Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
61. KAMAR DODI ELIN-TENGAH MALAM
Dodi dan Elin terlihat tengah tidur. Tapi ternyata Dodi bangun dan beranjak dari kasur. Lalu ia menyelinap ke luar kamar.
Sedangkan Elin diam-diam memperhatikan Dodi yang menyelinap, dan membuntutinya dari belakang.
Ternyata Dodi menaiki tangga yang artinya akan menuju kamar Ranaya.
Elin memperhatikannya dari bawah untuk beberapa saat, kemudian mengikuti Dodi setelah merasa aman.
CUT TO
62.KAMAR RANAYA-TENGAH MALAM
Ranaya masih terisak dan meringkuk di kasur. Dia tak ingin menuliskan cerita ini dengan darahnya. Tapi tiba-tiba Dodi masuk, dan dia melirik ke arah makanan yang belum disentuh.
DODI
RANAYA
DODI
Dodi mengecek tulisan Ranaya. Kemudian melihat sipidol dan kertas kosong masih tergeletak asal di sebelah Ranaya.
DODI
Ranaya hanya diam dalam posisi yang sama.
DODI
RANAYA
DOdi menghampiri Ranaya sambil menggeram. Kemudian dia kembali mengambil paksa kaki Ranaya dan menghujam lukanya dengan spidol.
Ranaya sontak menjerit sejadinya. Namun Dodi tak peduli. Dia terus mengoyak luka Ranaya. Darah segar kemabli mengalir deras. Beberapa cipratannya bahkan mengenai kasur.
DODI
Dodi bangun dan melempar spidol ke depan Ranaya.
DODI
Dodi berjalan menuju meja rias dan duduk di kursinya.
Perlahan Ranaya mengambil spidol dengan tangan gemetar. Dia menatap sinis Dodi penuh dendam. Tekadnya sudah bulat. Dia akan melawan balik dan menjalankan rencana ke dua mulai malam ini.
Dengan air mata yang semakin bercucuran Ranaya mulai menulis. Dia juga hampir muntah saat melihat warna merah darah yang pekat bercampur warna putih dari nanah, mengisi kertas kosong.
INSERT-TUMPUKAN KERTAS DI ATAS PAHA RANAYA
Kurir itu, sepertinya tidak mendengar teriakan dan hentakkan kakiku. Buktinya tidak ada tanda-tanda perlawanan dari dia untuk menyelamatkanku. Atau, bisa jadi dia tak ingin membahayakan diri.
Entahlah. Yang jelas aku tak punya peluang lain untuk minta pertolongan kecuali berjuang seorang diri, sampai salah satu atau mungkin kami semua mati di rumah ini.
Ranaya terus menulis meski harus kesakitan setiap menempelkan ujung spidol pada lukanya karena tintanya sudah kering.
Saat masih menulis, Ranaya membetulkan posisi. Saat itu lah, paha Ranaya sedikit tersingkap.
Dengan cepat Ranaya berusaha menutupinya, setelah menyadari Dodi menatap Ranaya tak berkedip.
DODI
Ranaya yang ketakutan tiba-tiba mendapat ide untuk menghasut Dodi. Namun belum sempat Ranaya beraksi, kita melihat Dodi menoleh ke arah tembok meja rias. Dia melihat ada coretan berwarna hitam dari bolpoin dan merah dari spidol. Dodi kemudian menarik meja rias lebar-lebar.
Kini, terlihat jelas coretan-coretan Ranaya agar semua tinta alat tulisnya segera habis. Ranaya jelas ketakutan setengah mati. Dengan penuh emosi Dodi langsung menghampiri Ranaya, menariknya secara paksa menuju tembok itu.
DODI
Ranaya yang kembali menangis hanya bisa menggeleng.
DODI
Dodi mencengkram leher Ranaya dan mendorongnya ke tembok.
Ranaya berusaha keras untuk membebaskan diri. Tapi makin Ranaya berontak, Dodi mencekiknya kian kuat.
Dalam kondisi terdesak, Ranaya spontan menendang bagian vital Dodi dan berhasil. Dodi seketika membungkuk dan menjauh. Momen itu Ranaya manfaatkan untuk mendorongnya hingga terjatuh.
Kini Ranaya ada di atas Dodi yang terbaring sambil menapakkan kakinya di leher Dodi.
Bukannya takut, Dodi malah tertawa tanpa suara melihat Ranaya. Lalu dengan perlahan DOdi meraba kaki Ranaya.
DODI
Ranaya yang kesal, semakin menekan kakinya dan membuat Dodi mengerang kesakitan.
DODI
Dodi menarik kaki Ranaya secara tiba-tiba dan membuat Ranaya terjerembab ke belakang.
Ranaya meringis sambil memegang kepala bagian belakang yang terbentur lantai.
Dodi mendekati Ranaya yang masih terbaring sambil kembali meraba kaki Ranaya.
DODI
Ranaya berusaha mengendalikan rasa takutnya.
RANAYA
Dodi yang hampir menindih Ranaya, merubah posisinya menjadi setengah duduk sambil tersenyum miring.
DODI
Ranaya memanfaatkan momen itu untuk duduk, kemudian mengangkat bahunya sekali.
DODI
Ranaya menghela napas.
RANAYA
DODI
Ranaya bangun dari kasur dan berjalan tertatih menuju lemari pakaian.
RANAYA
Ranaya membuka lemari baju dan mengambil gaun mahal yang cukup terbuka.
RANAYA (CONT'D)
Ranaya memutar-mutar gaun itu.
DODI
(Tertawa)
Ranaya yang sedang berputar dengan gaunnya, berhenti.
RANAYA
Ranaya mengedipkan satu matanya.
Dodi mendekati Ranaya dengan tatapan nakal, kemudian mengangkat dagu Ranaya
DODI
RANAYA
Dodi menatap Ranaya sambil berlalu. Dia sengaja membiarkan pintu besinya terus terbuka sesuai keinginan Ranaya.
CUT TO
63.MOVING SHOT
Dodi terus turun menuruni tangga. Saat melewati setiap ruangan, Dodi pasti menoleh untuk mencari keberadaan Elin. Ternyata Elin ada di kamar sedang tidur.
CUT TO
64.DAPUR-TENGAH MALAM
Hingga akhirnya Dodi tiba di dapur. Matanya tertuju pada tempat pisau yang ada di sana. Tapi, dia tidak menemukan pisau daging yang ukurannya paling besar.
ELIN
Elin tiba-tiba datang dari belakang dan langsung menempelkan ujung pisau daging yang dimaksud pada pinggang kanan Dodi.
Dodi yang sempat terkejut, tak bisa berkutik.
DODI
ELIN
DODI
Elin sedikit menekan pisau itu, dan mengakibatkan luka kecil pada perut Dodi
Dodi menggeram, diirigi darah yang perlahan menembus kain bajunya.
DODI
ELIN
Di bawah ancaman Elin, mereka berjalan menuju kamar.
CUT TO