Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO:
34 EXT. PINGGIR JALAN – DEPAN JAJARAN KIOS – SIANG
Albiru dan Kakek Ganesh duduk di bangku depan kios yang ramai dengan orang lalu-lalang di sekitarnya. Albiru melamun, sementara Kakek Ganesh memperhatikan ekspresi wajahnya.
KAKEK GANESH
Sebenernya kamu lagi cari ide, atau sudah menyerah dengan misinya?
ALBIRU
Masa baru misi pertama saya sudah menyerah, Kek.
KAKEK GANESH
Terus, kenapa dari tadi kamu cuma melamun?
ALBIRU
(menghela napas)
Saya bingung, gimana caranya mendekati ayah. Belum apa-apa dia udah curiga sama saya.
Albiru mulai tampak terganggu dengan situasi sekitarnya yang semakin ramai dengan suara klakson, para pedagang, dan pengamen. Yang paling mengganggu adalah teriakan seorang pedagang keliling yang menjual tiket pertunjukan lenong betawi. Suaranya terdengar lantang dan melengking.
PENJUAL TIKET
Harge diskon...!! Harge diskon...!! Termureh cuma 50 rupiah, buat 30 orang pembeli aje, nih. Ncang, Ncing, Nyak, Babe, Abang, Mpok, semua, mari nonton lenong betawi terbaru dari Sanggar Seni Muda-mudi. Dijamin ngocol. Bayar 100 rupiah dapet 3 tiket. Ayo buruan, tinggal 10 tiket lagi!
Pandangan Albiru tertuju pada sebuah kios kecil di seberang jalan yang menawarkan jasa mengetik.
ALBIRU
Saya ada ide, Kek.
(jeda)
Tapi saya butuh uang. Kakek punya?
KAKEK GANESH
Masa CEO minta uang sama kakek pemilik toko kecil?
ALBIRU
Saya datang ke sini kan tanpa bawa apa-apa, Kek. Lagian tumpukan uang yang saya punya juga nggak akan berlaku di sini.
Sesaat Kakek Ganesh tampak ragu, namun kemudian menyerahkan selembar uang 500 rupiah bergambar bunga bangkai.
ALBIRU
(terkejut)
Wah... uang kuno. Apa segini cukup?
KAKEK GANESH
Tentu saja. Ini kan jaman sebelum krisis moneter, jadi itu uang besar.
Setelah menerima uang itu di tangannya, ia bergegas menghampiri penjual tiket lenong betawi dan membeli 3 lembar tiket seharga 100 rupiah.
Lalu Albiru berlari ke seberang jalan dan menghampiri seorang pria juru ketik, yang menyebut dirinya ‘Tikers’. Tikers itu memiliki kios kecil dengan sebuah mesin tik. Ia menerima jasa pengetikan.
Albiru melihat plang bertuliskan “TIKERS” di depan kios itu.
ALBIRU
Bang Tikers, bisa ketikan buat saya?
TIKERS
Iya, itu memang pekerjaan saya. Apa yang harus saya buat?
ALBIRU
Saya mau buat proposal. Ya... kira-kira 10 lembar lah.
(menyerahkan sisa uang di tangannya)
Segini cukup?
TIKERS
Cukup, Bang.
ALBIRU
Tolong ketikan semua yang saya sebutkan, ya!
TIKERS
Siap Bang!
ALBIRU
Judulnya proposal rencana efisiensi keuangan PT Sanjata Utama.
CUT TO:
35 EXT. DEPAN KANTOR PT SANJAYA – SORE
Albiru mondar-mandir di depan pintu kantor, menunggu Sanjaya keluar.
Setelah beberapa jam berlalu, Sanjaya keluar seorang diri dan berjalan menuju mobilnya. Albiru menghampirinya dan berjalan di sisinya.
ALBIRU
Selamat sore Pak Sanjaya. Saya ingin menyerahkan proposal resmi yang anda minta?
SANJAYA
Proposal apa?
ALBIRU
Saya membuat rencana efisiensi keuangan untuk perusahaan Bapak.
SANJAYA
(berhenti, lalu memperhatikan Albiru)
Anda bersungguh-sungguh rupanya.
ALBIRU
Tentu saja, Pak. Itu karena saya sangat ingin bergabung dengan perusahaan Bapak.
(jeda)
Dan... ini (menyerahkan tiket pertunjukan lenong betawi). Kalau anda berkenan, saya ingin mengajak anda menonton.
SANJAYA
(terkejut)
I-ini... bagaimana kamu tahu kalau saya suka menonton lenong betawi?
ALBIRU
Oh... jadi Bapak suka juga? Wah... selera kita sama ternyata. Tadinya saya ragu mau kasih ini ke Bapak. Saya nggak nyangka Bapak akan suka.
SANJAYA
(mengangguk-angguk)
Ya... ini kebetulan yang nggak terduga.
ALBIRU
Kalau begitu, bagaimana kalau kita nonton sama-sama besok dengan istri Bapak? Setelah itu, saya akan mempresentasikan proposalnya pada Bapak.
SANJAYA
Hmm... ok kalau begitu. Sampai jumpa besok di teater.
Sanjaya hendak berjalan menuju mobilnya, namun ia kembali lagi menghampiri Albiru.
SANJAYA
Ah... saya lupa menanyakan nama anda.
ALBIRU
(ragu-ragu)
Oh iya, sa-ya juga lupa menyebutkan nama saya.
(mengulurkan tangan)
Nama saya Albiru.
SANJAYA
(terkejut)
Albiru? Mmm... nama yang sangat bagus.
ALBIRU
(tersipu)
Terima kasih.
SANJAYA
Kalau begitu saya permisi dulu.
Albiru terus menatap sang ayah, hingga menghilang bersama laju mobilnya di ujung jalan. Tak lama kemudian, Kakek Ganesh tiba-tiba muncul di samping Albiru.
KAKEK GANESH
Jangan menatapnya begitu! Orang yang melihat bisa salah paham.
ALBIRU
(terkejut)
Kek, bisa nggak, munculnya jangan tiba-tiba begitu!
KAKEK GANESH
Ya terus, saya harus gimana?
ALBIRU
Ya, jauhan dikit kek kalau muncul. Di seberang jalan gitu misalnya.
KAKEK GANESH
(geleng-geleng)
Kamu ini, mau ngerjain orang tua, ya!
ALBIRU
Bercanda, Kek.
KAKEK GANESH
Jadi, kamu berhasil dapat kepercayaan ayahmu?
ALBIRU
(mengangguk)
Berkat tiket pertunjukan. Ayah nggak akan menolak, karena dia sangat suka nonton lenong betawi.
KAKEK GANESH
Cerdas juga kamu.
ALBIRU
Kalau saya nggak cerdas, saya nggak akan jadi pemimpin perusahaan, Kek.
KAKEK GANESH
Nggak cuma cerdas, tapi seorang pemimpin juga harus adil dan bijak. Kamu juga harus menyayangi orang-orang yang bekerja denganmu.
ALBIRU
Kakek mengkritik saya?
KAKEK GANESH
Kamu tanya saja diri kamu sendiri!
Kakek Ganesh berjalan pergi meninggalkan Albiru yang tampak sedikit kesal.
CUT TO:
36 INT. AULA TEATER LENONG BETAWI – SIANG
Albiru memperhatikan ayah dan ibunya yang sedang tertawa terbahak-bahak karena lawakan dari pemain lenong di atas panggung. Terdengar dialek khas orang betawi yang kental, serta musik gambang kromong yang mengiringinya. Albiru tersenyum sumringah setiap kali melihat keduanya tertawa.
INSERT FLASHBACK: Albiru yang berusia 8 tahun menonton lenong betawi bersama ayah dan ibunya. Ketiganya tertawa bersama. Mereka terlihat sangat gembira.
CUT TO:
37 EXT. DEPAN TEATER LENONG BETAWI – SORE
Sanjaya menuntun Fathia dengan hati-hati. Sementara Albiru berjalan di belakang sambil memperhatikan interaksi keduanya.
SANJAYA
Hati-hati, sayang. Pelan-pelan saja jalannya.
FATHIA
Pertunjukan barusan lebih lucu dari pada yang sebelum-sebelumnya, ya. Katanya mereka ini senior-seniornya Sanggar Muda-mudi.
SANJAYA
Iya, yang tadi itu yang terbaik dari yang pernah kita tonton.
(melihat ke belakang)
Bukan begitu, Pak Al?
ALBIRU
Hmm... iya. Saya setuju. Menurut saya, ini juga yang terbaik yang pernah saya tonton.
Mereka berhenti berjalan.
SANJAYA
Terima kasih karena sudah memberikan tiket ini untuk kami.
FATHIA
Iya. Terima kasih ya, Pak Al. Rasa rindu kami terobati hari ini berkat Pak Al. Jujur saja, kami sudah lama nggak menonton lagi dan sempat lupa dengan hobi kami yang satu ini. Pak Al mengingatkan kami lagi, dan saya berterima kasih untuk itu.
SANJAYA
(tersenyum)
Ah... ini karena saya juga suka. Anggap saja sebagai tanda perkenalan.
(melihat ke perut Fathia)
Ibu Fathia sebentar lagi melahirkan, ya?
FATHIA
Iya. Prediksinya bulan depan sudah lahir.
ALBIRU
Saya doakan semoga semuanya lancar, ibu dan bayinya juga sehat.
FATHIA
Amin... makasih Pak Al.
SANJAYA
Kalau begitu sampai jumpa besok di kantor ya.
ALBIRU
Baik, Pak. Hati-hati di jalan.
Sambil memandangi punggung ayah dan ibunya yang menjauh pergi, Albiru tersenyum bahagia.
CUT TO:
38 EXT. DEPAN TOKO BAJU PRIA – SORE
Kakek Ganesh berdiri sambil menghadap ke toko yang bagian dalamnya terlihat dari luar karena dinding bagian depan toko terbuat dari kaca. Tampak oleh Kakek Ganesh, Albiru yang sedang memilih jas dan kemeja dengan penuh semangat, sambil berbincang dengan pramuniaga.
KAKEK GANESH
(monolog)
Harusnya dari awal, saya nggak perlu kasih dia keringanan. Saya nggak nyangka akan dimanfaatkan anak itu untuk memudahkan misinya. Sebelumnya 500 rupiah, sekarang sepuluh kali lipatnya.
(geleng-geleng kepala)
Dia nolak beli baju bekas karena takut alergi. Padahal kan itu jauh lebih murah. Ckckck...