Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
61 INT. RUMAH DANU – MALAM
Leen berlari menghampiri Nissa yang sedang menangis sambil terduduk di lantai, sementara Danu berdiri dengan sikap arogan di hadapannya.
DANU
(sambil bertolak pinggang)
Kalau lu masih anggap gue suami lu, harusnya lu bela gue dong. Pantesan kamu diremehin mereka, itu karena kamu lembek, nggak bisa ngelawan.
NISSA
Saya justru lindungin Bapak. Saya nggak mau kalau Bapak dipukulin.
DANU
(hendak memukul)
Lu remehin gue, hah!!
Leen bergegas menghadang pukulan Danu, seraya memeluk Nissa.
LEEN
(berteriak marah)
Cukup, Pak! Leen udah nggak tahan lagi. Kita nggak mau jadi pelampiasan amarah Bapak lagi.
(berdiri dan menghadap Danu)
Ibu nggak pantes diperlakukan kayak gini, Pak. Ibu tulus, peduli dan sayang sama Bapak. Kenapa Bapak tega buat hidup ibu menderita? Ibu nggak pantes buat Bapak, karena Bapak cuma sampah.
DANU
(menampar pipi Leen)
APA? Sampah lu bilang? Lu udah bosen idup, sampe berani sebut gue sampah.
NISSA
(terisak)
Sudah, cukup. Kalian jangan bertengkar!
(pada Leen)
Leen, sudah. Jangan ngomong begitu sama Bapakmu! Minta maaf sekarang, Leen!
LEEN
Leen nggak peduli lagi, Bu. Orang ini udah keterlaluan.
Danu tampak semakin murka, ia menjambak rambut Leen dan menyeretnya keluar.
CUT TO:
62 INT. KANTOR POLISI – RUANG TAHANAN – MALAM
Albiru duduk bersila sambil menyandarkan tubuhnya di tembok. Berkali-kali ia menghela napas dan mengusap wajah. Lalu ia tampak sedang memijit kepalanya. Ia memandang lurus ke depan, tatapannya tampak sendu.
ALBIRU (V.O)
Apa misi terakhirku akan gagal? Apa aku tidak bisa mengubah masa depan, dan membuat Rania hidup kembali?
FADE OUT.
FLASHBACK:
63 INT. AULA PERNIKAHAN – SIANG
Albiru dan Rania yang menikah hari itu, sedang menjalani sesi pemotretan. Mereka berpose di pelaminan hanya berdua saja.
PHOTOGRAPHER
Siap!! 1... 2... 3
Sebuah foto diambil. Tampak Albiru dan Rania berdiri berdampingan dengan pakaian pernikahan bernuansa putih, serta sebuket bunga di tangan Rania. Keduanya tersenyum, namun ada sedikit raut kesedihan dari wajah keduanya.
END FLASHBACK.
CUT TO:
64 INT. KANTOR POLISI – RUANG TAHANAN – SIANG
Albiru mengangkat tubuhnya dengan berat, ia mendekat ke sela-sela teralis untuk berbicara pada seorang petugas polisi yang sedang berjaga di depan ruang tahanan.
ALBIRU
Pak, kenapa saya harus di kurung di sel? Saya kan bukan penjahat?
POLISI
Supaya kamu jera dan nggak menguntit anak itu lagi. Dipikir menguntit bukan kejahatan kali.
(jeda)
Makanya tunjukin KTP kamu, nanti saya bebaskan.
ALBIRU
Apa nggak ada cara lain, selain nunjukkin KTP?
POLISI
Hmmm... asalkan ada orang yang menjamin kalau kamu bukan orang yang berbahaya, kamu bisa keluar.
ALBIRU
(berpikir, lalu bergumam pada dirinya sendiri)
Kalau Kakek Ganesh percuma, dia kan gaib, jadi nggak akan bisa.
(bicara pada petugas)
Ah... ada, Pak. Ada orang yang bisa menjamin saya.
CUT TO:
65 EXT. DEPAN KANTOR POLISI – SIANG
Albiru dan Sanjaya melangkah keluar dari kantor polisi. Albiru tampak tersenyum lega.
ALBIRU
Terima kasih Pak Sanjaya. Kalau bukan karena anda, saya nggak bisa keluar dari sana.
SANJAYA
Ah... ini bukan apa-apa Pak Al. Oh ya, memangnya KTP Pak Al ke mana?
ALBIRU
Oh i-itu, hilang Pak.
SANJAYA
Tapi kan bisa cek nomor induknya.
ALBIRU
Itu dia Pak, saya nggak inget.
SANJAYA
Ya ampun Pak Al. Ya sudah, sekarang Pak Al mau ke mana? Biar saya antar.
ALBIRU
Ah nggak perlu, Pak. Saya pamit di sini saja.
SANJAYA
Oh, ya sudah kalau gitu. Sampai jumpa lagi ya, Pak Al. (beranjak pergi)
ALBIRU
Pak Sanjaya, tunggu sebentar!
(jeda)
Boleh saya peluk Bapak? Ah... maksud saya sebagai tanda perpisahan. Karena mungkin saja, ini adalah terakhir kalinya kita bertemu.
SANJAYA
Apa Pak Al mau bepergian jauh lagi?
ALBIRU
Ya... bisa dibilang begitu.
Sanjaya menghampiri Albiru, menjabat tangannya, lalu memeluknya, seraya menepuk-nepuk punggungnya. Albiru berkaca-kaca.
SANJAYA
Terima kasih untuk semua jasa Pak Al selama ini.
ALBIRU
Sama-sama, Pak. Terima kasih karena sudah memberi saya kesempatan untuk menjadi bagian dari perusahaan Bapak, dan sudah seperti keluarga untuk saya. Semoga kita bisa bertemu lagi di masa depan.
CUT TO:
66 EXT. DEPAN RUMAH DANU – SIANG
Albiru berjalan dengan tergesa menuju rumah Leen. Saat rumah Leen terlihat, ia terkejut karena melihat banyak orang yang berbondong-bondong membawa ember berisi air. Ternyata mereka sedang sibuk memadamkan api dari gudang rumah Leen.
ALBIRU
(bertanya pada salah seorang warga)
Bang, gudangnya kebakaran?
WARGA
Iya Bang, katanya gara-gara Pak Danu sama anaknya bertengkar. Kita lagi nunggu damkar datang, Bang.
ALBIRU
Terus penghuni rumahnya di mana sekarang?
WARGA
Pak Danu kabur, kalau Ibu Nissa sama anaknya masih di dalam.
Albiru masuk ke halaman rumah melalui pintu pagar, menerobos lalu-lalang warga yang turut serta memadamkan api.
Albiru melihat Nissa yang menangis histeris dekat pintu masuk gudang, bersama beberapa ibu yang menahannya agar tidak berlari masuk ke gudang. Albiru segera menghampirinya.
ALBIRU
(panik)
Bu, Leen ada di mana?
NISSA
(sambil menangis)
Di dalam gudang. Apinya susah padam, kami belum bisa masuk. Kayaknya Leen pingsan. Saya harus gimana?
ALBIRU
Pemadam kebakarannya masih jauh?
NISSA
Akses jalan ke sini lumayan sulit, jadi saya nggak tahu berapa lama lagi mereka sampai.
Albiru berdiri menghadap gudang yang terbakar, raut wajahnya tampak cemas. Ia berjalan mendekat ke arah gudang. Tiba-tiba Kakek Ganesh muncul dan menarik lengan Albiru.
KAKEK GANESH
Mau apa kamu?
ALBIRU
Saya harus masuk, Kek.
KAKEK GANESH
Berbahaya. Saya sudah peringatkan kamu sebelumnya kan, kamu bisa saja mati di dalam sana. Dan semuanya berakhir.
ALBIRU
Terus, apa saya harus diam saja dan membiarkan Leen mati? Apa demi misi ini, saya harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau Leen mati sekarang, artinya dia nggak akan punya masa depan kan, Kek.
(jeda)
Dan penyebab kejadian ini, karena saya menyuruh Leen melaporkan bapaknya ke polisi. Pasti karena itu mereka bertengkar. Kalau memang saya harus gagal dan tidak bisa mengubah masa depan, bahkan kalaupun saya harus mati, saya akan menerimanya Kek.
Kakek Ganesh perlahan melepaskan tangannya. Albiru bergegas menghampiri warga yang membawa ember berisi air. Albiru meminta air itu dan menyiramkannya ke sekujur tubuhnya. Ia juga meminjam handuk kecil yang dibawa seorang warga lainnya, membasahinya dan menutup mulut dan hidung dengan handuk itu.
CUT TO:
67 INT. RUMAH DANU – GUDANG - SIANG
Albiru berlari melewati pintu yang masih terbakar sebagian. Ia tampak kesulitan melihat di antara asap yang memenuhi gudang. Api terlihat semakin membesar karena benda-benda yang mudah terbakar. Albiru melihat Leen yang tergeletak tak bergerak di antara karung-karung yang belum terbakar. Albiru segera menghampirinya. Ia bersiap untuk mengangkat tubuh Leen, namun rangka kayu di atasnya tampak bergerak dan akhirnya terjatuh. Refleks Albiru menghalangi runtuhan itu dengan tubuhnya.
Lalu, semua yang ada di pandangan mata Albiru menjadi gelap.
FADE TO BLACK: