Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tinta Darah
Suka
Favorit
Bagikan
1. 01 Ranaya pulang dari Australia

MAIN TITLE

CREDIT TITLE

01.ESTABILISHOT BANDARA SORKARNO HATTA-SIANG

Hiruk pikuk pintu terminal 1 kedatangan luar negeri.

Ranaya (22) wanita cantik berdarah sunda berjalan ke luar sambil menyeret koper besar.

Setibanya di lobby, Ranaya langsung menuju mobil elf milik travel yang dia pesan untuk mengantarnya ke Bandung.

CUT TO

02.EXT.INT.MOBIL TRAVEL

Ranaya masuk ke dalam mobil yang telah terisi hampir penuh.

Setelah satu penumpang naik, mobil mulai berjalan.

Ranaya melihat keluar jendela, memperhatikan penampilan Jakarta yang sudah banyak berubah setelah sekian lama.

Perlahan Ranaya mulai mengantuk dan tertidur.

Perjalanannya masih panjang. Dari lokasi drop off di Bandung, Ranaya masih harus menggunakan Taxi menuju Lembang.

CUT TO

03.EXT.HALAMAN RUMAH BESAR DENGAN MODEL BELANDA KLASIK-MALAM.

Ranaya turun dari taxi membuka pintu gerbang dan berjalan menuju rumah.

Ranaya tersenyum sambil menghela napas memandangi keadaan villanya yang mulai ditumbuhi ilalang karena sudah tidak ada lagi pekerja yang membantu alm. ke dua orang tuanya membersihkan villa.

Sesampainya di depan pintu, Ranaya mengetuk pintu. Wajahnya terlihat gusar menanti seseorang membuka pintu.

Seorang laki-laki bernama Dodi (45) akhirnya membuka pintu. Pria itu menatap Ranaya keheranan.

DODI

Saha nya?

RANAYA

Mang Dodi?
DODI
Bukan. Neng milarian saha?
RANAYA
Maaf, saya Ranaya.
DODI
(TERKEJUT)
Ya ampun! Neng Rana! Hayuk hayuk masuk!

Dodi merangkul nahu Ranaya dan mengajaknya masuk.

CUT TO

04.INT.RUMAH.MALAM

DODI

Ibuuk, ibuuk, kadieu gera! Aya Neng Rana.

Elin (44) berjalan santai sambil mengelap tangan yang basah.

ELIN

Aya naon sih, Pak teriak-teriak.

Dodi menghampiri Elin dan meraih tangannya agar berjalan lebih cepat.

DODI

Itu, Neng Rana tos dugi.

Langkah Elin terhenti ketika berhadapan dengan Ranaya dan sontak mengigit bibir bawah hingga sedikit bergetar.

DODI

Ibuuk, naha diem aja?

ELIN

Eh, ya ampun Neng Rana udah sampai. Hayuk duduk dulu.

Mereka duduk.

RANAYA

Maaf Mang Dodinya kemana ya?

DODI

(Tertawa)
Ini Mang Dodi. Emangnya Neng Rana udah lupa, ya?

RANAYA

Loh, tadi katanya bukan.

DODI

Oh, em, itu.

Elin mendelik kesal ke arah Dodi.

ELIN

Biasalah amangmu kan emang iseng orangnya. Lagian kami kan bukan yang punya rumah, jadi harus jaga-jaga kalau ada orang asing.

RANAYA

(Tertawa)
Oh, aku kira salah rumah. Soalnya ...

Ranaya tertunduk, intonasi suaranya turun.

RANAYA (CONT'D)

Aku terakhir ketemu Amang dan Bibi kan saat umur dua tahun.

ELIN

Iyaa Neng. Bibi juga meni pangling.

Ranaya mengangkat kepalanya.

RANAYA

Mang, Bi. Sebelumnya Ranaya mau minta maaf atas apa yang dulu Mama Papa lakukan ke Mang Dodi dan Bi Elin. Maaf sekarang aku malah ngerepotin.

DODI

Teu nanaon geulis. Ayeunamah geus jadi tugas Mang dan Bibi buat ngejagain kamu. Amang dan bibi malah gak inget sama sekali dengan yang dulu.

ELIN

Leres eta, Neng. Geus, ulah jadi pikiran. Ayeuna Neng Rana istirahat aja dulu, ya. Pasti capek.

DODI

Eeeh si ibu kumaha sih. Ya tuang heula atuh. Udah malem. Neng Rana pasti lapar.

Elin bangkit.

ELIN

Oh iya. Hayuk hayuk urang tuang heula, nya?

Elin menghamiri Ranaya dan merangkulnya.

Sambil terus merangkul Ranaya, Elin dan Ranaya berjalan menuju meja makan. Dodi mengikuti mereka dari belakang sambil membawa koper Ranaya.

CUT TO

05.INT.RUANG MAKAN-MALAM

Elin menarik kursi untuk Ranaya. Kemudian membuka tudung saji setelah Ranaya duduk.

DODI

Neng, ini Mang Dodi simpen di kamar atas, ya.

RANAYA

Oh, iya. Makasih banyak, Mang.

ELIN

Punten ya Neng, makanannya cuma kaya gini.

RANAYA

Oh, aku justru suka banget nasi liwet, sambel, sama lalap, Bi. Udah lama banget gak makan ini semua.

Dodi datang dengan wajah sumringah dan langsung duduk di meja makan.

DODI

Hayuk atuh mangga dituang.

Ranaya tersenyum kebingungan.

RANAYA

Dituang?

ELIN

Hihi, Neng Rana gak ngerti ya? Dituang artinya dimakan. Itu bahasa sunda paling halus.

RANAYA

Ooohh, aku pikir dituang semuanya dituangin. Hahaha.

Elin dan Dodi ikut tertawa.

Kemudian mereka bergantian mengambil makan.

Mereka makan sambil bergurau dan bertukar cerita.

DODI

Mang Dodi turut berduka cita ya, Neng atas meninggalnya Papa Mama.

RANAYA

Iya, Mang. Makasih. Sekali lagi Ranaya minta maaf, ya karena dulu mama papa pernah memutus komunikasi.

ELIN

Udaah, tong dibahas deui, ya. Sekarang Neng Rana udah kita anggap anak sendiri. Jadi jangan sungkan lagi, ya.

Elin mengusap bahu Ranaya.

ELIN (CONT'D)

Eh, iya. Neng Rana sekarang sibuk apa?

Ranaya tersenyum sambil menunduk.

RANAYA

Sekarang aku sibuk nulis Bi.

ELIN

Nulis? Nulis apa?

RANAYA

Nulis novel, Bi.

DODI

Oh ya? Bagus atuh. Mang Dodi juga punya temen penulis. Namanya abadi sampai sekarang. Gak kaya Mang Dodi yang terlilit hutang.

Elin menoleh emosi pada Dodi

ELIN

BAPAK! NAON SIH?

ELIN(CONT'D)

Hebat kamu Neng udah jadi penulis.

RANAYA

Eh, enggak juga Bi. Soalnya aku penulis baru jadi belum begitu banyak pembacanya.

Ranaya menghela napas.

RANAYA (CONT'D)

Yaahh, walaupun cuma cukup untuk biaya aku sendiri. Soalnya semua bisnis papa di sana kan udah bangkrut karena aku belum mengerti. Tapi karena menulis juga akhirnya aku bisa bangkit dari depresi setelah ditinggal mama papa secara bersamaan. Apalagi aku gak bisa melihat jasad mereka karena sudah hilang di laut.

ELIN

Ya udah teu nanaon Neng. Namanya juga masih penulis baru. Kamu sembuh aja, Mang Bibi udah bersyukur pisan.

DODI

Oh iya. Kamu biasanya nulis tentang apa?

RANAYA

Saat ini aku masih coba semuanya sih. Drama iya, percintaan iya, horror, misteri, semuanya aku coba. Buat melatih kemampuan dan mencari yang cocok di mana.

DODI

Oooo kitu.

RANAYA

Iya, gak mudah ternyata, Mang. Selain harus kuat karakter menulisnya, juga karena banyak pesaingnya. Tapi kalau sudah ada satu cerita yang diminati banyak orang, jalannya pasti terbuka lebar dan bisa menghasilkan banyak uang.

Eksprei Dodi tiba-tiba berubah. Dodi menatap tajam Ranaya penuh ambisi.

DODI

Hhhmmm, Mang Dodi punya ide. Gimana kalau kamu bikin cerita tentang seorang gadis yang disiksa dan dibunuh oleh orang yang menyamar jadi paman dan bibinya?

Ranaya terkejut mendengar ide pamannya.

RANAYA

Wah, boleh juga tuh Mang. Belum pernah ada kayanya.

Dodi tersenyum. Sementara Elin keheranan menatap suaminya yang bicara seperti itu.

RANAYA (CONT'D)

Tapi, itu bukan Amang dan Bibi kan?? Soalnya aku kan udah lupa wajahnya Amang dan Bibi. Jadi bisa aja, Amang dan Bibi adalah orang lain.

Seketika suasana hening. Elin dan Dodi terlihat tegang.

RANAYA

HAHAHAHAHA! Aku cuma becanda.

ELIN

Ya gak mungkin atuh, Neng. Hahaha.

RANAYA

Iya, Bi. Gak mungkinlah. Soalnya kan Lisa udah ketemu Amang Bibi. Jadi gak mungkin salah orang.

ELIN

Lisa? Siapa?

RANAYA

Itu loh sahabatku yang ngabarin Amang Bibi waktu aku mau pulang ke Indonesia.

Elin dan Dodi kembali tegang dan bersitatap.

ELIN

Oooh iyaaaa, yang rambutnya panjang itu, ya?

Ranaya mengerenyitkan dahi.

RANAYA

Lisa rambutnya sebahu, Bi.

DODI

Iih ibuk, itu mah anak pak RT yang dateng kesini.

Dodi menatap tajam istrinya.

ELIN

Ehee, maklum ya Neng. Bibi udah tua jadi pelupa.

RANAYA

Oh gak apa-apa Bi. Kan Lisa juga baru sekali ketemu Amang Bibi. Rencananya besok aku mau minta dia kesini untuk ambil oleh-oleh. Buat Amang Bibi juga ada kok.

Elin dan Dodi saling berpandangan.

Ranaya bangkit.

RANAYA

Amang Bibi. Aku pamit istirahat dulu, ya.

ELIN

Oh iya. Sok, mangga mangga Neng.

DODI

Kalo butuh apa-apa panggil aja, ya.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar