Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
79 EXT. DEPAN KANTOR PT SANJAYA – SIANG
Albiru berdiri di hadapan para pendemo Pasar Jaya Baru. Tampak ekspresi kesal di wajah-wajah para pendemo.
ALBIRU (V.O)
Setelah perjalanan waktuku ke masa lalu, aku kembali ke hari di mana aku membuat pilihan-pilihan yang salah. Pilihan yang merangkai tragedi buruk untuk hidupku. Dan hari ini, aku mengulang hari di mana aku dilempari telur busuk oleh para pendemo. Saat itu, aku bersikukuh untuk mengabaikan para pedagang pasar demi pilihan yang lebih menguntungkan untuk perusahaan. Aku melupakan orang-orang yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan. Dan kali ini aku akan membuat pilihan yang berbeda.
ALBIRU
(pada para pendemo)
Sebelumnya, saya ingin meminta maaf karena sudah mengabaikan para pedagang yang berdemo sejak beberapa hari lalu. Jujur, hal itu karena tidak mudah untuk kami membuat keputusan terbaik. Dan saat ini, saya ingin mengumumkan keputusan kami untuk Pasar Jaya Baru.
(jeda)
Kami memutuskan kalau Pasar Jaya Baru tidak akan ditutup.
Tampak raut kesal para pendemo menghilang, dan senyum di wajah mereka mulai berkembang. Lalu mereka bersorak serempak. Mereka bersahutan mengucapkan syukur dan terima kasih.
Albiru melihat Ibu Andi di antara para pendemo, yang menatapnya dengan lekat, sembari menggenggam telur yang tadinya hendak ia lemparkan pada Albiru.
ALBIRU
Kami akan melakukan pembangunan ulang, agar Pasar Jaya Baru bisa berkembang seperti Pasar Jaya Lama. Kami akan membuat konsep pasar wisata yang sama, namun tentu dengan ciri khas masing-masing. Kami terbuka bagi para pedagang yang punya ide-ide kreatif dan inovatif untuk menghadapi persaingan. Dan Pasar Jaya Baru akan menjadi ikon dari Apartement Himalaya yang sedang kami bangun.
Kembali terdengar sorakan yang lebih meriah dari para pendemo. Seorang perwakilan pendemo menghampiri Albiru dan menjabat tangannya erat.
WAKIL PENDEMO
Terima kasih banyak, Pak Albiru.
CUT TO:
80 INT. RUMAH BAPAK ANDI – RUANG TAMU – SIANG
Dengan sikap canggung, Albiru duduk di sofa ruang tamu Pak Andi. Di depannya ada Pak Andi dan Bu Andi yang memandangnya dengan lekat. Albiru lalu berdiri dan membungkuk pada keduanya.
ALBIRU
Pak Andi dan Bu Andi, saya minta maaf atas kesalahan saya selama ini. Saya memang tidak pantas dimaafkan, karena kesalahan yang saya buat sangat besar. Tapi saya tetap harus meminta maaf pada Bapak dan Ibu.
PAK ANDI
Kamu benar, memang berat untuk saya memaafkan kamu.
ALBIRU
Tidak apa-apa kalau Bapak membenci saya selamanya, tapi ijinkan saya untuk menebus kesalahan saya. Pertama, saya ingin memberikan kompensasi. Dan kedua, saya ingin menawarkan pekerjaan pada Pak Andi sebagai konsultan bisnis perusahaan.
PAK ANDI
Konsultan?
ALBIRU
Iya, Pak. Saya tahu betul kemampuan Bapak. Saya banyak belajar dari Bapak selama ini. Dan ke depannya pun saya ingin belajar pada Bapak.
Pak Andi dan Bu Andi berbisik untuk berdiskusi.
PAK ANDI
Kalau begitu akan saya pikirkan dulu.
ALBIRU
Baik, Pak. Saya tunggu. Kalau begitu saya permisi.
Albiru hendak keluar dari rumah Pak Andi, namun Bu Andi memanggilnya.
BU ANDI
Pak Al, saya sangat menghargai keberanian anda untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf. Meskipun tidak mudah bagi kami memberi maaf, tapi sama seperti anda yang memberanikan diri, kami pun akan begitu. Terima kasih.
Albiru mengangguk dan tersenyum lega.
CUT TO:
81 INT. RUMAH ALBIRU – RUANG TENGAH – MALAM
Aileen sedang memainkan lagu Gabriel Faure - Sicilienne dengan pianonya. Sementara Albiru berdiri di samping piano dan tampak menikmati musiknya. Sesekali keduanya saling berpandangan dan tersenyum.
ALBIRU
(bertepuk tangan)
Memang ya musik kamu itu adalah penyembuh rasa lelah.
AILEEN
Oh ya? Kalau gitu aku bakal mainkan lagu setiap kamu pulang kantor.
ALBIRU
(duduk di samping Aileen dan menyandarkan kepalanya di bahu Aileen)
Senangnya..!!
(jeda)
Oh ya aku lupa, ada kerjaan yang harus selesai malam ini.
AILEEN
Mmm... selalu deh.
ALBIRU
Cuma pelajarin dokumen kok, satu jam juga selesai. Kamu temenin aku, ya!
AILEEN
Ok.
Albiru mengambil tablet yang tergeletak dia atas meja. Duduk dengan santai di sofa, Aileen duduk di sampingnya.
Saat hendak membuka email, pandangan mata Albiru tertuju pada sebuah artikel yang muncul di beranda. Artikel yang berjudul “Pengusaha Wanita Inspiratif Pendiri Bank Sampah Kreatif”. Albiru membuka artikel itu dan membacanya. Ia tersenyum.
AILEEN
Kamu baca apa?
ALBIRU
Beliau ini seorang ibu yang aku kenal. Dia korban KDRT suaminya. Tapi setelah suaminya masuk penjara, ternyata dia bisa hidup mandiri, bahkan jadi pengusaha sukses. Dia juga berhasil memberdayakan para ibu lainnya, supaya punya penghasilan sendiri dari hasil pengelolaan sampah dan barang rongsokan menjadi barang-barang yang bernilai jual.
AILEEN
Wah... keren!! Aku juga boleh kan jadi wanita mandiri?
ALBIRU
Maksudnya?
AILEEN
Boleh nggak aku buka tempat les piano dan mengajar anak-anak? Aku juga ingin memberikan les gratis untuk anak-anak yang nggak mampu, supaya bisa belajar piano juga.
ALBIRU
Ya, kalau itu yang kamu mau, aku dukung.
AILEEN
(memeluk Albiru)
Makasih sayang.
CUT TO:
82 EXT/INT. MIRACLE SHOP – SIANG
Albiru dan Aileen berdiri di depan “Miracle Shop”.
AILEEN
Kamu mau beli barang antik?
ALBIRU
Bukan. Aku mau kembaliin cincin ini ke pemiliknya (memperlihatkan cincin di jarinya).
AILEEN
Siapa?
ALBIRU
Kakek pemilik toko ini.
Keduanya masuk ke toko. Seorang pria (30) bernama Jhony menyambutnya.
JHONY
Selamat datang di “Miracle Shop”. Ada yang bisa saya bantu?
ALBIRU
Saya mencari Kakek Ganesh.
JHONY
(terkejut)
Kakek saya? Beliau sudah lama meninggal.
ALBIRU
Apa? Nggak mungkin. Belum lama ini saya...
(jeda)
Mmm... memang kapan beliau meninggal?
JHONY
Tahun 1994, waktu itu usia beliau 71 tahun.
ALBIRU
(raut wajah sedih dan bingung)
Itu... sudah lama sekali. Anda cucunya?
JHONY
Iya, nama saya Jhony. Ada apa anda mencari kakek saya?
ALBIRU
(menyerahkan cincin pada Jhony)
Saya mau mengembalikan cincin ini.
JHONY
(terkejut)
Kenapa cincin ini bisa ada pada anda?
ALBIRU
(bingung)
Itu... saya juga sulit menjelaskannya.
JHONY
Nama anda siapa?
ALBIRU
Saya Albiru.
JHONY
Albiru? Jadi anda orangnya.
ALBIRU
Maksudnya?
JHONY
Mungkin ini yang disebut keajaiban, karena setelah puluhan tahun berlalu, wasiat turun temurun dari kakek akhirnya bisa terwujud.
ALBIRU
Wasiat turun temurun?
Jhony berjalan menuju salah satu lukisan yang terpajang di dinding toko. Lukisan seorang anak kecil yang memberi sepotong roti untuk seorang kakek yang duduk di pinggir jalan. Lukisan yang pernah Kakek Ganesh tunjukan pada Albiru.
JHONY
Ayah saya diberi wasiat oleh kakek untuk memberikan lukisan ini kepada seseorang bernama Albiru. Tapi, sampai toko ini diturunkan pada saya, tidak pernah ada seseorang bernama Albiru yang datang ke toko ini. Dan ternyata hari ini, anda akhirnya datang.
AILEEN
Waw... lukisannya cantik. Sepertinya kakek adalah pelukis berbakat.
JHONY
Benar. Kakek saya memang seorang pelukis dan kolektor barang antik.
ALBIRU
Lukisan ini buat saya?
JHONY
Iya. Menurut cerita ayah saya, kakek menderita alzhaimer dan sempat hilang. Beliau tersesat di jalanan karena sudah lupa jalan pulang. Dan tidak ada satu pun orang yang peduli padanya. Tapi suatu hari, saat kakek sudah sangat lemah karena kelaparan, ada seorang anak yang memberinya roti, lalu menuntunnya ke kantor polisi. Berkat anak itu kakek bisa kembali ke rumah. Saat itu, ingatan kakek belum sepenuhnya hilang dan sesekali kesadarannya muncul. Dan saat kesadarannya muncul, kakek membuat lukisan ini, agar tidak lupa pada anak kecil penolongnya itu. Dan saat itu pula kakek berwasiat untuk memberikan lukisan ini pada Albiru.
AILEEN
Ajaib. Jadi... anak kecil itu adalah Albiru?
JHONY
Benar. (menyerahkan lukisan pada Albiru) Silakan terima lukisan ini! Kakek pasti senang, karena wasiatnya bisa terlaksana.
ALBIRU
(memandang takjub lukisan di tangannya)
Ternyata keajaiban itu memang ada. Jadi ini maksud Kakek Ganesh dengan kebaikan yang aku lupakan. Kebaikan dari masa kecilku.
CUT TO:
83 INT. RUMAH ALBIRU – RUANG TENGAH – SIANG
Albiru memasang lukisan dari Kakek Ganesh di dinding ruang tengah rumahnya. Lalu, ia memandanginya cukup lama, dan senyuman di wajahnya semakin berkembang.
THE END