Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
108. INT : Mobil – Perjalanan ke rumah sakit – siang
Cast : Anisa, Cinta dan Polisi.
Cinta masih terbaring lemah di kendaraan milik polisi. Anisa duduk cemas di dekatnya. Menangis sejadi-jadinya. berharap segera sampai ke rumah sakit.
Anisa
“Ya Allah! Selamatkanlah Cinta... cinta kamu pasti bisa, kamu harus kuat... kumohon Cinta... jangan tinggalkan kami.” (kemudian melihat ke belakang. Melihat Faiz dan Rafi mengikuti dari belakang dengan kendaraannya. Namun, lambat laun mereka berdua tertinggal karena kalah cepat dengan kendaraan milik polisi ini. Anisa kembali menatap cinta. Tangannya memegang tangan Cinta.)
Di dekat Anisa, ada seorang polisi menyumbat darah di perut Cinta supaya tidak terlalu banyak darah terbuang. Ia mengatakan bahwa nyawanya kemungkinan bisa diselamatkan asalkan semangat hidupnya besar dan cepat sampai tujuan.
Anisa
“Ayo Pak dipercepat!” (Anisa memohon kepada seorang polisi yang menjadi pengemudi.)
Briptu Fadhil
“sebentar lagi, kita sampai!”
Tak lama kemudian, mereka tiba di rumah sakit. Cinta langsung dibawa ke UGD (Unit Gawat Darurat). Anisa mengikuti sampai pintu UGD karena perawat mencegahnya untuk tidak masuk. Anisa berjalan bolak-balik memikirkan Cinta. Beberapa polisi yang mengantarkan Cinta dan Anisa berangkat kembali untuk menangkap pelaku kejahatan yang belum tertangkap.
***
109. EKT : RSUD – menunggu Cinta – pagi.
Cast : Anisa, Baiz, Rafi, Bunda Shinta.
Di luar tunggu pasien, Faiz menjemput Bunda Shinta supaya ke rumah sakit. Dari semenjak keberangkatan Bunda Shinta menangis, berdoa, berharap Cinta Baik-baik saja. Sementara Anisa dan Rafi menunggu di rumah sakit. Dalam kondisi demikian, Faiz tiba-tiba teringat dengan orangtuanya. Khawatir keduanya mengkhawatirkan dirinya. Ia langsung mengambil ponsel di sakunya untuk menelpon beliau bahwa Cinta telah diketemukan dan sedang dirawat.
Pada kesempatan itu, Pak Fazl memberi kabar bahwa Anisa adalah anak dari istri pertama, Pak Fazl. Faiz terhentak. Kini ia berada dalam situasi yang benar-benar menyedihkan. Badannya melemas. Komunikasi pun berakhir.
Anisa
“Faiz, kamu kenapa? orangtua sakit?
Baiz
(menggeleng-gelengkan kepala)
Anisa
kamu pasti lelah. Ayo kita makan. Sekalian kita membeli makanan untuk Bunda Shinta dan Rafi.”
Baiz (O.S)
Oh Anisa, kamu itu anak Bapakku.
Anisa
“eh, malah melamun. Ayo”
Baiz
(mengangguk)
***
110. INT : Rumah – menyelam sambil minum air – Siang
Cast : Pak Fazl dan Bu Fauziah
Pak Fazl
“Bu, ayo kita temui Anisa, anak Bapak.”
Bu Fauziah
“Iya, Pak. Sekalian kita menjenguk Cinta.”
***
111. EKT : Rumah makan – seperti mimpi – Siang
Cast : Anisa dan Baiz.
Anisa
Faiz, kamu kok ngeliatin aku kayak gitu sih. Nggak boleh begitu banget tahu. Kita masih belum muhrim. Dosa loh
Baiz
Ooh, maaf. Saya hilaf
(menunduk)
Anisa
(tersenyum, melanjutkan makannya)
Baiz (O.S)
Anisa, saya ingin katakan bahwa kamu adalah saudariku. Tapi bapakku melarangku menyampaikannya kecuali beliau sendiri.
***
112. INT : Rumah Anisa – kebahagian atau kehilangan – siang
Cast : Pak Azhar dan Bu Anna.
Pak Azhar
(melihat dan menenangkan istrinya menangis)
Tenang, Bu. Meskipun Pak Fazl telah mengetahui bahwa Anisa adalah anak kandungnya. Anisa tidak mungkin meningggalkan kita begitu saja.
Bu Anna
Tapi, Paak.. Ibu takut kehilangan Anisa..
Pak Azhar
Ya, kehilangan atau kebahagiaan...
***
113. INT : Ruangan pasien – Curhat Bunda Shinta kepada Baiz – siang
Cast : Anisa, Cinta, Bunda Shinta dan Baiz.
Anisa dan Baiz datang membawa makanan untuk Bunda Shinta dan Rafi.
Anisa
(memegang perut) kayaknya nature’s calling. Maaf yah, aku ke belakang dulu. (keluar dari ruang pasien)
Baiz
Ya, silahkan. Ohya Rafi mana Bunda?
Bunda Shinta
Lagi ke belakang dulu, katanya
Baiz
Cinta belum siuman, Bunda?
Bunda
Belum, Faiz.
Bunda merasa momen ini sangat tepat untuk memberitahukan rahasia Cinta kepada Faiz setelah Anisa tahu sebelumnya. Namun, ada rasa cemas, beberapa kali Bunda melihat Faiz. akhirnya berbicara juga, “Faiz, ada yang ingin Bunda sampaikan.”
Baiz
(menoleh, mendekati) “apa itu Bunda?”
Bunda
“Tapi jangan katakan ini kepada Cinta. Faiz cukup tahu saja. Faiz janji yah?” (berhenti sejenak, menarik napas, mengumpulkan tenaga untuk menyatakan informasi penting tentang cinta.)
Baiz
“Iya, Insya Allah. Apa itu Bunda?”
Bunda
“Sebenarnya, Cinta mencintai Faiz. Ibu tahu perasaan Cinta dari Diarynya. Mungkin karena kegalauan itulah, Cinta pergi dan tak menghadiri prosesi lamaran kalian.”
Baiz
Deg!
(dada Faiz terasa terhentak mendengar perkataan itu. Pandangan matanya kemudian tertuju kepada Cinta yang masih berbaring)
(O.S)
Ya Allah, ternyata Cinta mencintaiku?
Bunda Shinta
“Maafkan, Bunda Faiz. Bunda tak bermaksud untuk menghancurkan hubungan nak Faik dan nak Anisa. Bunda mohon jangan ceritakan ini kepada Cinta. Sebelum bercerita kepada Faiz, Anisa sudah tahu sebelumnya ketika Cinta menghilang”
Baiz
“Ya, saya paham Bunda, “