Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ALBIRU (skrip)
Suka
Favorit
Bagikan
14. Scene 74 - 78

74 INT. RUMAH ALBIRU – RUANG TAMU – MALAM

Albiru memandangi foto pernikahan berukuran besar yang terpajang di ruang tengah. Foto pernikahan dirinya dan Aileen dengan pakaian bernuansa putih. Aileen tampak memegang sebuket bunga di tangannya. Ranti berdiri di samping Albiru, sementara di samping Aileen, ada Sanjaya dan Fathia berdiri berdampingan. Mereka semua tersenyum lebar.

ALBIRU (V.O)

Foto pernikahan kami juga berubah. Sebelumnya, hanya ada aku dan Aileen di dalam foto. Tapi sekarang, kami ditemani tiga orang tercinta kami. Ibunda Aileen, serta ayah dan ibuku. Sepertinya ayah dan ibu mendengarkan permintaanku di masa lalu, untuk mendampingiku dalam waktu yang lama.

(jeda)

Ayah meninggal dalam tidurnya, beberapa tahun setelah menikahkanku. Sementara ibu, meninggal tidak lama setelahnya. Sepertinya mereka memang belahan jiwa yang sulit dipisahkan.

(jeda)

Meskipun waktu yang aku habiskan dengan mereka masih belum cukup, tapi setidaknya kini aku punya kenangan yang cukup untuk selalu mengingat mereka.

CUT TO:

75 INT. RUMAH ALBIRU – RUANG KELUARGA – MALAM

Albiru, Aileen dan Ranti sedang minum teh sembari menonton teve di ruang keluarga.

RANTI

Kamu yakin Al, mau tutup Pasar Jaya Baru?

ALBIRU

Sebenernya, itu memang lebih menguntungkan buat perusahaan. Sementara kalau pasar tetep ada, tentu kita harus bersaing dengan departement store besar yang sudah ada.

RANTI

Secara untung rugi sih betul, tapi bukan berarti nggak mungkin.

AILEEN

Tapi kasihan para pedagang kalau ditutup gitu aja. Setidaknya kamu sediakan tempat pengganti buat mereka.

ALBIRU

Betul, tapi sayangnya nggak semudah itu.

Siaran teve yang sedang menayangkan berita malam, membahas mengenai Pasar Jaya Lama.

REPORTER

Saya sekarang sedang berada di pasar legendaris yang sudah ada sejak tahun 1985, yakni Pasar Jaya Lama, yang berkonsep pasar wisata. Yang unik dari pasar ini adalah inovasi yang terus dikembangkan mengikuti perubahan zaman. Begitu pula di zaman teknologi yang serba canggih seperti sekarang, Pasar Jaya juga turut mengembangkan fasilitas mereka demi mempertahankan konsumen lama, maupun menarik konsumen baru dari generasi milenial. Seperti menyediakan wifi gratis dengan kecepatan mumpuni, wisata hiburan yang memanfaatkan kecanggihan teknologi, maupun event-event yang menarik untuk anak muda masa kini. Seperti flashmob dance yang mengejutkan orang-orang di pasar kemarin malam. Ternyata acara tersebut merupakan promosi kreatif dari pengelola Pasar Jaya Lama, yang terbukti efektif menarik minat kalangan muda. Banyak di antara kaum milenial yang mengaku baru tahu tentang Pasar Jaya Lama, setelah acara flashmob dance kemarin. Mari kita bertanya pada salah satu pengunjung baru di pasar ini.

ALBIRU

Flashmob dance?

RANTI

Iya, katanya itu ide dari pengelola. Ibu nggak nyangka, ternyata heboh juga beritanya.

AILEEN

Tuh kan, pasti ada cara kok buat menghadapi persaingan.

RANTI

Untung aja dulu Pasar Jaya Lama nggak jadi dijual ya.

(jeda)

Oh ya ngomong-ngomong soal dulu, ibu jadi inget sama seseorang yang namanya sama dengan kamu (melihat ke Albiru).

ALBIRU

(kaget)

Oh ya? Siapa Bu?

RANTI

Laki-laki baik hati yang sudah menyelamatkan ibu dan Aileen.

AILEEN

Jangan-jangan dia pengganti ayah di hati ibu.

RANTI

Nggaklah, ayahmu itu nggak tergantikan. Ibu nggak begitu inget wajahnya Albiru, tapi ibu nggak pernah lupa dengan jasa dia. Berkat dia, ibu dan Aileen bisa hidup dengan baik sepeninggal ayah.

AILEEN

Wah... serius, Bu? Kok baru cerita sekarang.

RANTI

Belum ada timing yang pas aja sih buat cerita.

AILEEN

Kalau gitu coba ceritain tentang Albiru yang itu sekarang, Bu. Yang lengkap!

RANTI

Jadi waktu itu...

Percakapan mereka mulai terdengar samar-samar. Tampak ekspresi Albiru yang berseri-seri karena mendengar pujian tidak langsung itu dari Ranti.

FADE OUT.

76 EXT. RUMAH ALBIRU – HALAMAN DEPAN – PAGI

Jaka sedang menunggu Albiru. Ia berdiri di samping mobil dengan siap siaga. Tak lama kemudian, Albiru keluar dari rumahnya dan segera menghampiri Jaka.

ALBIRU

(merentangkan tangan, lalu memeluk Jaka)

Saya nggak nyangka kalau saya bakal rindu sama kamu.

JAKA

(terkejut dan bingung)

Tapi Pak, kita kan baru ketemu kemarin.

ALBIRU

(melepaskan pelukannya)

Oh ya, rasanya udah lama. Hahahah...

JAKA

(tertawa canggung)

Berangkat sekarang, Pak?

ALBIRU

Ayo!

CUT TO:

77 EXT/INT. JALAN RAYA – MOBIL ALBIRU – PAGI

Albiru melihat keluar jendela mobilnya, lalu memalingkan pandangannya pada Jaka.

ALBIRU

Jack, selama ini kamu pasti sering nggak sepaham dengan saya, kan?

JAKA

Nnggg...

ALBIRU

Nggak apa-apa kok, khusus hari ini saya akan terima semua kritikan kamu dengan lapang dada. Jadi jangan ragu-ragu!

JAKA

Tapi... saya nggak akan dipecat kan, Pak?

ALBIRU

Saya nggak akan pernah pecat kamu kok, jadi tenang aja. Tapi tolong jangan keterlaluan!

JAKA

Hmm... sebenarnya saya sangat mengidolakan Pak Al sebagai seorang pengusaha.

ALBIRU

(tersenyum bangga)

Bener nih? Saya nggak akan naikin gaji kamu loh, jadi nggak perlu puji-puji begitu!

JAKA

Nggak kok, Pak. Ini jujur dari lubuk hati terdalam. Saya takjub karena di usia Pak Al yang masih muda, Pak Al berhasil menjalankan perusahaan sebesar PT Sanjaya. Saya lihat bagaimana Pak Al bekerja begitu keras agar perusahaan semakin maju. Demi hal itu, seringkali Pak Al mengorbankan waktu dan kesenangan Pak Al.

(jeda)

Tapi saya tidak setuju saat Pak Al mengabaikan kepentingan orang lain demi mewujudkan hal itu. Menurut saya, sebuah perusahaan bukan sekedar tempat mencari uang dan keuntungan semata. Tapi perusahaan adalah kehidupan untuk orang-orang di dalamnya. Tempat yang dipenuhi dengan impian dan harapan setiap orang. Dan alasan saya masih setia pada Al sampai sekarang, karena saya yakin Pak Al bisa mewujudkan perusahaan yang seperti itu suatu hari nanti.

ALBIRU

(berkaca-kaca)

Saya terharu, Jack. Terima kasih karena masih percaya dan setia sama saya.

Jaka tersenyum.

CUT TO:

78 INT. RESTORAN – RUANG PRIVAT – SIANG

Albiru duduk berhadapan dengan Setya Noparto.

SETNOP

(sambil menjabat tangan Albiru)

Halo Pak Albiru, sudah lama tidak jumpa. Akhirnya kita punya kesempatan bekerja sama lagi di proyek kali ini.

ALBIRU

Anda kelihatan happy Pak Setnop.

SETNOP

Oh iya dong, harus itu, supaya sehat dan awet muda. Hahahah...

ALBIRU

Maksud Bapak uang kan yang bisa bikin happy?

SETNOP

Ah... Pak Al ini tahu aja. Hahaha...

ALBIRU

Tapi gimana dong, Pak. Hari ini saya nggak bisa bikin Bapak happy.

SETNOP

(cemberut)

Maksudnya?

ALBIRU

Saya akan mengikuti lelang tender itu dengan adil.

SETNOP

(marah)

Loh kamu ini gimana sih. Mau ngerjain saya? Saya ini orang sibuk. Kenapa nggak bilang di telepon? Kenapa harus ketemuan segala? Buang-buang waktu.

ALBIRU

Nggak apa-apa kali Pak, sekali-kali dikerjain.

SETNOP

(menggebrak meja)

APA?? Berani kamu ya sama orang tua.

ALBIRU

Bercanda kok, Pak. Sebagai orang yang lebih tua, harusnya Bapak kasih contoh yang baik untuk generasi penerus seperti saya, bukan malah mengajarkan keburukan seperti suap-menyuap.

SETNOP

Jadi kamu undang saya ke sini cuma buat kasih ceramah.

ALBIRU

Enggak kok, Pak. Hanya mengingatkan saja. Inget sama umur Pak. Hidup kita itu nggak abadi, jadi buat apa numpuk harta yang haram, yang malah jadi tumpukan dosa di akhirat nanti.

SETNOP

Kamu mau alih profesi jadi penceramah, Hah? Mau saya numpuk uang kek, numpuk dosa kek, biar saya yang nanggung, kenapa kamu yang repot. Udahlah kita nggak perlu berhubungan lagi. Saya akan blacklist perusahaan kamu dari tender ini.

ALBIRU

Oh kalau gitu, saya juga boleh dong ceritain tentang Bapak ke orang-orang.

SETNOP

Kamu ngancem saya?

ALBIRU

Kalau gitu, kenapa Bapak mau blakclist perusahaan yang berniat untuk jujur. Itu penyalahgunaan kekuasaan Pak. Saya bakal tutup mulut, asal Bapak nggak semena-mena. Toh suatu hari nanti perbuatan Bapak bakal ketahuan meskipun bukan dari saya.

SETNOP

(beranjak dari kursinya)

Saya nggak takut. Ketahuan pun hukumannya lebih sebentar dari maling ayam.

Setnop bergegas meninggalkan ruangan. Saat hendak membuka pintu Albiru menegurnya.

ALBIRU

Hukuman dunia sih memang enteng, Pak. Tapi di akhirat beda cerita.

(pada dirinya sendiri)

Sejak kapan aku jadi bijak begini. Pasti karena bergaul sama Kakek Ganesh. (menghela napas) Kangen juga sama Kakek Ganesh.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar