Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ALBIRU (skrip)
Suka
Favorit
Bagikan
9. Scene 45 - 49

FADE IN:

TH.1993

45 EXT. PASAR JAYA – SIANG

Albiru dan Kakek Ganesh berada di pasar tradisional, yang sebagian banyak kiosnya sudah tutup. Di depan jajaran kios terdapat plang bertuliskan “PASAR JAYA”.

ALBIRU

Ini pasar Jaya?

KAKEK GANESH

Benar. Dan ini misi keduamu.

ALBIRU

Tapi lokasinya berbeda dengan yang sekarang. Ini tahun berapa, Kek?

KAKEK GANESH

Kita ada di tahun 1993. Ini Pasar Jaya lama, yang dijual perusahaan di tahun itu.

ALBIRU

(mengangguk)

Pantesan saya nggak tahu. Lalu... apa misinya, Kek?

KAKEK GANESH

Gagalkan penjualan lahan pasar ini. Kalau tidak, keluarga pedagang yang ada di depanmu itu akan bangkrut. Begitu pun dengan kebanyakan pedagang lainnya.

ALBIRU

Jadi, saya harus berurusan lagi dengan ayah.

Kakek Ganesh mengangguk.

Albiru lalu menghampiri pedagang yang ditunjuk Kakek Ganesh. Kios itu menjual beragam sayur mayur dan bahan makanan yang berada di area depan. Mereka adalah pasangan suami istri usia sekitar akhir 40-an, yang bernama Eko dan Devi. Saat itu keempat anaknya sedang berada di kios. Anak yang paling besar usia 15 tahun, dan yang paling kecil berusia 8 tahun.

Namun, saat hendak menghampiri kios. Beberapa petugas keamanan yang berpenampilan lebih mirip preman, datang untuk memberi peringatan kepada para pedagang yang masih berjualan untuk segera menutup kios.

PETUGAS 1

Pak, Bu, kenapa masih buka juga? Kita kan sudah suruh kosongkan kios dari sebulan lalu.

PETUGAS 2

Udah, pada nyerah aja. Percuma, kalian nggak akan menang lawan yang berkuasa. Mereka mana peduli sama orang susah.

PETUGAS 3

Iya, yang lain juga udah pada nyerah tuh. Kalian jangan nyusahin kita dong. Kita nggak bakal digaji kalau kalian nggak pergi dari sini.

DEVI

Kalian ini mau-maunya diperintah orang-orang itu. Harusnya kalian ada di pihak orang yang tertindas.

PETUGAS 2

(membanting wadah sayur di meja)

Kita ini cuma orang bayaran. Kita nggak peduli urusan kalian. Pokoknya, kita kasih waktu sampai besok. Kios kalian harus udah kosong.

DEVI

(mulai berurai air mata)

Terus kita harus ke mana?

PETUGAS 1

Bukan urusan kita dong. Udah cepet beresin ini semua!

Para petugas mengacak-acak dagangan mereka. sementara Eko hanya diam pasrah, dan anak-anak mereka bersembunyi dengan wajah ketakutan.

KAKEK GANESH

Cepat bantu mereka!

ALBIRU

Saya, Kek? Memangnya saya keamanan.

KAKEK GANESH

Udah sana!

Albiru dengan enggan menghampiri para petugas.

ALBIRU

Kalian jangan kasar begitu. Kan bisa bicara baik-baik. Memangnya bos kalian suruh kalian pakai kekerasan.

PETUGAS 1

Yang namanya bos nggak peduli gimana cara kerja kita, yang penting semuanya beres. Lagian, kamu ini siapa, sih? Ngapain ikut campur?

ALBIRU

Bos kalian itu orang baik, kalau dia tahu kalian kerja kayak gini, kalian bakal dipecat. Dan kalau kalian tahu siapa saya, kalian bakal nyesel.

Para petugas tertawa mengejek.

PETUGAS 3

Udah kamu minggir, dari pada dipukul pentungan.

Eko akhirnya maju untuk menghadapi para petugas.

EKO

Sudah, jangan pada ribut lagi. Bapak-bapak pulang saja, kami akan beres-beres sekarang.

PETUGAS 1

Nah, gitu kek dari tadi. Jadi kan kita nggak perlu repot-repot berantem.

(jeda)

Ayo pergi ke kios lain!

Para petugas akhirnya menyingkir. Sementara Devi tampak masih menangis dan Eko menepuk-nepuk punggung istrinya agar tenang.

EKO

Makasih Pak, sudah membela kami.

ALBIRU

Ah iya, Pak. Bukan apa-apa, kok. Saya cuma nggak suka liat kekerasan.

Kakek Ganesh tersenyum mendengar kata-kata Albiru.

ALBIRU

Jadi kalian memutuskan untuk menutup kios?

EKO

Iya. Toh kita nggak bisa berbuat apa-apa.

ALBIRU

(melihat ke anak-anak)

Ini anak-anak Bapak dan Ibu?

EKO

Iya, Pak. Ini yang paling besar, namanya Ina. Ini Hardi, ini Fani. Dan ini yang paling kecil namanya Ai. Saya Eko dan ini istri saya, Devi.

ALBIRU

Saya Albiru.

(melihat ke anak-anak)

Hai! Om punya sesuatu buat kalian.

Albiru melirik ke belakang dan menatap wajah Kakek Ganesh, sementara tangannya mengisyaratkan jika dirinya meminta uang dari Kakek Ganesh. Kakek Ganesh menghela napas panjang, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyerahkannya pada Albiru.

ALBIRU

(menghampiri anak-anak, mengusap kepala Ai)

Nah ini buat kalian.

DEVI

Ya ampun, Pak nggak perlu repot-repot.

ALBIRU

Ah... nggak apa-apa, Bu. Saya seneng berbagi, kok.

KAKEK GANESH

(bergumam)

Berbagi uang orang lain maksud kamu.

DEVI

Terima kasih Pak Al.

ALBIRU

Lalu apa rencana kalian kalau pasar ditutup?

DEVI

Kami belum tahu, Pak. Kami cuma punya sedikit tabungan. Uang pengganti dari perusahaan juga nggak besar.

ALBIRU

Kalau gitu, doakan saya supaya berhasil membatalkan penutupan pasar.

EKO

(terkejut)

Memangnya Pak Albiru bisa?

DEVI

Gimana caranya?

ALBIRU

Oh... kalau itu rahasia. Nanti kalau berhasil, saya akan kembali lagi ke sini. Jadi untuk sementara, tutup dulu kios Bapak dan Ibu. Anggap saja kalian liburan beberapa hari.

Devi dan Eko melongo dan saling berpandangan. Keduanya tampak ragu.

CUT TO:

46 EXT. DEPAN PT SANJAYA UTAMA – SIANG

Albiru hendak menemui Sanjaya di kantornya. Namun langkahnya terhenti di depan pintu masuk karena bertemu dengan wajah yang tak asing untuknya. Yakni dirinya sendiri saat berusia 8 tahun.

Albiru mendekat perlahan dengan ekspresi takjub. Albiru kecil sedang sendirian, berdiri menghadap ke arah jalan.

ALBIRU

Hai! Kamu Albiru, kan.

ALBIRU KECIL

Om siapa?

ALBIRU

Saya juga Albiru.

ALBIRU KECIL

Oh ya? Nama Om bagus.

ALBIRU

(tertawa)

Kamu memang sudah cerdik sejak dini. Ganteng lagi.

ALBIRU KECIL

Makasih, Om. Om juga ganteng. Om temennya ayah?

ALBIRU

Iya. Ayahmu mana? Kok kamu sendirian?

ALBIRU KECIL

Aku lagi nunggu ayah sama ibu keluar. Kita mau pergi bertiga.

ALBIRU

Oh...

Tak lama kemudian, Sanjaya dan Fathia keluar. Keduanya terkejut melihat Albiru.

SANJAYA

Loh, Pak Al. Anda ke mana aja? Saya khawatir karena sudah lama sekali tidak mendengar kabar dari Pak Al.

FATHIA

Iya Pak Al. Anda baik-baik aja, kan?

ALBIRU

Maaf Pak Sanjaya, Bu Fathia. Setelah pekerjaan saya di sini selesai, mendadak saya harus pergi keluar kota dan tidak sempat memberi kabar.

FATHIA

Apa ada masalah?

ALBIRU

Ah... nggak kok, Bu. Hanya soal pekerjaan.

SANJAYA

Ya sudah kalau tidak ada apa-apa. Saya senang bisa ketemu Pak Al lagi.

ALBIRU

Iya Pak, saya juga senang bisa datang lagi ke sini dan ketemu kalian.

(jeda)

Oh ya, saya baru aja kenalan sama Albiru kecil. Dia mirip saya waktu kecil.

Ketiganya tertawa.

ALBIRU KECIL

Berarti kalau udah besar, aku bakal mirip Om dong?

SANJAYA

Enggak dong. Kamu harus mirip ayah.

ALBIRU

(tertawa)

Iya, ayah kamu kan lebih ganteng daripada Om.

SANJAYA

Bisa aja nih Pak Al.

(jeda)

Oh ya, Pak Al mau ketemu saya?

ALBIRU

Iya, Pak. Ada yang mau saya bicarakan.

SANJAYA

Kalau besok bagaimana? Hari ini kami ada urusan.

ALBIRU

Ok, Pak. Besok saya ke sini lagi.

CUT TO:

47 INT. RUANGAN KANTOR SANJAYA – SIANG

Albiru dan Sanjaya duduk santai di sofa ruang kantor. Sanjaya sedang mempelajari proposal dari Albiru mengenai rencana revitalisasi pasar.

ALBIRU

Saya dengar perusahaan akan menutup pasar dan akan menjualnya.

SANJAYA

(mengangguk)

Ada pengembang yang memberi harga tinggi untuk lahan itu, dan saya berpikir bahwa ini kesempatan bagus untuk menambah modal perusahaan.

ALBIRU

Saya kurang sependapat dengan anda, Pak. Menurut saya, lahan itu sangat berpotensi untuk menjadi aset perusahaan yang menjanjikan di masa depan. Apalagi dengan lokasinya yang strategis.

SANJAYA

Jadi, menurut anda apa yang tertulis di proposal ini akan berhasil.

ALBIRU

Tentu. Saya jamin itu, karena jaman akan semakin berubah dan terus berkembang.

SANJAYA

Mengubah pasar tradisional menjadi pasar wisata. Saya suka ide ini.

ALBIRU

Benar, Pak. bukan sekedar pasar tempat orang berbelanja bahan makanan atau kebutuhan sehari-hari saja, tapi juga pasar yang bisa memenuhi kebutuhan para wisatawan, seperti oleh-oleh, kuliner dan hiburan.

SANJAYA

Jadi, pasar akan dibangun dan ditata ulang. Dibagi menjadi beberapa zona untuk setiap kategori untuk memudahkan pengunjung. Memberikan ruang khusus untuk para tenant mengadakan workshop. Menambah area food market di rooftop dengan live music dan air mancur. Menarik.

ALBIRU

Perusahaan juga bisa bekerja sama dengan restoran legendaris yang ada di Jakarta untuk membuka cabang mereka, sebagai salah satu cara menarik pengunjung.

SANJAYA

Hmm... ide yang bagus.

(berdiri dan menjabat tangan Albiru)

Senang bisa bekerja sama lagi dengan anda Pak Albiru.

Albiru menjabat erat tangan Sanjaya, dan tersenyum penuh kebanggan.

Lalu semua yang ada di depan matanya berputar-putar, memudar dan menghilang.

FADE IN:

SETAHUN KEMUDIAN (Th.1994)

48 INT. PASAR WISATA JAYA – LORONG LANTAI 1 – SIANG

Albiru menjelajahi pandangannya ke sekeliling. Ia melihat keramaian pasar yang riuh namun teratur. Lalu ia menatap lurus ke depan dan mendapati ayah, ibu dan dirinya sendiri yang berusia 9 tahun, sedang berjalan beriringan. Mereka saling tertawa dan berjalan dengan penuh semangat menjelajahi area kios. Albiru mengikuti langkah ketiganya dari belakang.

ALBIRU (V.O)

Kenanganku berubah. Apa yang kulihat hari ini, tiba-tiba aku bisa mengingatnya dengan jelas. Aku ingat, kalau dulu sering datang ke pasar ini bersama mereka. Sebuah perjalanan sederhana namun bisa membuat waktu yang terlewati menjadi begitu berharga. Dan hari ini, akan selalu menjadi bagian dari kenanganku bersama dua orang paling berharga di hidupku.

CUT TO:

49 INT. PASAR WISATA JAYA – KIOS EKO DAN DEVI – SIANG

Saat melihat Albiru, Eko dan Devi menyambutnya dengan senyum sumringah.

DEVI

(berkaca-kaca)

Pak Al, terima kasih karena sudah bantu kami semua.

EKO

Kami akan selalu berhutang budi pada Bapak.

DEVI

Benar Pak Al, apa yang harus kami berikan sebagai balasannya?

ALBIRU

Bapak sama Ibu nggak perlu membalas apa pun karena saya cuma melakukan pekerjaan saya. Saya memang konsultan perusahaan, tapi tetap saja keputusan ada di tangan Pak Sanjaya. Jadi beliaulah yang berjasa untuk pasar ini. Lakukan yang terbaik untuk pasar ini, dan itu sudah cukup untuk membalasnya.

Eko dan Devi bergiliran menjabat tangan Albiru dengan erat. Lalu anak-anak Eko dan Devi menghampiri Albiru, mereka memberikan senyuman yang hangat untuknya. Ai mendekat dan memberikan sebuah permen loli untuk Albiru.

AI

Ini untuk Om.

ALBIRU

(mengusap kepala Ai)

Oh... terima kasih ya, Ai.

Albiru melihat cincin di jarinya yang bersinar dan satu permata lagi berubah menjadi putih.

Semua yang ada di pandangan matanya kembali berputar-putar dengan cepat, kemudian memudar dan menghilang.

FADE TO BLACK:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar