Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
TH.2022
1 EXT/INT. TOKO BARANG ANTIK “MIRACLE SHOP” – SIANG
ZOOM IN.
Dari luar toko “Miracle Shop” ke bagian dalam. Lalu menuju kotak cincin berbahan kayu. Perlahan terbuka, memperlihatkan sebuah cincin perak dengan tiga permata berwarna hitam.
KAKEK GANESH (O.S.)
Keajaiban bisa datang pada siapa pun, bahkan pada mereka yang tidak percaya. Saat Sang Maha Kuasa menghendaki, keajaiban bahkan bisa datang dari sebuah toko usang.
FADE IN.
2 INT. RUMAH ALBIRU – RUANG KERJA – MALAM
(SFX)
Lagu Dream of Love – Franz Liszt, dari piano di ruang tengah yang dimainkan Rania (37), istri Albiru.
Jam dinding menunjukkan pukul 10.15 pm. Albiru (37) duduk di meja kerja dan membuka dokumen berisi gambar rancangan kompleks apartement.
ALBIRU (V.O.)
Ayah mewasiatkan perusahaannya padaku, membuatku harus memikul tanggung jawab besar di pundakku. Karenanya, jiwa dan pikiranku kucurahkan sepenuhnya untuk membuat perusahaan semakin maju. Hingga tanpa sadar, ambisi itu telah menjadi bagian diriku dan hidupku.
Suara piano berhenti dan tak lama kemudian pintu ruang kerja Albiru terbuka. Rania masuk untuk bicara pada sang suami.
RANIA
Masih belum selesai?
Albiru hanya mengangguk tanpa menoleh. Tatapannya masih tertuju pada dokumen di atas meja.
RANIA
Mau dibuatin minuman hangat?
ALBIRU
Nggak usah.
Raut wajah Rania terlihat kecewa.
RANIA
Kalau gitu, aku tidur duluan ya?
Albiru berdiri dari kursinya dan menatap wajah Rania.
ALBIRU
Ran, Maaf ya! Aku harus selesaikan ini dulu. Kamu nggak marah, kan?
RANIA
Enggak, kok. Aku ngerti.
Rania beranjak meninggalkan ruangan. Albiru menatapnya, hingga Rania menghilang di balik pintu.
ALBIRU (V.O.)
Sudah 8 tahun aku menikah dengan Rania. Aku sangat mencintainya dan dia adalah segalanya bagiku. Aku tahu itu, tapi kenapa aku selalu bersikap seolah tidak peduli padanya.
FADE OUT.
3 EXT/INT. DEPAN KANTOR “PT SANJAYA UTAMA” - DI DALAM MOBIL – PAGI
Albiru naik mobil menuju kantor dan duduk di kursi belakang. Disupiri Jaka (33), sekretaris pribadinya. Mereka melewati belasan pendemo yang sudah tiga hari protes di depan kantor. Mereka adalah para pria dan wanita, perwakilan para pedagang Pasar Jaya, yang akan digusur untuk pembangunan apartement.
ALBIRU
Mereka belum menyerah juga.
JAKA
Iya, Pak. Katanya mereka akan terus berdemo di depan kantor sampai tuntutan mereka dipenuhi.
ALBIRU
Mereka harusnya berjuang masing-masing buat bertahan hidup. Toh selama ini, mereka udah keenakan dengan biaya sewa yang murah. Bukan hak mereka juga untuk menentang, karena lahan itu memang milik perusahaan. Kalau mereka menuntut relokasi, memangnya semudah itu. Iya kan, Jack (panggilan Al untuk Jaka)?
JAKA
Betul, Pak. Dan memang tidak mudah juga untuk mereka dapat tempat berdagang yang strategis. Jadi, mereka bisa kehilangan penghasilan kalau tidak kita bantu.
ALBIRU
JAKA! Sebenernya kamu ini ada dipihak siapa, sih?
(Albiru akan memanggil nama asli sang sekretaris jika sedang marah padanya)
Jaka terlihat panik.
JAKA
Maaf, Pak. Saya cuma berpendapat jujur.
ALBIRU
Iya, tapi kejujuran kamu itu menyakitkan.
JAKA
Eeng... maaf! saya nggak akan ulangi lagi, Pak. Saya akan selalu berada di pihak Bapak.
Albiru meremas pundak Jaka.
ALBIRU
Nah, gitu dong!
Mobil Albiru telah diparkir di basement. Keduanya lalu berjalan menuju ruangan kantor.
CUT TO:
4 INT. RUANG RAPAT - SIANG
Albiru mengadakan rapat dengan para direktur dan manajer untuk membahas proyek terbaru mereka.
DIREKTUR KEUANGAN
Karena semua pemegang saham telah setuju, kita bisa mulai proyek kita, Pak.
ALBIRU
(mengangguk)
Bagus.
(jeda)
Lalu mengenai Pasar Jaya, kita tidak membutuhkan keberadaanya untuk kompleks Apartement Himalaya, kan?
DIREKTUR PELAKSANA
Betul, Pak. Karena sudah ada mall yang jaraknya cukup dekat dengan lokasi apartement, jadi keberadaan pasar modern tidak diperlukan. Lebih baik lahan itu menjadi bagian dari area taman dan bangunan apartement, karena bisa dibangun puluhan unit di atasnya.
ALBIRU
Kalau begitu, kita harus segera mengosongkan lahan untuk memulai pembangunan.
MANAJER PROYEK
Baik, Pak. Mulai besok Pasar Jaya akan kami tutup.
(jeda)
Lalu bagaimana dengan para pendemo, Pak?
ALBIRU
Coba bicarakan dengan ketua mereka. Kita beri kompensasi sesuai anggaran perusahaan. Mungkin tidak cukup, tapi mereka tidak akan punya pilihan selain menerimanya.
Para anggota rapat mengangguk serempak.
DIREKTUR PELAKSANA
Lalu untuk lelang proyek rusun pemerintah, kami sudah membuat proposal.
(sambil menyerahkan dokumen pada Albiru)
ALBIRU
Baik. Akan saya tinjau nanti. Kalian bersiap-siaplah! Karena kita pasti akan memenangkan proyek senilai 1 triliun ini.
Albiru tersenyum penuh kebanggaan.
CUT TO:
5 INT. RESTORAN – RUANG PRIVAT – SIANG
Albiru duduk berhadapan dengan seorang pria paruh baya bernama Setya Noparto, pejabat kementerian yang berwenang menentukan pemenang tender proyek rusun.
ALBIRU
Wah... Pak Setya Noparto ini makin kelihatan muda saja. Apa rahasianya?
SETNOP
Panggil saja saya Setnop, biar lebih akrab! Itu panggilan saya buat orang-orang dekat saya. Rahasia saya adalah happy. Dengan happy kita akan selalu kelihatan muda.
(tertawa terbahak)
ALBIRU
(ikut tertawa)
Dan saya tahu betul yang bisa membuat anda happy.
(menyerahkan sekoper uang tunai pada Setnop)
Pak Setnop, ini khusus untuk anda. Setengahnya akan saya berikan setelah proyek itu selesai.
SETNOP
(tertawa semakin kencang)
Tentu saja, tidak masalah. Saya adalah penentunya, jadi proyek besar ini akan menjadi milik anda.
ALBIRU
Yang lebih penting, pastikan tidak ada yang tahu tentang transaksi ini selain kita berdua.
SETNOP
Anda tenang saja, Pak Al. Rahasia kita aman sampai ke liang lahat.
Keduanya saling berpandangan, seraya menyeringai dan mengangguk.
CUT TO:
6 EXT. KOMPLEK MEGAH RAYA - PEKARANGAN RUMAH ALBIRU – SORE
Rania sedang berkumpul dengan para ibu komplek Megah Raya.
BU IRA
Bu Rania ini kok makin cantik saja. Kayak nggak bertambah tua sama sekali.
Rania hanya tersenyum simpul.
BU RT
Iya betul. Kamu sama suamimu itu pasangan paling serasi di komplek ini.
BU YAYUK
Iya. Ya ampun! Pak Al itu ganteng banget, wajahnya mirip sama aktor favorit saya, Vino Bastian.
Para ibu kompleks tertawa, sementara Rania memaksakan senyumnya. Ia menyeruput teh hangat dan berusaha menutupi ekspresi wajahnya.
RANIA
Belum tentu kehidupan kami berdua sesempurna yang ibu-ibu bayangkan.
Seketika para ibu kompleks berhenti tertawa.
BU RT
Maksudnya, karena kalian belum punya anak?
BU IRA
Ey... kalian nggak perlu khawatir, adik saya saja 15 tahun menikah baru punya anak. Jadi, ibu Rania juga jangan menyerah ya!
Rania tak merespon, dan kembali menyeruput teh yang mulai dingin. Lalu, ia melirik ke seberang jalan di sisi kanan rumahnya. Ia melihat seorang pria dengan jaket dan topi hitam berdiri di samping pohon seraya menatap ke arahnya. Rania tanpa sadar terdiam dengan mata terbelalak. Ia meremas tangannya. Tubuhnya mulai gemetar.
BU YAYUK
Kenapa, Bu?
Bu Yayuk menyentuh pundak Rania. Rania seketika berpaling.
RANIA
Hmm... nggak apa-apa kok, Bu. Sa-saya tiba-tiba nggak enak badan. Kita lanjut ngobrolnya lain kali, ya!
Rania bergegas masuk ke rumahnya dan mengunci pintu. Ia memegangi dadanya dengan tangan yang gemetar.