Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
48. INT : TOKO – obrolan – Siang
Cast : Cinta dan Anisa
Cinta
“Bagaimana jadwal baru mengajarnya?”
Anisa
“Yah. Gitu. Sepi. Hanya 20 siswi yang hadir di Pencak Silat.”
Cinta
“Yah. Maklum lah. Namanya juga hari Minggu. Para pelajar juga butuh hiburan.”
Anisa
“Pasti lah. Tapi segitu juga sudah Alhamdulillah daripada tidak ada yang hadir.”
Cinta
“Hmm, Nah, bagaimana dengan eskul Taekwondo?”
Anisa
“eskul tersebut banyak peminatnya.”
Cinta
“Wajarlah Sa. Mungkin para pelajar itu para penggemar drakor (drama korea). Jadi fall in love juga sama tuh eskul.”
Anisa
(tertawa) “Cinta. Ada-ada saja.”
Cinta
“ih beneran tahu. Virus DraKor tuh udah merebak di kalangan muda. Apalagi kaum hawa.”
Anisa
“Yaps.”
Cinta
“Sa, bantuin mang Amin and dkk(dengan kawan-kawan) nge-pack gih.
Gue mau nge-review barang-barang yang masuk.”
Kedatangan Anisa bagaikan dewi fortuna. Pekerjaan di toko Cinta bisa terselesaikan dengan tepat dan efisien. Orderan di hari Minggu cukup menguras tenaga dan konsentrasi
Anisa, Cinta, Bunda, mang Amin dan pegawai lainnya sibuk dengan peranan masing-masing dalam pelanggan yang langsung datang ke toko atau pelanggan yang berbelanja secara online. kesibukan itu berlangsung hingga sore. Hingga semuanya pulang ke rumah masing-masing.
Anisa
“Eh, Cinta!”
Cinta
“Apa?”
Anisa
“Ini tiga novel kamu. Jazakumullah khairan sudah meminjamkan.”
Cinta
“Oh. Dah beres?”
Anisa
“Iyah.”
Cinta
“oke. novel seri selanjutnya. Gue kasih besok yah. Insya Allah.”
Anisa
(tersenyum dan mengangguk)
CUT TO
49. INT : Ruang makan – Jatidiri Anisa terkuak – Night
Cast : Pak Azhar, Bu Anna dan Anisa
Anisa
“Alhamdulillah!” (telah menyelesaikan makan malamnya)
Dalam hatinya
semoga Papah dan mamah selalu dianugerahi magfirah, rahmah, inayah dan jannah.[1]
Pak Azhar
“Anisa, ada yang ingin papah dan mamah katakan.”
Anisa
“iyah, apa pah?”
(melihat kedua orangtuanya saling memandang dan kembali memandang). Anisa menelan ludah, ada apa nih? Sepertinya mereka sudah janjian untuk mengatakan sesuatu.
Pak Azhar
“Rasanya berat untuk mengatakan hal ini kepadamu, Anisa yang kami sayangi, kami cintai sepenuh hati.”
Anisa
“Apa itu pah?”
Bu Anna
“Mengingat kamu telah tumbuh dewasa, sudah saatnya kamu...”
Anisa
(berhipotesa, langsung melanjutkan perkataan mamahnya yang menggantung)
“maksud mamah, sudah saatnya Anisa menikah. Begitu kah mah, pah? Soal ini, aku sedang menunggu Faiz menyelesaikan tugasnya di pesantren, Pah, mah.”
Pak Azhar
“Bukan itu maksud kami, sayang.”
Anisa
“La-lu” (berkata seperti mengeja.)
Pak Azhar
“Maksud kami, mengingat kamu sudah dewasa. Papah dan mamah ingin mengatakan tentang kamu sebenarnya. Kami berharap setelah kamu mengetahui hal ini. Sedikit pun, kamu tidak membenci kami. Kami selalu sayang kepadamu, Anisa Najmunisa. Meskipun kamu adalah anak angkat kami.”
Anisa
(terpaku, sekujur tubuh seakan-akan ada gletser menimpa raganya hingga dingin, membeku. Tatapan matanya menjadi kosong, terhenti. Kedua matanya berkaca-kaca, siap pecah dan air matanya pun keluar dari persembunyiannya. Anisa menunduk, batinnya berguncang)
apah ? aku anak angkat? Dan mereka bukan orangtuaku?
Bu Anna
“maafkan kami yah nak. Meskipun demikian, kamu tetap anak mamah dan papah satu-satunya.”
Anisa
(menangis)
Pak Azhar menjelaskan jatidiri Anisa dengan detail.
Pak Azhar
Kala itu, kami berada di perantauan. anak pertama kami meninggal dunia dalam kandungan karena kanker. Kanker tersebur menjalar ke rahim bu Anna sehingga terpaksa rahimnya diangkat. Bu Anna sangat sedih ditinggalkan anak pertamanya, bahkan sangat sedih karena tidak akan punya anak lagi dari rahimnya sendiri. Bu Anna shock berat, nyaris gila. Akantetapi, bertepatan dengan kelahiran anak pertama kita. Ada seorang wanita yang sedang lahiran. Wanita tersebut meninggal karena pendarahan. Wanita tersebut tak memiliki siapa-siapa, sebatang kara. Ia berpesan kepada suster atau siapapun untuk menjaga anaknya. Mengetahui hal itu, Papah mengadopsi kamu. Papah tidak mau istriku.
Bu Anna
Hanya ada ini peninggalan dari mamh kandung kamu, Nisa
(menyodorkan liontine hati)
Anisa
(menerimanya dan menciumnya bagaikan menemukan harta karun yang hilang)
“mamaaah..” (kemudian menoleh ke arah Bu Anna)
Siapa nama mamahku, Bu”
Bu Anna
Ibu tidak tahu, Nisa. Maaf.
Pak Azhar
Papah juga lupa, Nisa. Maaf.
Anisa langsung pergi ke kamar tidurnya.
****
50. INT : Kamar – membuka diary SMA – Night
Cast : Cinta
Cinta
“malam ini gue ngapain, ya? (bertanya pada diri sendiri) “mending gue mengambil buku Diary di masa SMA. Bernostalgia.”
Ketika dibuka. Cinta melihat photo dirinya bersama Baiz. Photo tersebut melekat di sana. menjadi teringat masa itu.
FLASHBACK TO
Baiz
“Cinta. Nih buat loe.” (menyodorkan Cenderamata.)
Cinta
(Cinta menerimanya dan menatapnya)
“Ih bagus banget. lucu”
(Pandangannya kemudian beralih ke Baiz),
“Thank you my lovely Baiz. Eh Anisa juga dapet ga?”
Baiz
“Anisa mah ga usah. Itu cocoknya buat loe, Cinta. Tapi jangan bilang-bilang itu dari gue. Nanti dia cemburu.”
Cinta
“Oke.” (Insting Cinta berjalan) “Eh kalau loe ngasih ke gue doang. jangan-jangan loe punya rasa ke gue.”
Baiz
“Idih PD!”
Cinta
“Masa?”
Baiz
“Masya – yamsyi = berjalan”
Cinta
“Hah? Apaan sih, ga jelas”
Baiz
“itu kosakata bahasa Arab, Cinta”
Cinta
“oh, gitu (Cinta mengambil Hp di sakunya.) “Iz, Kita photo wefie yuk. Jarang-jarang tahu. Sekaligus mengabadikan cenderara mata berbentuk hati ini.”
Baiz
“oke. tapi photonya jangan dipublish di medsos atau status wa yah? Khusus konsumsi pribadi loe.”
Cinta
“Oke.”
CUT BACK TO
Cinta tersenyum. Melihat selembar photo itu membuat kejadian masa lalu berkelebat dihadapannya. Kejadian itu merupakan salah satu dari banyaknya peristiwa yang menunjukkan bentuk perhatian sahabat cowoknya ini. Seakan pemberian dan perhatian itu sebagai simbol asmara, cinta yang tak kasat mata.
Cinta tersenyum-senyum sendiri ketika membaca peristiwa-peristiwa di masa SMA. Malam ini bisa dikatakan malam bernostalgia.
CUT TO
Sudah tengah malam, Anisa belum bisa tidur. Ia larut dalam kesedihan. Ia sedih tidak pernah tahu orangtuanya selama dua puluh tiga tahun. Baru tadi malam, ia tahu siapa dirinya dan tak tahu siapa ibunya. Meskipun ia tidak tahu bagaimana rupa papah kandungnya. Namun, photo hitam putih dari ibunya telah sangat berarti bagi dirinya daripada tidak ada sama sekali bukti berupa dokumentasi.
Anisa terus menatap wajah ibunya. Ia berkata-kata kepada photo tersebut. namun, photo tersebut tetap membisu. Air matanya tak henti-hentinya membasahi pipinya. Disamping kegelisahan yang menyelimuti hati. ia berusaha menguatkan hatinya. Ia teringat dengan pesan Tuhan dalam Al-Quran, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Anisa pun bangkit dari keterpurukannya. Ia tak mau waktunya terbuang percuma. Ia tahu bahwa yang dibutuhkan ibunya saat ini bukanlah tangisan. Akantetapi doa, ya doa yang tentunya dinantikan oleh ibunya di alam sana.
Anisa
(menghapus air matanya. Ia bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu. Ia pun mendirikan shalat malam. Ia ingin mencurahkan isi hatinya kepada sang Pencipta.)
Ya Allah! Ya Rahman ! Ya Rahim! Di dunia ini aku tak bisa berjumpa ibuku. Engkau telah memanggilnya. Karena Engkau lebih menyayanginya. Akantetapi aku belum tahu bagaimana wajah ayahku. Takdirkanlah aku berjumpa dengan ayahku. Bila ia masih hidup di dunia ini. Aamiin
Anisa pun tertidur. Energinya terkuras habis karena kegelisahan.
CUT TO
51. INT : Kamar – Mimpi buruk - Night
Cast : Baiz dan Rafi.
Baiz
(bermimpi melihat Bapaknya dijemput seseorang berjubah hitam)
Pak Fazl
“selamat tinggal Faiz!”
Baiz
Bapak.
(berlari untuk menyelamatkan bapaknya. Namun, Bapaknya menjauh, ditarik oleh seseorang yang berjubah hitam tersebut.)
Pak Fazl
(meringis kesakitan.)
Ampuuuun!
Baiz
(berlari untuk menyelamatkan bapaknya. Namun, semakin kencang Baiz berlari, semakin kencang pula Bapaknya menjauh darinya. Baiz pun terjatuh, tersungkur ke tanah. Mulutnya membentur sebuah batu. Mulutnya berdarah, ia merasa kesakitan. Tangan kanannya menyentuh mulutnya. Tampak darah dan giginya tanggal satu. Ia bangkit lagi, mengejar dan memanggil bapaknya dengan tangisan.) “jangan siksa bapak saya.”
Rafi
Tok Tok Tok !
(Rafi mengetuk pintu kamar Baiz)
Kang Faiz, kenapa? Kang?
Baiz
Astagfirullahal’azim... Ya Allah ternyata ini mimpi..
(tersadar bahwa itu hanyalah mimpi. Wajah dan badannya berkeringat.)
Rafi
Tok Tok Tok
(suara ketukan pintu)
Assalamu’alaikum, kang)
“Apa yang terjadi, Akhi?”
Baiz
Wa’alaikumsalam. Tunggu.
(bangun dan pergi membuka pintu)
Rafi
Kang Faiz, keringat begitu, habis mimpi?
Nih kang minum dulu.
(menyerahkan botol minuman)
Baiz
Jazakumullah khairan.
(menerima tawaran tersebut dan menjelaskan mimpinya)
Rafi
Setahu saya bahwa tabir mimpi dari tanggalnya gigi merupakan tanda akan ada yang meninggal salah satu dari anggota keluarga.
Baiz
“Na’udzubillahi min dzaalik”[2]
Rafi
“Kang, jangan lupa berdoa lebih intens. Ingat ilmu yang akang sampaikan kepada saya. Ingat kisah keberkatan doa dari Syaikh Abdul Qadir Jaelani rh telah menyelamatkan murid kesayanganya dari takdir yang buruk.”
Baiz mengangguk. Ia melihat jam yang menempel di dinding. Waktu menunjukkan pukul 02.20 WIB. Ia pun segera ke kamar mandi untuk berwudhu. Lalu ia mendirikan shalat tahajud. Dalam sujud, ia berdoa kepada Allah Ta’ala dengan rintihan dan tangisan. Ia berharap Tuhan mengampuni dosa-dosa Bapaknya dan memanjangkan umurnya.
****
52. INT : Ruang tamu – heart attack saat melihat album photo- pagi
Cast : Pak Fazl dan Bu Fauziah.
Bertahun-tahun lamanya Pak Fazl menyibukkan dirinya dalam pekerjaan. Upayanya itu untuk melupakan kenangan. Hal itu sangat manjur baginya. Membuat amnesia. Namun, kegiatannya membuka-buka album photo justru membawanya kembali ke masa itu. Rasa penyesalan dan rasa sesak di dada kembali menimpa.
Pak Fazl
Aku rindu, jika kalian memang telah tiada. Aku harap kamu dan anak kita bahagia di surga
(melihat photo dirinya bersama istri pertama. Kemudian jantungnya terasa sakit)
“Aaaa” (tangan kanan memegang dada sebelah kiri)
Bu Fauziah
(mendengar suara erangan suaminya)
“Bapak kenapa?”
Bu Fauziah mempercepat langkah kakinya. Ia melihat suaminya mengerang kesakitan. Tangan kanannya memegang dada kirinya.
*****
53. INT : ruang santri – kabar buruk – Pagi
Cast : Rafi dan Faiz.
Baiz
(sedang mengajar)
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. (QS. Yunus : 99)
Ayat ini membantah bahwasanya semua amalan manusia, Allah lah yang membuat mereka demikian. Maksudnya ini adalah ajaran islam yang haikiki. Jika di hati seseorang ingin, maka ia bebas untuk beriman. Tetapi jika di dalam hatinya tidak mau, maka ia bebas untuk mengingkarinya. jadi tidak ada paksaan dalam urusan agama. Dari ayat ini juga menunjukkan kebebasan manusia berbuat. Tuhan telah memberikan petunjuk. Yang melaksanakan akan mendapatkan surga dan yang berbuat dosa akan masuk neraka. Yang masuk neraka ini ya akibat ulahnya sendiri. Jadi jangan menuduh Tuhan.
Rafi
(engos-engosan setelah berlari)
Kang Faiz, mohon maaf mengganggu. Tadi ibu kang telpon.
Dorurat!
Baiz
(jantung pun berdebar-debar, cemas)
Jangan-jangan.
Rafi
Biar, ana yang melanjutkan pengajaran ini.
Baiz
Na’am. (kemudian melihat ke arah murid-murid)
Mohon maaf semuanya. Saya izin.
(langsung keluar ruangan)
Murid-murid
Iya, Pak
CUT TO
Faiz menelpon balik.
Bu Fauziah
“Faiz, Bapak... Faiz, Bapak !”
Baiz
Dari intonasi suara ibunya, Baiz merasa ada sesuatu yang terjadi. Suara ibunya telah merubah suasana hatinya. Jantungnya berdebar lebih kencang, mudah-mudahan bukan kabar duka, kematian. Faiz pun berbicara, “iyah, Bapak kenapa bu?”
Bu Fauziah
“Bapak masuk rumah sakit, Faiz”
Baiz
(Baiz teringat dengan mimpi yang ia alami beberapa hari ini. Ia beritigfar. Matanya berkaca-kaca,) Ya Allah janganlah terlalu cepat engkau memanggil bapakku.
Bu Fauziah
(menangis) “Faiz, sekarang bapak sedang ditangani oleh dokter. Bapak kena serangan jantung. Mudah-mudahan bapak tidak kenapa-kenapa, yah nak! Kamu pulang yah, nak.”
Baiz
“Baik, bu!”
Tak berapa lama, percakapan pun diakhiri. Doa, istigfar dan shalawat berusaha diucapkan oleh Baiz secara perlahan dan berkesinambungan. Semoga Tuhan mengabulkan keinginannya. Keinginannya kali ini hanyalah satu, yaitu bapaknya sembuh kembali.
Sebelum keberangkatan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Baiz. Pertama, membawa barang-barang secukupnya termasuk membawa laptopnya barangkali ia ada kesempatan untuk melanjutkan tulisan. Kedua meminta izin ke pak kiayi haji. Ketiga memesan tiket kereta. Keempat pakai ojek online supaya bisa cepat sampai ke stasiun kereta.
Keberangkatan Baiz diketahui oleh Rafi. Rafi ingin ikut bersama Baiz.
[1] Ampunan, kasih sayang, pertolongan dan surga.
[2] Kami berlindung kepada Allah dari demikian itu.