Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
54. INT : kereta – kabar Baiz pulang – pagi
Cast : Baiz, Rafi, cinta.
Baiz
(menelpon Anisa.)
Kok, tidak aktif yah? Coba Ana telpon Cinta.
CUT TO
55. INT : Di Rumah – Pagi
Cast : Cinta, Bunda
Cinta
(melihat layar ponsel. Matanya terbuka lebar)
Iih.. my lovely friend telpon.
Bunda
Siapa? Bosy?
Cinta
Bukan Bunda, tapi Baiz.
Bunda
Bukannya di pesantrennya, ga boleh pake hp.
Cinta
Maaf, Bunda, bentar (mengangkat telpon)
Hallo, Assalamualaikum, my lovely freind!
Bunda pergi ke dapur.
INTERCUT TO
Baiz
(tangan kirinya memijit kening)
Wa’alaikumsalam, cinta.
Cinta
Tumben telpon? Bukannya loe nggak boleh pake hp saat studi?
Baiz
Bapak saya masuk rumah sakit, Cinta. Heart-attack.
Untuk itu, saya pulang. di luar pesantren boleh pake Hp.
Cinta
Ya Allah.. kamu sudah kasih tahu Anisa?
Baiz
Nomor kontaknya. Nggak aktif. Kamu kontak dia yah. Tolong jenguk dan jagain orangtua saya. Saya masih otw.
Cinta
Oke, baiz.
Baiz
Jazakumullah khairan, wassamualaikum salam
CUT TO
Cinta
Masama, Wa’alaikumsalam
Cinta menelpon Anisa. Ia berjalan mondar-mandir berharap sobatnya segera mengangkat. Sudah kesekian kali, ia telpon. Namun, Anisa tidak mengangkat-angkat telpon darinya.
Cinta
“Anisa, kenapa coba? Tumben susah amat. Masa paket datanya abis. Nnggak mungkin deh”
Cinta pun mencoba untuk menelpon kembalinya. Pikirnya kalau telpon lewat WA ada pulsa atau data pasti bisa dihubungi. Akantetapi, upaya Cinta sia-sia. Ia malah sewot sendiri. Akhirnya ia memutuskan pergi ke rumah Anisa. Ia pun bergegas mengambil tas dan barang-barang penting seperlunya seperti charger, dompet dan power bank sebagai persiapan ke rumah sakit.
Bunda
“Cinta, Mau kemana?”
Cinta
“Mau ke rumah Anisa, Bunda.” (Tangan kanannya masih tetap nelpon Anisa) “Aduh ni orang susah dihubungi coba bun, bikin Cinta khawatir aja deh. Ditambah lagi Papahnya Faiz masuk rumah sakit, Bunda. Cinta jadi bertambah khawatir beliau kenapa-napa.”
Bunda
“Ya Allah! Beliau sakit apa?”
Cinta
“heart-attack, Bunda !”
Bunda
“Nastagfirullah...”
Cinta
“Yaudah, Bunda. Cinta pergi dulu.”
Bunda
“Hati-hati yah, Cinta ! Pakai helm, berdoa, jangan ngebut-ngebutan bawa motor.”
Cinta melaksanakan pesan Bundanya. Ia mengambil helm yang tergantung di stang motor dan mengenakannya di kepala. Kemudian ia menggunakan motor milik orangtuanya yang terparkir di halaman rumah. dengan membaca bismillahi tawakaltu alallah... Cinta melajukan kendaraannya.
*****
56. INT : Tiba di rumah Anisa – siang
Cast : Cinta, Anisa dan kedua oratangtuanya
Cinta
(depan pintu kamar Anisa)
“Aduh! terkunci.” (lanjut mengetuk pintu kamar Anisa.)
Tak lama kemudian, Anisa membukakan pintu.
Cinta
(Cinta melihat wajah dan penampilan Anisa bagaikan pakaian kusut. Ia memeluk sahabatnya dan melepaskan pelukannya. Kedua tangan Cinta menyentuh pundak Anisa)
“Ya Tuhan, Nisa! Loe kenapa? Loe sakit? Aduh itu mata loe udah kayak mata panda tau ga. Kalau sakit bilang-bilang dong. Susah amat ditelpon. Udah kayak orang ilang. Gue khawatir tau.”
Anisa
“Maafin aku, Cinta! Semalam aku susah tidur. Pas tidur aku kebablasan. Hp aku pun lagi lowbat. Maaf yah.” (Berkata Anisa dengan lemahnya. Tangan kanannya membersihkan hidungnya seolah-olah ada ingus. Ia kembali berjalan ke kasurnya untuk berbaring. Cinta pun mengikutinya dan duduk di pinggir kasur empuk Anisa.)
Cinta
“Ooh gitu! tumben loe sakit. Biasanya selalu sehat.”
Anisa
“Maaf yah udah ngerepotin kamu, Cinta. Sampai kamu datang kesini.” (meneteskan air matanya.)
Cinta
“iyah gue maafin. Aduuuh, Nisa.. ngapain pakai acara nangis-nangis segala coba. Biasa aja kali. Kayak gue orang asing aja dalam kehidupan loe. Oh iya, gue datang kesini, mau ngasih kabar gembira dan kabar sedih.”
Anisa
( mengerutkan keningnya) “apa, Cinta?”
Cinta
“You know, Nisa ! Our lovely Faiz is coming. He is on the way. Nisa! this is good tiding for us.”
Anisa
(bangun dari pembaringan)
“Really?”
Cinta
“of course !”
Anisa
“And what about bad tiding?”
Cinta
“Faiz’s father is sick.”
Anisa
“Ya Allah, Cinta! kita jenguk yuk!”
Cinta
“loe ga boleh pergi titik. Loe kan lagi sakit, Nisa. Loe istirahat aja. Biar gue aja ke sana.” (bangkit dari duduknya.)
Anisa
(memegang tangan Cinta)
“Aku sudah sehat Cinta. Lihat aku nggak apa-apa kan?” (menampilkan gestur tubuh yang baik dan lanjut berbicara,) “Kamu mau aku luput dari pahala menjenguk orang sakit. Aku juga ingin mengamalkan sabda Rasulullah Saw. Singkatnya setiap orang muslim yang menjenguk sesama muslim, maka ia akan dimintakan rahmat oleh tujuh puluh ribu malaikat dan ia mendapat jaminan buah-buahan yang siap dimakan dalam surga(HR. Tirmidzi)”
Cinta
( kembali duduk ketika tangan Anisa masih memegang tangannya)
“Ya. Gue tahu loe tahu soal itu. Tapi Please Anisa, Loe ga bisa pergi dalam kondisi loe seperti ini. Bukannya loe juga pernah bilang tidak ada paksaan dalam urusan agama Islam. So, untuk saat ini, fisik loe tuh tidak mendukung untuk melaksanakan sunnah Rasulullah Saw, nabi tercinta kita. Ngerti kan maksud gue?”
Anisa
(mengangguk. Ia paham apa yang dikatakan sahabatnya adalah 100% benar.)
Cinta
“Aduh, Sorry yah, Sa. Bukan maksud gue untuk ceramahin loe Yah.”
Anisa
“Yeah, Never mind, Cinta. I think you are right. Kamu telah mengingatkan aku dalam hal kebaikan ini.” (memeluk Cinta yang duduk tak jauh darinya,) “Thank you my best friend!” (kemudian melepaskan pelukannya) “Sampaikan salamku ke Faiz dan orangtuanya yah, my lovely Cinta. Maaf aku nggak bisa menjenguk.”
Cinta
“Oke! my lovely friend!” (mencium pipi kanan dan kiri Anisa) “emmuach” gue pergi yah
Bu Anna
(muncul dekat pintu kamar Anisa)
Kok cepat sekali pulang, cinta.
Pak Azhar
(kemudian datang)
Iyah, cepat sekali, Cinta.
Cinta
Iyah, om, tante, maaf. Cinta mau menjenguk Bapaknya Baiz.
(cium tangan keduanya)
****
57. INT : kamar – Anisa hanya ingin berkabung – pagi menjelang siang
Cast : Anisa dan kedua orangtuanya.
Pak Azhar dan Bu Anna menghampiri Anisa, anak angkat. Keduanya melihat Anisa masih menangis di kamarnya. Anisa menangis sambil duduk di pinggir kasur empuknya. Keduanya duduk di samping Anisa.
Bu Anna
“Anisa. Marah dan benci kepada kami?”
Anisa
(geleng-geleng kepala) “Tidak, Pah, Mah.”
Anisa yang duduk diantara kedua orangtua angkatnya. Ia melihat wajah Bu Anna dan Pak Azhar secara bergantian disertai senyuman.
Pa Azhar
“Iya, Alhamdulillah”
Anisa
“Papah dan mamah tidak perlu khawatir. Aku yang sedang mengurung diri di kamar ini, bukan berarti membenci papah dan mamah. Aku hanya ingin sendiri, berkabung atas kehilangan mamahku yang meninggal karena melahirkanku. Aku harap papah dan mamah mengerti. Setelah semalam, aku merenung dan menangis karena tak pernah melihat orangtuaku secara langsung. Hanya doa yang bisa kupanjatkan kepada Allah ta’ala supaya orangtuaku damai di alam sana, di surga kasih sayang-Nya. Kini aku telah menerima kenyataan tentang diriku.”
Pak Azhar dan Bu Anna ikut menangis. Mereka merangkul Anisa dengan penuh cinta. Mereka tak bisa berkata-kata.
Anisa
“Tapi Aku beruntung berada di keluarga ini. Kasih sayang Papah dan mamah begitu tulus kepadaku. Meskipun aku baru tahu, bahwa papah mamah bukan orangtua kandungku. Tapi selama ini, aku menganggap papah dan mamah sebagai orangtua kandungku. Aku tidak akan meninggalkan papah dan mamah yang telah merawatku dari semenjak buaian hingga aku seperti ini. Aku berjanji akan berbakti, mencintai papah dan mamah sampai hembusan nafas terakhirku.”
Pak Azhar dan Bu Anna terharu dibuatnya.
Bu Anna
“Terima kasih, Anisa, anak mamah tersayang.”
****
58. INT : Rumah Sakit – kedatangan cinta – siang
Cast : Cinta, Bu Fauziah.
Cinta
“Assalamu’alaikum, Bu?”
Bu Fauziah
“Wa’alaikum salam, Cinta”
(Keduanya berpelukan)
“Cinta tahu dari Baiz ya? Mohon doain bapak yah, Cinta. Ibu takut bapak kenapa-napa.” (menangis)
Cinta
Iya, Bu.
Bu Fauziah
(menghapus air mata dengan baju lengan kanannya)
Ibu bersyukur banget, bertetapan bapak sedang terasa sakit. Ada tetangga ibu yang baru datang pakai mobil. Ini Bu Mirna yang mengantarkan ibu.
Tetangga
(mengangguk dan berjabat tangan dengan Cinta)
Cinta
“Alhamdulillah, Bu. Allah telah mengirimkan ibu sebagai malaikat penyalamat”
Tetangga
Eneng bisa aja.
(menoleh ke Bu Fauziah)
Bu Fauziah, saya mohon maaf tidak bisa terlalu lama disini. Saya ada pekerjaan yang harus dikerjakan.
Bu Fauziah
Iya nggak apa-apa. Saya sangat berterima kasih.
Cinta
Iyah, terima kasih, Bu. Ada aku ini disini yang bakal nemenin ibu Fauziah.
Cinta dan Bu Fauziah pun duduk.
Cinta
Oh yah, Bu, Bagaimana kronologinya hingga bapak bisa masuk rumah sakit?
Bu Fauziah
Yang ibu lihat, belakangan ini bapak selalu melihat-lihat album photo lama. Entah kenapa dada beliau terasa sakit seperti dada ditusuk-tusuk. Bertepatan dengan itu, ada suara klakson mobil tetangga. Hal itu membuat ibu tersadar untuk langsung berteriak meminta bantuan. Ibu berharap penyakit ini belum fatal, bisa diselamatkan.
Cinta
Aamiin.
Bu Fauziah
Cinta, Anisa mana?
Cinta
Anisa sakit juga Bu.
Bu Fauziah
Ya Allah, kok bisa barengan.
Cinta
Kata Anisa, mohon maaf bu. Katanya salam.
Bu Fauziah
Wa’alaihasalaam.. iya, semoga keduanya Anisa dan bapak Fazl sembuh.
Cinta
Aamin
Keduanya pun berbicara sambil menunggu khabar dari dokter.
CUT TO
59. INT : kereta – kekuatan doa – siang
Cast : Baiz dan Rafi
Dalam perjalanan, Baiz tak pernah lupa untuk berdoa. Ia berharap Tuhan mengabulkan permintaannya.
Rafi
“Bagaimana perkembangan bapakmu, ya akhi? Kayaknya semua baik-baik saja.” (mengusap pundak Baiz)
Baiz
(pandangannya kemudian beralih dari melihat pemandangan ke luar)
Hp ibu saya lagi lowbat kali yah.
Nggak nyambung terus.
(sambil menelpon ibunya)
Rafi
Coba kontak yang lain
Baiz
Saya coba kontak Cinta
Eh.. cinta bikin status
(membaca)
my lovely Faiz’s Father is sick.
Eh ternyata Nisa ikut-ikutan juga.
Nisa udah buat gue khawatir,
Buat gue Stres diawal. Tapi
syukurlah, semuanya
Baik-baik aja.
(tersenyum)
Rafi.
Nampaknya kabarsuka, nih
Faiz
“Iya, akhi benar. Alhamdulillah !”
Baiz
“kalau begitu, doa-doa kang Faiz telah didengar oleh Allah Ta’ala, Ya akhi.”
Baiz
“Alhamdulillah, ya akhi. Setidaknya tabir mimpi tentang copotnya gigi telah dibatalkan oleh Allah ta’ala. Ya, intinya kejadian yang menimpa ana ini merupakan takdir/kuasa Allah yang khas.”
Rafi
“jadi batalnya takdir ini berkat kemakbulan doa.”
Baiz
“Anta shahih, ya akhi.”(kamu benar, sadaraku)
Rafi
“ohya, ya akhi. Saya ada pertanyaan, apakah ada doa-doa yang dikabulkan dan yang tidak dikabulkan?”
Rafi
“Bismillah...” (mengawali jawabannya) “menurut saya, berdasarkan hadis, Rasulullah Saw doa adalah ibadah. Namanya ibadah akan mendapatkan pahala kebaikan. Intinya semua doa-doa akan mendapatkan pahala. Adapun doa-doa yang dikabulkan oleh Tuhan. Hal itu menunjukkan Sifat Qadir Allah Ta’ala yang maha kuasa dan supaya keimanan para hamba menjadi meningkat dan yakin bahwa Tuhan itu ada. Adapun doa-doa yang tidak dikabulkan. Hal itu untuk menguji seorang hamba, apakah ia bersabar atau tidak. Bila ia bersabar, sesungguhnya Allah Ta’ala beserta orang-orang yang sabar.”
Rafi
“jawabanya mantul, ya akhi.”