah. Mungkin gua cuma butuh bokap. Maksudnya, orang yang mirip bokap gua.

Sarah ingin menyela tapi Lea memberi kode dengan telapak tangan.

LEA (CONT'D)

Wait. Jangan protes dulu. Ya gua tau, itu semua nonsense. Tapi....

SARAH

Itu sebabnya lo masih jomblo sampe umur lo seperempat abad. Gini loh Le'. Lo nggak mungkin nemuin yang kayak bokap lo. Ini fakta.

LEA (VO)

Ada. Mas Wahyu.

SARAH (CONT'D)

Eh bentar. Gue kabarin Wahyu dulu. Takutnya dia juga beli ginian (menelepon). Halo, Bek, gue udah dapet ya pearnya (jeda) Lea udah beliin...

LEA (VO)

(Sementara Sarah bicara) Sebab di dalam tubuh mas Wahyu mengalir darah bude Winda, kakak kandung Papa. Ada banyak kesamaan di antara mereka. Perhatiannya, kasih sayangnya...

SARAH

Kok bengong?

LEA

Nggak. Nggak papa.

SARAH

Mikirin hari H ya?

LEA

Dikit. Andai gua punya shoulder to cry on saat ditanya: (dengan mimik wajah dan gaya bicara mengejek) kapan nyusul, kok, adeknya duluan sih, milih-milih sih yaa, de-el-el de-es-be de-es-te. Hehe. Udah ah. Pulang dulu.

Lea meraih tas. Beranjak pergi. Sarah tersenyum dan ikut beranjak.

FADE OUT

FADE IN

14. EXT. HALAMAN RUMAH LEA - SIANG

H-2. Dua mobil datang dan parkir di lapangan kosong depan rumah. Tampak kerabat Lidia, termasuk Mbah Kakung, ayah Lidia, yang digandeng oleh seorang pria gagah yang wajahnya tampak lelah.

LIDIA

Lho, Dek Yusuf to. Oalaah, tak kiro sopo, kok bareng bapakku. Ayo, ayo, mlebu. Bapak! (mencium tangan kakek berusia 75an).

Kerabat memasuki rumah dengan riuh rendah dan ada yang sedikit norak, mengagumi rumah Lidia yang tak terlalu besar namun tertata rapi.

CUT TO:

15. INT. RUANG KELUARGA - SIANG

Rumah Lea penuh dengan orang. Ada 4 anak kecil usia 5-10 tahun, beberapa sedang berlarian. Ada 3 ibu-ibu yang asyik mengobrol dengan bahasa Jawa. Ada 2 bapak-bapak di teras. Lidia duduk berhadapan dengan Yusuf.

LIDIA

Jadi begitu, ceritanya. Yah. Aku turut prihatin Dek.

YUSUF

Ndak apa-apa Mbak.

LIDIA

Ya sudah. Istirahat dulu, di kamar atas, sudah tak siapkan. Itu dulu kamarnya Wahyu waktu kuliah (mereka berdiri, berjalan menuju tangga sambil terus mengobrol).

YUSUF

Wahyu ponakane Mas Daud almarhum yo Mbak?

LIDIA

Iyo. Tapi ndak lama, ndak sampai dua semester terus ada kabar orang tuanya kecelakaan pesawat itu terus dia pulang, terus kesininya udah ngekost sendiri, nyambi kerja. Sekarang malah sudah punya rumah di sini, sama istrinya, cuma beda blok saja.

YUSUF

Ooh, iya iya. Kalok kakaknya Wahyu, siapa itu, katanya sudah jadi dokter ya?

LIDIA

Ooh, Firdaus. Iyo. SPOG, prakteknya di Cikini. Yo dia itu yang megang istrinya Wahyu.

YUSUF

Ooh, lagi hamil to.

LIDIA

Ho'oh. 

Lidia mengantar Yusuf sampai tangga dan menunjukkan kamar untuk Yusuf.

LIDIA (CONT'D)

Yang sebelah sini ya, yang dekat tangga. Sudah tak bersihkan semuanya. Monggo nek mau istirahat. Kamar mandinya di pojok, yang ada keset merahnya.

YUSUF

nggih-nggih Mbak maturnuwun.

FADE OUT

FADE IN

16. EXT. HALAMAN GEDUNG SERBAGUNA - SIANG

CU: kaki Sarah turun dari mobil. Tampak sepatu dan tas branded. Sarah menelepon Wahyu sambil berjalan memasuki gedung.

17. INT. RUANG KERJA WAHYU - SIANG

INTERCUT: Percakapan telepon

SARAH

Bek, gue di gedung ya, dijemput Yessi.

WAHYU

Iya Bek. Tapi jangan capek-capek ya. Urusan teknis kan udah bagiannya Yessi.

SARAH

Iya, tapi gue nggak bisa lepas tangan juga Bek. Ini kan acaranya keluarga lo. Jangan sampe ada yang miss dan jadi omongan nantinya.

WAHYU

Iya. Oh ya, nanti gue jemput Bulik Diah dulu ya pulang gawe. Mereka sampe stasiun jam limaan. Nanti gue drop di Bulik Lidia.

SARAH

Lah katanya sodara-sodara lo nginepnya di rumah kita?

WAHYU

Iyaa, tapi kan ketemu keluarga Bulik Lidia dulu.

SARAH

Ooh, iya iya. Ya udah nanti ketemu di sini ya Bek.

WAHYU

Oke oke. Bye.

CUT TO:

18. INT. DALAM GEDUNG - SIANG

Sarah dan Yessi mempercakapkan soal dekorasi yang akan dipasang di gedung. Lidia dan Yusuf sudah ada di dalam.

CUT TO:

19. INT. KANTOR LEA - RUANG KERJA LEA - SIANG

Ada empat meja staf yang diduduki tiga perempuan dan satu laki-laki. Satu meja manager yang diduduki laki-laki berumur. Lea tergesa-gesa membereskan mejanya.

CU: Jam dinding yang menunjukkan pukul tiga.

TEMAN SEBELAH MEJA

Lo jadi izin Le'?

LEA

Jadi dong. Tadi adek gua WA. Mbah Kakung gua udah dateng oy, nggak sabar pengen ketemu (ceria).

LEA (CONT'D)

Pak (kepada manager), makasih ya atas izinnya. Yuk temen-temen, gua duluan.

Mereka serempak menjawab iya, hati-hati.

CUT TO:

20. EXT. JALAN DEPAN KANTOR - SIANG

MONTAGE: menampilkan adegan Lea menunggu,menaiki ojek online, dalam perjalanan, dan tiba di depan rumah.

CUT TO:

21. INT. KAMAR LEA - SIANG

Tampak dari dalam, Lea membuka pintu, kaget bercampur senang karena Mbah Kakung ada di sana. Lea mencium tangannya, lalu berpelukan.

LEA

Kuung! Lea kangen. Udah tiga tahun nggak ketemu.

MBAH KAKUNG

Iyo Nduk. Sini, duduk. Kakung mau bicara.

Lea meletakkan tas kerja lalu duduk di sebelah kakeknya. Kakeknya menepuk-nepuk pipi Lea.

MBAH KAKUNG (CONT'D)

Rapopo yo, Julia sik sing nikah. Tak dongake koe yo ndang ketemu jodomu.

LEA

Iya, nggak apa-apa kok Kung. Lea udah ikhlas kok.

KAKUNG

Yo wis. Ibumu ono nang gedung. Susulen kono.

LEA

Ngapain? Nggak ah. Capek.

FX: telepon berdering

LEA

Ya kenapa Sar? (Jeda) oh gitu. Emang nggak bisa dibawa ke sini? (Jeda) ooh. Iya iya. Ya udah gua ke situ.

LEA (CONT'D)

Kung. Lea ke gedung deh. Sarah, sahabat Lea yang ngurusin acara Julia, nyuruh ke sana ngukur badan sama milih baju.

MBAH KAKUNG

(Senyum-senyum) Lha, iyo to. Lha aku lak yo wis ngomong to, kono nang gedung. Ngeyel hihihi.

CUT TO:

22. EXT. HALAMAN GEDUNG - SIANG

Lea masih mengenakan seragam kerja, memarkir sepeda motornya dan berjalan memasuki gedung. Di dalam gedung ia melihat sosok Yusuf sedang sibuk memperbaiki tata letak ruangan.

Lea mengamati, lama-lama kagum melihat Yusuf tak segan mengangkat ini dan itu hingga wajahnya berkeringat. Saat Yusuf mengelap wajahnya dengan saputangan, mata mereka bertemu (SLOW MOTION).

Yusuf berjalan mendekat dengan ketampanan dan kewibawaan yang menonjol (SLOW MOTION).

YUSUF

(Senyum) Ini Lea ya?

LEA

Iya. Ini...? (Wajahnya menggambarkan rasa grogi dan tegang).

LIDIA

(Tiba-tiba muncul dari belakang) Ini Mas Yusuf, putrane Bude Yayuk yang ketiga. Mosok lali? (sambil terkekeh).

LEA

(Agak ketus) Ya lupa lah. Yang sering diajak pulkam sama Mama kan Lia, bukan Lea.

Air muka Lidia berubah kesal lalu meninggalkan Lea dan Yusuf yang langsung akrab bicara. Lalu Sarah datang menghampiri.

SARAH

Le'. Ikut gue bentar yuk. Mas Yusuf, maaf pinjem Lea dulu ya, mau pilih baju.

YUSUF

Oh ya, monggo-monggo.

LEA

(Sambil berjalan) Lo udah kenalan sama Mas Yusuf?

SARAH

Udahlah, kan dari siang gue udah di sini. Gila tuh orang.

LEA

Hah? Kenapa?

SARAH

Seleranya dewa banget. Lo liat deh. Ini ruangan dia yang setting ulang loh. Hanya dengan sentuhan-sentuhan kecil tanpa harus bongkar pasang dan tanpa mengubah acuan dari Julia, geser dikit, tambah dikit, ambil dikit, jadi deh dekor paling oke yang pernah gue pegang.

LEA

Iyalah. Lo kan emang baru megang tiga wedding sama ini hahaha.

SARAH

Hahaa. Namanya juga W.O. baru netes.

CUT TO:

23. INT. RUANG GANTI - SIANG

Sarah duduk. Satu orang wanita sedang mengukur tubuh Lea dan menanyai model pakaian yang ia suka. Semua tersedia warna coklat susu/gold.

SARAH

Mas Yusuf ganteng ya Le'.

LEA

(Senyum-senyum) Hehe. Ho'oh. Tatapannya sendu-sendu gimana gitu. Jadi tersepona gua.

SARAH

Dude loh dia (Sarah menaikturunkan alisnya).

LEA

Masa? (Tak bisa menyembunyikan rasa senang).

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar