Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
90. EKT : Perjalanan mencari Cinta – Malam
Cast : Bunda Shinta, Anisa, Faiz dan Rafi.
Bunda Shinta
“Cinta, kamu dimana nak?”
(Pertanyaan yang belum terjawab beberapa kali terucap di sepanjang perjalanan. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Matanya terus memandang photo Cinta di ponselnya.)
Anisa
(melihat kondisi Bunda Shinta demikian. Ikut terbawa suasana. Ia sedih juga. Ia berusaha menenangkan hatinya) “Tenang, Bunda. Kita pasti akan menemukan Cinta.”
Tempat yang dituju oleh Faiz pun tiba. Disana ada motor Cinta yang diparkirkan semenjak lama. Tukang parkir nampak menggerutu dan merasa jemu menunggu motor yang entah kemana pemiliknya.
Anisa, Bunda Shinta dan Rafi turun dari mobil
Bunda
(ketika melihat motor Cinta di tempat parkiran) itu, itu motor Cinta, Anisaaa..
Bunda menyentuh-nyentuh motor milik anaknya. Anisa mengamatinya juga.
Anisa
Permisi, Pak. Bapak penjaga motor ini? Bapak tahu nggak orangnya pergi kemana?
Tukang parkir
Aing teu nyaho, kamana nu boga ieu motor. Dasar awewe gelis tapi teu ecreg. Ninggalken motor ti isuk keneh nepi ka ayena. Ges mah mayar parkir na ngan dua rebu deuih. Gebleg.. Mun ku aing ditinggalken trus motor ieu lengit. Aing bisa disalahken. Dipengjara deuih. Kan oneng.
Anisa
(mengerti apa yang dikatakan tukang parkir yang menggunakan loghat sunda kasar)
Bunda Shinta
Pak, hampura nya. (dengan nada parau karena tangisan semenjak tadi) ieu teh motor kaagungan anak sim abdi. Anak abdi teh lengit, can mulih ka bumi. Abdi teh sieun. Anak abdi diculik.
Tukang parkir
Oh kitu, Bu. Aduh hampura, bu. Abdi mah teu apal
Anisa
Nya entos atuh, mang. (mengambil uang dalam sakunya) mang ieu ada duit 500 rebu. Urang nitip motorna hela sakedap. Urang arek ka kantor polisi. Sugan weh. Anjing Polisi apalen posisi Cinta teh dimana.
Tukang Parkir
(senang sekali menerima uang sebesar itu)
Sumuhun, neng. Hatur nuhun pisan.
Anisa
Sami-sami, mang. (melihat ke arah Bunda dan Rafi) “Ayo kita ke kantor polisi sekarang.”
Bunda
Iyah, Anisa
Anisa, Bunda Shinta dan Rafi naik ke mobil.
Baiz
“jadi? Bagaimana? Ada informasi?”
Anisa
“Ya, ada. Intinya kita harus ke kantor polisi”
Baiz pun tanjap gas. Mobil kembali melaju.
Bunda lagi-lagi berkata dalam tangisannya. “Ya Allah, Cinta dimana?”
Anisa (O.S)
Cinta seandainya kamu mau membuka diri padaku tentang isi hatimu. Kenapa kamu begitu? merahasiakannya dariku. Sahabatmu yang telah menjalani kehidupan bersama-sama semenjak SMP, SMA dan kuliah bahkan kita usaha bersama.
Baiz
“Ya Allah! Selamatkanlah Cinta. Lindungilah sahabatku dari marabahaya.”
Anisa
“Aamiin” (Kemudian menyentuh dadanya. Ia merasa ada yang kurang) “Loh, liontinku kemana?”
Bunda
“liontin yang tadi Anisa pakai?”
Anisa mengecek pakaiannya, kursi mobil yang ia duduki, melihat ke bawah kursi. Bunda Shinta juga membantu mencarikannya. Tapi tidak ada.
Anisa
“Ya Allah! Dimanakah liontine peninggalan ibuku, ibu kandungku?”
Baiz
“Jangan sedih dulu, cari yang benar. kamu yakin pakai itu atau mungkin kamu simpan di rumah?”
Anisa
“Enggak, Faiz. aku benar-benar pakai liontin itu. Aku sedih sekali bila kehilangannya.”
Bunda Shinta
(melihat Anisa pun meneteskan air mata)
“Ya Allah, Anisa! Maafkan Bunda yah, karena Bunda, kamu juga ikut-ikutan kehilangan sesuatu yang berharga.”
Baiz
“Anisaku sayang, tidak usah ikut-ikutan menangis. Tenang, tenang oke” (Faiz berbicara meskipun sedang mengendarai mobil) “Jangan memperkeruh suasana. Banyak beristigfar. Nanti saya belikan liontine yang baru seperti kepunyaanmu.”
Anisa
“Bahkan ini lebih penting dari pada liontine baru, Faiz. Ini pemberian ibuku”
Baiz
“nanti saya bilang kepada Bu Anna, kalungnya tak sengaja hilang.”
Anisa
“ini bukan milik Bu Anna, Faiz. Beliau adalah orangtua angkatku.”
Faiz tersentak. kakinya refleks menginjak rem mobil.
“Astagfirullah, Faiz”.
(Serempak ucapan ini terucap bersamaan. Untungnya di belakang mobil Faiz tidak ada kendaraan yang berdekatan. Sehingga selamat dari kecelakaan.)
Baiz
“Apa? kamu..?”
Anisa
“Ya, Aku anak angkat.”
Anisa pun bercerita tentang jatidirinya. Anisa meminta maaf tidak memberitahukan perihal dirinya kepada Faiz dan keluarga. Setelah bercerita panjang lebar, Faiz mengerti dan menerima Anisa apa adanya. Bunda Shinta juga terheran-heran mengetahui Anisa sebenarnya.
CUT TO
91. INT : Ruang tamu – memberikan kabar – Malam
Cast : Pak Fazl dan Bu Fauziah.
Bu Fauziah
“Pak, bapak harus menelpon Faiz kalau liontine Anisa ada di bapak. Nanti Anisa khawatir dan sedih. Ditambah lagi kan mereka lagi mencari Cinta.”
Pak Fazl
Iyah, Bu
Bu Fauziah
“Ibu bingung deh. Kok bisa yah, Cinta menghilang. Kalau pun diculik. Dia kan bisa beladiri. Teriak kek”
Pak fazl
(tak memperdulikan perkataan istrinya. ia langsung menelpon anaknya)
CUT TO
92. INT : Mobil – menerima kabar – Malam
Cast : Baiz, Anisa, Bunda Shinta dan Rafi
Ponsel Baiz berdering.
Baiz
“Oh, begitu, Pak. Alhamdulillah.
Kalau begitu jazakumullah khairan, Pak”
(mematikan telpon dan melihat ke arah spion mobil untuk melihat Anisa)
Anisa, liontine kamu ada di bapak saya. Katanya terjatuh di mobil yang tadi.
Anisa
“Alhamdulillah, Ya Allah”
Bunda Shinta
“Alhamdulillah, berarti masih rezeki Anisa.”
Faiz
Sebentar lagi kita sampai ke kantor polisi. Setelah itu, kita pulang ke rumah Bunda Shinta untuk istirahat. Tubuh kita punya hak untuk beristirahat.
***
93. INT : Ruang tengah – Anak yang hilang ditemukan – Malam
Cast : Pak Fazl dan Bu Fauziah.
Pak Fazl
“bapak penasaran deh, apa sih isi liontine ini?”
Bu Fauziah
“Ya, paling photo Anisa dan Faiz”
Pak Fazl
“Mungkin, bisajadi”
Bu Fauziah
“Ah, bapak kepo deh.” (sinyal kantuk datang) HOOAAh.. “Aduh, Ibu ngantuk. Oke, Pak. Ibu tidur duluan yah. Emm.. inget yah jangan tidur terlalu larut. Kita yang disini berdoa saja semoga Cinta dapat ketemu”
Pak fazl
Iya, Bu. Aamiin.
Bu fauziah bangkit dari duduk dan pergi ke kamarnya.
Pak Fazl (O.S)
Liontine ini mirip sekali dengan kepunyaan istriku yang pertama.
ketika membuka liontine tersebut. terasa tersambar petir saat membuka, melihat isi liontine Anisa. Di sana ada photo yang dikenalinya dan tak percaya bahwa tanda cinta itu telah muncul kembali dari persembunyiannya selama lebih dari 22 tahun. Semenjak kepergian cinta pertamanya yang hilang tanpa jejak. Kedua tangan Pak Fazl menjadi gemetar.
***
94. INT : Kantor Polisi – kerja – Malam hari
Cast : AKP Ginanjar dan anggota polisi yang lain.
AKP Ginanjar
“kita telah menerima laporan bahwa Cinta Salsabila diculik. Kita harus segera menangkap, mengungkap pelaku kejahatan. Kita tidak boleh gagal seperti kegagalan menangkap pembunuh Pak Subendi di lembang, Bandung. Semuanya harus kerja maksimanl. Laksnakan!”
Para perwira
“Siap 86, komandan”
AKP Ginanjar juga memerintahkan AIPTU Robi untuk mengecek CCTV yang tak tak jauh dari jejak terakhir GPS sang korban. Beberapa personil dikerahkan untuk menangani kasus ini termasuk para intelijen. Bahkan Anjing pelacak pun digunakan untuk mengetahui posisi terakhir cinta salsabila. Dimulai dari tempat parkir motor Cinta.
****
95. INT : Rumah Bunda Shinta – memohon petunjuk – Pada waktu Shalat berjamaah subuh.
Cast : Faiz, Anisa, Rafi dan Bunda.
Faiz
Assalamualaikum warah matullah!
(Selesai mengimami shalat shubuh)
Makmum
Assalamu’alaikum warah matullah!
Bunda
(bermunajat)
“Ya Allah, anugerahkanlah kesehatan dan keselamatan pada anak hamba, Cinta salsabila. Berikanlah kami petunjuk-Mu, Ya Allah. Kami mohon” (kemudian larut kembali dalam kesediham)