Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tinta Darah
Suka
Favorit
Bagikan
4. 04

22.EXT.PEKARANGAM SAMPING RUMAH-SIANG

Ranaya berhasil membuka pintu dan langsung berlari keluar.

Dilihatnya pintu gudang sedikit terbuka, dengan Dodi berada di ujung pekarangan.

Ranaya berniat sembunyi di sana karena untuk berlari ke luar rumah tidak lah mungkin sebab Bibi Elin masih mengejarnya.

Jarak rumah dengan gudang lumayan jauh dan dipenuhi rumput ilalang yang tinggi.membuat Ranaya kesulitan melangkah. Namun Ranaya tetap berusaha menyelamatkan diri dengan cara menelpon orang tua Lissa dari telpon genggamnya.

INSERT-TELEPON GENGGAM LISA

Ranaya mencoba menelpon orang tua Lissa untuk meminta pertolongan sambil terus berlari. Suara sambubgan telepon samar-samar terdengar.

Sial, Ranaya terjatuh karena kakinya tersangkut rerumputan kering. Ponsel Lisa pun terpental. Ranaya tidak tahu lagi apakah oramg tua Lissa sempat menjawab telepon karena ponsel Lissa seakan ditelan oleh ilalang. Tak ada waktu untuk mencarinya.

Mendengar suara langkah kaki cepat, Dodi yang tengah menyiapkan pembakaran dua mayat menoleh ke belakang.

Seketika Dodi menghentikan kegiatan dan berjalan menghapiri Ranaya.

Ranaya semakin ketakutan dan mempercepat larinya, membelah ilalang.

CUT TO

23.INT.RUMAH LISA- SIANG

INSERT-PONSEL IBU LISA BERDERING

Ibu Lissa yang sedang menonton tivi mengangkat telponnya

Ibu Lissa
Ya, halo, kenapa, Nak?

Bukannya jawaban dari Lissa, justru suara benda jatuh diantara semak-semak yang terdengar oleh kita semua.

Ibu Lissa
HALO?! LISSA? KAMU KENAPA, NAK?

Kali ini suara rumput yang bergesekan yang terdengar. Membuat Lissa mulai panik.

Ibu Lissa.
Lissa? Kamu kenapa, nak? Halo?!

Karena tak ada jawaban, Ibu Lissa semakin panik.

Ibu Lissa
Pah! Papah! Lissa, Pah!

Ibu Lissa menghampiru suaminya di teras.

CUT TO

24. EXT-TERAS RUMAH LISSA-SIANG

Ayah Lissa
Kenapa Lissa?
Ibu Lissa
Kayanya dia kecelakaan, Pah!
Ayah Lissa
Ah! Ibu ini. Kecelakaan kok kayaknya?
Ibu Lissa
Beneran, Pah. Lisa barusan telepon tapi pas ibu angkat, kayanya telepoannya jatuh gitu, Pah. Ada suara gesekan rumput juga.
Ayah Lissa
Oh, ya berarti handphone Lissa jatuh di rumput. Cuma anak itu belum sadar aja hapenya ilang.
Ibu Lissa
Tapi, kalo ternyata kecelakaan gimana, Pah?
Ayah Lissa
Ya, gak mungkin, Bu. Kalo kecelakaan, pasti bunyinya lebih kencang karena ada suara benda berat yang terbentur dan suara kaca pecah. Tadi suaranya gak seperti itu, kan?

Ibu Lissa mengangguk.

Ayah Lissa (Cont D)
Ya, sudah. Ibu tenang. Ini pasti anak itu ponselnya kepencet karena dia terlalu asik, terus hapenya jatuh ke rumput.

Ibu Lissa berusaha menenangkan diri.

CUT TO

25. INT-GUDANG-SIANG

Ranaya berhasil mencapai gudang lebih dulu dan menerobos masuk.

Bau busuk menghantam hidung Ranaya. Dia sontak menutup hidung. Hampir berbarengan dengan terkejutnya melihat sepasang mayat di gudang.

Ranaya menjerit. Kemudian dia memperhatikan wajah dan fisik ke dua mayat itu.

Berdasarkan ciri fisik yang Lisa sebutkan, ke dua mayat itu sangat sesuai dengan gambaran Mang Dodi dan Bi Elin.

RANAYA

Gak mungkin. Gak mungkin.

Keringat membasahi sekujur tubuh Ranaya. Disertai napas yang menderu.

Fx suara pintu dibanting.

Ranaya menoleh dan segera berlari menuju pintu dan mengguncangkannya kuat-kuat.

RANAYA

BUKAAA!! BUKAAA!! TOLOOOOONGGG!!

Ranaya berlari menuju jendela dan menggedor-gedornya.

RANAYA

TOLOOOOOONGGG!! TOLOOOONGG!!

Elin dan Dodi palsu muncul di depan jendela. Elin mendekatkan wajah ke jendela hingga hampir menempel.

ELIN

Percuma saja teriak. Gudang ini jauh dari jalan. Bahkan celah dan fentilasinya sudah disemen.

Ranaya mundur beberapa langkah kemudian melihat sekiling gudang. Benar saja, fentilasi udara pun sudah tertutup semen.

Ranaya berlari menuju jendela dan menatap Elin Dodi palsu dengan penuh emosi.

RANAYA

BUKAAA! BUKA PINTUNYA!!

Elin dan Dodi palsu pergi dari depan jendela, ke arah pintu.

Beberapa detik kemudian, suara kunci pintu terbuka.

Ranaya langsung berlari sekencangnya menuju pintu.

Kemudian dari dalam kita melihat Dodi membuka pintu.

Ranaya berniat menerobos Dodi. Namun Dodi sugap menahan tubuhnya.

Ranaya sontak memberontak dan melawan.

RANAYA

LEPASIN SAYA! LEPASIN SAYAA!

Dodi mendorong tubuh Ranaya kembali masuk ke tengah gudang disusul Elin, hingga Ranaya tersandung kaki mayat Dodi asli dan terjerambab di sebelahnya.

Ranaya menoleh ke mayat itu, kemudian menatap marah pada dodi dan Elin.

RANAYA

SIAPA KALIAN??? APA YANG KALIAN MAU?

ELIN

Naon ceunah? Saha urang? Hahahaha. Kami Mamang dan Bibimu sekarang. Orang yang akan mewarisi rumahmu setelah kamu mati.

RANAYA

Hak warisku terlindungi hukum. Aku punya pengacara untuk itu.

Dodi memposisikan diri setengah duduk dengan satu lutut di bawah. Kemudian mendekatkan wajah kepada Ranaya.

DODI

Tapi dia tidak tahu dan tidak ada satu orang pun yang tahu seperti apa Dodi dan Elin.Orang tuamu terlalu sombong sehingga tak mau ada orang lain yang tahu soal Dodi dan Elin si adik miskin.

Dodi bangkit dari posisinya.

DODI

Jadi, yang mereka tahu, kami adalah Dodi dan Elin yang menemukan mayatmu.

Ranaya segera bangkit dan berusaha untuk membebaskan diri. Namun kakinya dihadang oleh Elin sehingga Ranaya kembali terjatuh tepat mengenai wajah.

Ranaya menggeram kesakitan.

Belum sempat dia bangun, Elin meraih rambutnya dan menjambak Ranaya supaya berdiri.

Ranaya kembali menggeram. Tangan kakinya berusaha melawan.

Dengan sigap Dodi mencengkarm lengan ranaya, menariknya kebelakang dan terus memegangnya kuat-kuat.

Dodi dan Elin memaksa Ranaya keluar dari gudang.

CUT TO

26.EXT.PEKARANGAN BELAKANG RUMAH-SIANG.

Dodi dan Elin yang mengapit Ranaya membawanya masuk kembali ke rumah.

Sekuat tenaga Ranaya berusaha memberontak.

RANAYA

TOLOOOONG! TOOLOOOOOOONG!

Ranaya berteriak lebih kencang.

Elin seketika membekap mulu Ranaya dengan tangan kanan sementara tangam kiri masih menjambak rambut Ranaya.

Ranaya sontak menggigit tangan Elin.

Elin menggeram kesakitan dan melepaskan bekapannya.

Tangan kiri elin yang masih menjambak kian menarik rambut Ranaya.

Ranya sontak menggeram.

ELIN

KURANG AJAR MANEH!

Dodi mendorong Ranaya lebih kuat, hingga ranaya hampir terjatuh.

RANAYA

TOOLOOOONG! TOLOOOOO-

Elin kembali mendekap mulut Ranaya yang langsung disambut dengan gigitan kuat-kuat. Namun Elin menahan tangannya tetap digigit Ranaya.

Ranaya menggigitnya kian kuat.

ELIN

EERRRGGHH!

Darah mengalir dari mulut Ranaya karena tangan Elin berdarah.

CUT TO

26.INT.RUANG BELAKANG-SIANG

Elin melepaskan tangannya sambil menggeram karena menahan sakit, hampir bersamaan dengan Dodi yang mendorong Ranaya hingga tersungkur.

Ranaya meludah darah Elin yang ada di dalam mulutnya.

Dodi melangkah beberapa langkah, kemudian satu tendangan mendarat di perut Ranaya.

Ranaya menggeram dan terbatuk menerima hantaman itu. Kedua tangannya memegangi perut.

Sementara Elin menutupi tangan kanannya yang berdarah dengan tangan kiri.

RANAYA

Jika kalian mau rumah ini, silahkan! Aku bisa bicarakan itu dengan pengacara.

Dodi kembali berlutut kemudian mencengkram pipi Ranaya.

DODI

TAPI URANG HOYONG LEBIH DARI ETA!

Dodi melepaskan Pipi Ranaya dengan kasar.

DODI

Rumahmu ini, hanya cukup untuk melunasi hutang kami beserta bunganya. Kalaupun lebih, tak sampai sepuluh juta.

Dengan tidur miring Ranaya terisak.

RANAYA

(BERTERIAK DAN MENANGIS)
Lantas kalian mau apa lagi? Aku tidak punya apa-apa selain rumah ini. Semua warisan orang tuaku sudah habis. Silahkan saja tanyakan pada pengacaraku nanti jika tidak percaya!

Dodi kembali berlutut.

DODI

(TERTAWA SINIS)
Kami bukan hanya mau rumahmu.

Dodi mendorong kening sebelah kanan Ranaya dengan telunjuk sebanyak dua kali.

DODI

Kami juga mau isi kepalamu!

RANAYA

Maksudnya? Kalian akan menjual otakku?

Dodi dan Elin terbahak.

ELIN

DASAR BOLOHO!

Dodi melangkah ke samping Ranaya dan berjalan pelan mengitarinya.

Mata Ranaya waspada mengikut langkah kaki Dodi

DODI

Kami ini sudah membayangkan, uang royalti yang akan kami dapatkan jika kamu menuliskan kisah nyatamu selama di sini hingga kami seoalah menemukan mayatmu nanti.

RANAYA

ENGGAK! AKU GAK AKAN SUDI!

Ranaya berusaha bangkit sambil menahan perutnya yang teramat sakit. Namun sebelum Ranaya sepenuhnya bangkit, Dodi menendangnya lagi dari belakang.

Ranaya kembali jatuh dan kali ini tak begerak.

Elin dan Dodi palsu saling berpandangan.

ELIN

PAEH KITU?

Dodi menendang pelan kaki Ranaya. Namun Ranaya tak merespon.

ELIN

AH! Si Bapak mah. Kata ibu juga jangan keras-keras! Lamun hoyong duit tambahan, ieu budak ulah nepika maot ayeuna. Ari geus maot kieu rek kumaha nulis novelna??

DODI

Moal maot cuma ditendang mah. Paling pingsan ini.

Dodi duduk dan mendekatkan telunjuk ke hidung ranaya.

DODI

Tuh, bener kan cuma pingsan.

ELIN

Ya udah atuh, pindahkeun ka kamar.

DODI

Hayuk bantuan

Elin dan Dodi bahu membahu mengangkat tubuh Ranaya dan membawanya ke kamar atas.

CUT TO

27.KAMAR RANAYA-SIANG

Dodi dan Elin berhasil masuk ke kamar Ranaya. Kudian menghempaskan tubuh Ranaya di atas kasur.

Mereka memandang bengis kepada Ranaya beberapa saat.

ELIN

Tong hilap pintuna dipager ayeuna. Takut keburu sadar ieu budak.

Dodi hanya mengangguk, kemudian mereka keluar kamar bersamaan.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar