Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ALBIRU (skrip)
Suka
Favorit
Bagikan
3. Scene 13 - 18

CUT TO:

13 INT. RUANG KANTOR ALBIRU – SIANG

Jaka bergegas masuk ke ruang kantor Albiru, sambil memegang sepucuk surat resmi di tangannya. Ia menghampiri Albiru untuk menyerahkan surat itu.

JAKA

Pak Al, ini ada surat. Saya nggak berani buka, perasaan saya nggak enak, Pak.

Untuk sejenak, Albiru hanya terdiam. Dengan ragu, ia mengambil surat itu dari tangan Jaka. Perlahan ia membacanya. Lalu, dengan lemas Albiru menjatuhkan tubuhnya ke kursi. Surat itu tergeletak di atas meja, terlihat logo KPK di sudut atasnya. Surat itu bertuliskan ‘SURAT PANGGILAN’.

CUT TO:

14 INT. RUMAH ALBIRU – MALAM

Albiru duduk di sofa ruang tengah, sambil memijit-mijit kepalanya.

RANIA

Al, ada yang harus aku bicarakan sama kamu. Ini penting. Aku udah nggak sanggup simpan rahasia ini lagi. Aku takut, Al.

ALBIRU

(kesal)

Jangan sekarang! Aku lagi nggak fokus. Mau gila rasanya.

RANIA

(panik)

Kamu kenapa, Al? Ada apa memangnya?

ALBIRU

Aku ketahuan, Ran. Aku nggak ngerti kenapa bisa ketahuan.

RANIA

Ketahuan? Ketahuan apa?

ALBIRU

Aku... aku menyuap pejabat kementerian supaya bisa menang tender proyek. Dan hari ini, aku dapet surat panggilan dari KPK.

Rania menangkupkan telapak tangannya ke mulut.

RANIA

(marah dan panik)

Apa? Suap? Ke-napa bisa ka-mu lakukan itu? Kamu tahu itu kejahatan. Kamu harusnya udah tahu kalau akibatnya bakal begini. Tapi... tapi gimana bisa? A-ku nggak nyangka, selama ini kamu berbuat seperti itu? Sejak kapan kamu...

Albiru menyelak, lalu berteriak sambil mengacungkan telunjuknya ke wajah Rania.

ALBIRU

Udahlah! Daripada kamu cuma bisa teriak-teriak sambil nyalahin aku, mendingan kamu diem! Kamu nggak membantu sama sekali.

(jeda)

Dan memang nggak ada yang bisa kamu lakukan.

Rania terpaku, raut wajahnya tampak sangat marah dan kecewa. Ia bergegas menuju kamar, lalu membanting pintu.

Sementara Albiru terduduk lemas di atas sofa.

FADE IN:

15 INT. RUMAH ALBIRU – PAGI

Albiru terbangun di atas sofa. Semalaman ia tidur di sana. Dengan lesu, Albiru mengangkat tubuhnya. Sambil berusaha mengumpulkan kesadarannya, Albiru menuju kamar untuk melihat keadaan Rania. Namun Rania tak ada di sana.

Albiru menjelajahi seluruh ruangan di rumahnya untuk menemukan keberadaan Rania. Namun nihil, Rania tak ada di mana pun. Dengan wajah yang tampak cemas, Albiru berdiri mematung di tengah rumahnya.

ALBIRU (V.O.)

Aku rasa, aku telah melakukan kesalahan fatal. Sejak menikah dengan Rania, untuk pertama kalinya aku merasa takut.

(jeda)

Rahasia apa yang akan Rania beri tahu padaku tadi malam? Dan pergi ke mana dia sekarang? Firasat burukku mengatakan, bahwa aku telah melukai orang yang kucintai dengan tanganku sendiri.

FADE OUT.

16 EXT/INT. JALAN RAYA – MOBIL ALBIRU – SIANG

Albiru dan Jaka sedang dalam perjalanan menuju gedung KPK.

ALBIRU

Jack... apa Rania nggak menghubungi kamu?

JAKA

Enggak, Pak. Emangnya Bu Rania nggak ada di rumah?

ALBIRU

Emm... iya. Dia nggak bilang waktu mau pergi, mungkin karena saya masih tidur. Tapi handphone-nya juga nggak aktif.

JAKA

Mungkin, Bu Rania ada urusan mendesak.

ALBIRU

Mungkin. Nanti, coba kamu terus hubungi dia, ya!

JAKA

Baik, Pak.

Albiru sejenak melamun, sambil melihat keluar jendela.

ALBIRU

Jack, menurut kamu siapa yang melaporkan saya? Apa mungkin Setya Noparto berkhianat?

JAKA

Hmm... kelihatannya Pak Setya Noparto bukan orang yang seperti itu. Dia orang yang licik dan gila uang.

ALBIRU

Jaka! Maksud kamu apa? Kalau kamu bilang dia licik, berarti saya juga dong? Saya kan kerja sama dengan dia.

JAKA

(bergumam pelan)

Lah... emang iya.

(meninggikan suara)

Mmm... bukan gitu maksud saya, Pak. Kalau memang Pak Setya yang menjebak Pak Al, Pak Al nggak akan dipanggil KPK, tapi kepolisian atau kejaksaan.

ALBIRU

Oh iya, kamu bener. Kalau KPK yang menangani kasusnya, itu karena yang terlibat adalah seorang pejabat kementerian. Jadi nggak mungkin Setya Noparto yang melaporkan dirinya sendiri. Berarti ada whistleblower di sana.

(jeda)

Aakkhh... kenapa orang itu bisa sampai ketahuan, sih? Padahal saya udah wanti-wanti dia supaya nggak ketahuan. Benar-benar orang yang nggak bisa dipercaya.

Albiru kembali terdiam, seraya mengusap wajahnya beberapa kali.

ALBIRU

Jack... kira-kira berapa lama saya akan dipenjara?

JAKA

(ragu)

Hmm... mungkin 3 sampai 5 tahun?

ALBIRU

Sial!! Bisa-bisa perusahaan kacau, kalau saya tinggalkan selama itu.

Albiru menyandarkan tubuhnya dengan lemas, seraya memejamkan mata.

SFX: Ponsel Albiru berdering.

ALBIRU

Halo!

(O.S.)

Halo! Apakah anda keluarga dari saudari Rania?

ALBIRU

Iya benar, saya suaminya. Ada apa, ya?

(O.S.)

Saya dari Rumah Sakit Alamanda, mengabarkan bahwa istri anda, saudari Rania mengalami kecelakaan. Dan saat ini sedang dilakukan operasi darurat. Untuk itu...

Albiru menjatuhkan ponselnya karena tangannya tiba-tiba lemas. Ia terdiam dan matanya mulai berkaca-kaca.

CUT TO:

17 INT. RS ALAMANDA – DEPAN RUANG OPERASI – SORE

Albiru mondar-mondir dengan panik di depan ruang operasi. Sesekali ia memijat kepalanya, atau berjongkok di lantai dengan kepala tertunduk. Sementara Jaka, duduk di kursi sambil khusyuk memanjatkan doa.

Setelah berjam-jam berlalu, akhirnya dokter yang memimpin operasi keluar dan menghampiri Albiru.

ALBIRU

Bagaimana, Dok?

Dokter laki-laki paruh baya itu menunduk lesu dengan tangan kanan mendekap tangan kirinya.

DOKTER

Maaf, Pak. Kami tidak bisa menyelamatkan istri Bapak.

Albiru tampak syok, lalu mulai menangis. Tangannya mencengkeram baju dokter itu.

ALBIRU

Apa anda bilang? Gimana bisa istri saya nggak selamat, hah? Dia baik-baik saja sampai kemarin. Apa yang sudah kalian lakukan padanya, Hah?

Jaka berusaha menenangkannya dan menariknya untuk menjauh.

JAKA

Pak, tenang Pak! Dokter sudah berusaha. Ini sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Bapak harus ikhlas!

Albiru mendudukkan tubuhnya di lantai dengan lemas, lalu menyandarkan kepalanya di tembok. Ia menangis tersedu.

CUT TO:

18 INT. RS ALAMANDA – RUANG JENAZAH – MALAM

Albiru berjalan perlahan menuju jasad Rania terbaring. Dengan tangan gemetar, ia membuka kain putih yang menutupi wajah Rania. Seketika tangis Albiru kembali pecah. Ia memeluk jasad sang istri sambil menangis tersedu.

FADE OUT.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar