Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
45.KAMAR RANAYA-PAGI
Pagi-pagi sekali Ranaya sudah bangun dan menulis sedari tadi dengan tinta merah.
Senyum tipis tersungging di bibirnya karena spidol merah yang ia pakai, warnanya sudah semakin pudar. Itu artinya tintanya akan segera habis. Ranaya pun semakin semangat menulis.
Lalu saat sedang asyik menulis di meja rias, Dodi masuk membawa sarapan.
Dodi tersenyum senang.
DODI
Dodi meletakan nampan berisi sarapan, kemudian melihat kertas yang semalam diremas Elin
Dodi mengambil kertas tersebut dengandahi mengkerut.
Sedangkan Ranaya tiba-tiba panik karena melihat oret-oretan yang berada di sisi dodi belum tertutup semua oleh meja rias. Namun Ranaya berusaha tenang.
DODI
Untuk mengalihkan perhatian Dodi, Ranaya bangkit dari kursi dan duduk di ujung meja sambil mengibaskan rambutnya ke kiri. Mempertontonkan lehernya yang putih, kemudian mengambil kertas itu dari tangan Dodi, perlahan.
Dodi tertegun melihat tingkah Ranaya.
RANAYA
Dodi perlahan tersenyum miring menyadari gerak-gerik Ranaya.
Kemudian Dodi mendekatkan tubuhnya hingga berada sangat dekat dengan Ranaya yang masih duduk di atas meja.
Ranaya sontak menahan tubuh Dodi agar tidak lebih mendekat.
RANAYA
Dodi mundur beberapa langkah. Dia kembali tersenyum miring kemudian pergi meninggalkan Ranaya.
Ranaya langsung mengembuskan napasnya kuat-kuat.
Beberapa detik ranaya masih terengah-engah, kemudian dia mendorong meja riasnya agar menutupi seluruh oretan bolpoin hitam dan sipidol merah di dinding.
Ranaya terduduk lemas di kursi meja rias. Kedua tangannya menopang kepala yang tertunduk lesu.
Matanya melirik ke kalender, kemudian mengembuskan napas pelan sambil terpejam.
Ranaya mengangkat kepala, mengambil sarapannya, lalu mulai makan perlahan.
PETUGAS EKSPEDISI (O.S)
Ranaya yang tengah makan dengan lesu langsung mendongak. Dia diam beberapa saat untuk memastikan dia tidak salah dengar.
PETUGAS EKSPEDISI (O.S)
Ranaya langsung bangkit dan berlari ke jendela.
CUT TO
46.RUANG TENGAH-PAGI
Dodi keluar dari kamar, sedangkn Elin berjalan dari arah dapur. Mereka bertemu di ruang tengah dan saling menatap kebungungan.
DODI
Elin hanya menggeleng.
DODI
Elin mengangkat bahu.
DODI
Elin berjalan menuju pintu utama.
CUT TO
47.PINTU UTAMA-PAGI
Seorang laki-laki pembawa paket (extras) dengan seragam ekspedisi, lengkap dengan topi, tangah berdiri di depan pintu. Di tangannya terdapat paket tipis berupa baju pesanan Ranaya. Pria itu terlihat kebingungan menatap pintu utama telah terdapat tralis besi yang amat tebal bagai penjara.
Tak lama Elin muncul dengan wajah kesal. Dia menatap tajam pria itu.
Petugas Ekpedisi yang kaget mendapat tatapan seperti itu menjadi salah tingkah.
PETUGAS EKSPEDISI
Elin hanya diam dan terus menatap tajam. Kemudian tangan Elin menadahkan tangan, meminta paket itu.
RANAYA (O.S)
FX : SUARA KAKI YANG MELOMPAT-LOMPAT DARI LANTAI ATAS.
Elin dan petugas ekspedisi sontak menoleh ke atas.
CUT TO
48.KAMAR RANAYA-PAGI
Sambil memegangi tralis besi pada jendela kamarnya, Ranaya terus berteriak dan melompat-lompat sekuat tenaga, agar petugas ekspedisi percaya bahwa itu suara asli.
RANAYA
CUT TO
49.PINTU UTAMA-PAGI
Elin dan petugas ekspedisi saling berpandangan beberapa detik.
Petugas ekspedisi memberikan paket itu melalui sela-sela tralis. Elin menerima paket itu. Kemudian petugas ekspedisi menyodorkan kertas tanda terima dan bolpoin.
PETUGAS EKSPEDISI
Elin menrimanya dengan wajah kesal.
RANAYA (O.S)
FX: SUARA HENTAKAN KAKI RANAYA DARI LANTAI ATAS.
PETUGAS EKSPEDISI
Elin yang sedang mengarang tanda tangan palsu dengan nama Elin, menatap tajam petugas selama beberapa detik. Lalu tiba-tiba senyumnya mengembang. Sangat ramah.
ELIN
PETUGAS EKSPEDISI
ELIN
Petugas hanya terdiam dan matanya kembali melirik ke atas.
CUT TO
50.KAMAR RANAYA-PAGI
Dodi masuk kamar Ranaya dengan wajah penuh emosi.
RANAYA
Dodi mendekap mulut Ranaya, menariknya menjauh dari jendela, kemudian menghempaskannya.
CUT TO
51.PINTU UTAMA-PAGI
Elin menyodorkan kertas tanda terima yang telah ditandatangani melalui sela-sela. Namun petugas masih terdiam dan terus melirik ke atas.
Karena tak ada respon, Elin menggoyangkan kertas itu. Wajahnya kembali kesal.
ELIN
PETUGAS EKSPEDISI
(GUGUP)
Petugas menerima kertas dan memasukannya ke dalam tas.
Petugas ekspedisi pergi begitu saja dengan terburu-buru.
Elin langsung berbalik badan dan berjalan penuh emosi menuju kamar Ranaya di lantai atas.
CUT TO
52.KAMAR RANAYA-PAGI
Elin masuk dan kita melihat Ranaya tengah di jambak oleh Dodi. Darah segar keluar dari hidungnya.
DODI
RANAYA
(menangis)
Elin langsung menampar Ranaya saat sampai di depannya. Kemudian dia melempar bingkisan pesanan Ranaya.
ELIN
Ranaya mengusap darah pada hidungnya.
RANAYA
Dodi menginjak kaki Ranaya yang masih belum sembuh. Ranaya langsung menjerit. Perban yang membalut luka Ranaya kembali berdarah.
DODI
Ranaya yang masih menjerit hanya bisa mengangguk.
DODI (CONT'D)
Dodi melepas injakannya kemdian pergi meninggalkan Ranaya diikuti Elin dari belakang.
Ranaya masih terisak beberapa saat. Kemudian dia bangkit perlahan, berjalan enuju lemari rias, mendorongnya sekuat tenaga, dan mulai mencoret-coret dinding lagi.
FADE IN
FADE OUT
53.KAMAR RANAYA-SIANG
Ranaya masih mencoret-coret dinding hingga sinar matahari siang masuk ke kamarnya. Ranaya melihat cahaya itu, kemudian melihat jam dinding menunjukan pukul 12 siang.
Ranaya segera bangkit dan kembali mendorong meja rias agar menutupi coretan di dinding.
Setelah itu, Ranaya duduk di kursi meja rias dan mulai menulis.
INSERT-KERTAS DI ATAS MEJA
Ini sangat keji. Sepasang iblis itu membakar tubuh Elin dan Dodi yang asli serta Lisa sahabatku. Ternyata, bau tubuh manusia yang dibakar sangat tidak enak. Hampir mirip daging bakar, tapi sangit dan menyengat.
Saat menulis kita melihat perlahan tinta pada spidol mulai habis. Membuat Ranaya tersenyum tipis.
Tak lama Dodi masuk membawakan makan siang.
Di sebelah Ranaya, Dodi membaca tulisan Ranaya. Namun Dodi tiba-tiba merebut kertas itu, hingga menimbulkan coretan panjang berwarna merah pudar.
DODI
RANAYA
Dodi mendekatkan tubuh dan wajahnya hingga sangat dekat dengan Ranaya. Ranaya memundurkan wajahnya ketakutan.
DODI
Ranaya hanya mengagguk.
Dodi kembali berdiri, kemudian mendorong kepala Ranaya.
DODI
RANAYA
Dodi mengambil spidol dan mencoret-coret bagian kertas yang masih kosong.
DODI
Ranaya tersnyum sinis.
RANAYA
DODI
Dodi keluar kamar dan tak lupa mengunci tralis kamar Ranaya.
CUT TO