Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
60. EKT : Curug Ciberem, Puncak – Have a fun – Siang
Cast : Bosy, Berlina, Aleks dan Anton.
Aleks
“Napas gue soak nih! Kenapa sih harus kesini.” (berkeluh-kesah. Badannya membungkuk. Tangan kirinya bertopang pada lututnya. Sedangkan tangan kanannya mengusap-usap dada.)
Berlina
“Nggak usah banyak ngeluh deh loe. Dinikmatin aja.”
(berjalan sambil berpegangan tangan dengan Bosy)
Bosy
“Justru gue bawa kalian kesini tuh. Supaya paru-paru kita sehat.”
Aleks
Kalau mau sehat, cukup ke kebun raya Bogor aja, bro.
(menghembuskan napas lelah) huuuuh
Anton
“Perasaan gua, dulu nggak sejauh ini deh buat pergi ke Curug ciberem.”
Berlina
“Itu tuh gegara loe kebanyakan bermain-main
sama seventeen angel gue.”
Anton
“ini juga gegara loe juga.”
Berlina
“Eh. Nyalahin gue. gua kan cuma busines.”
Bosy
“Yuk ah. Lanjut.”(menengahi)“sebentar lagi kita sampai di air terjun. Bagi yang nggak sanggup. Stay in here.”
Bosy dan Berlina bergandengan tangan. Berjalan meninggalkan Aleks dan Anton sejauh lima meter. Kini mereka telah memasuki jembatan kayu yang panjang menuju curug (air terjun) ciberem. Jembatan itu memudahkan para wisatawan mencapai lokasi karena di bawahnya terdapat rawa dan tumbuh-tumbuhan.
****
61. INT : Toko Cinta – Bunda dan karyawan – siang.
Cast : Bunda, mang Amin.
Mang Amin
Hari ini, kok nggak ada Neng Cinta dan Anisa, Bu.
Bunda
Anisa sedang sakit, Pak.
Tadi pagi tuh, Cinta jenguk Anisa dan bapaknya Baiz.
Mang Amin
Ya Allah, Semoga mereka cepat sembuh.
Bunda
Aamiin.
Bunda, Mang Amin dan karyawan yang lain kembali sibuk di toko.
CUT TO
Berlina, Bosy, Aleks dan Anton tiba di Curug Ciberem. Air itu terjun dari ketinggian +- 20 meter. Air itu begitu jernih seperti kaca. bebatuan di dasar pun dapat terlihat dengan jelas.
Berlina
“Brengseknya warga +62 kita tuh kayak gini. I don’t like that.”
Anton dan Aleks
(saling adu pandang. Mengerutkan kening mereka atas ucapan Berlina.)
Anton
“maksudnya?”
Bosy
“Maksud loe apa?”
Berlina
“Alam sebagus ini dicemari oleh sampah-sampah. Kan jadi nggak indah. Jadi illfeel gue.”
Anton
“Gue kirain apa.”
Bosy
“mereka yang datang ke sini tuh buat have fun kayak kita. Mereka bayar. Kita kesini juga bayar untuk beli tiket. Mereka yang mengambil bayaran ke pengunjung. Ya, mereka bertanggung jawab dong buat bersihin sampah-sampah disini.”
Berlina
“Tapi kan”
Aleks
“Udah ah. Nggak bahas gituan. It’s time to have fun, Gaes!”
Mereka bereuforia di sana. Menikmati suasana alam. Bahkan diantara mereka pun ada yang saling menyipratkan air. Berkejar-kejaran. Tak lupa untuk berphoto.
Setelah itu, mereka balik ke Vila milik Bosy. berpesta kimia. Berlina mendatangkan dua anak buahnya untuk menemani malam Anton dan Aleks. Sedangkan dirinya bersama Bosy. Prinsif kehidupan mereka mencari kesenangan sepuas-puasnya.
****
62. EKT : Rumah Sakit – Baiz dan Rafi tiba – Malam
Cast : Baiz, Rafi, Cinta dan Ibu Fauziah.
Baiz
(menelpon Cinta)
Assalamu’alakum, Cinta?
Saya dan teman saya sudah tiba nih, jemput yah.
INTERCUT TO
Cinta
Wa’alaikumsalam. Oke Baiz.
Aku ke depan yah. (menurunkan telpon dari telinga dan berkata kepada Bu Fauziah) bu, baiz sudah tiba. Cinta ke depan yah. Mau jemput, Baiz.
Bu Fauziah
Iyah, jemput aja. Takut nyasar.
Oh Cinta, pakai pasmina ini nih, bagus untuk jadi kudungan.
Cinta
(mengambil dan memakainya)
Iyah, Bu.
CUT BACK TO
Baiz
Sebentar lagi, Cinta datang.
Rafi (O. S)
(mengangguk)
Aku penasaran Cinta itu, Ta’arufannya kang Faiz kah?
Tak berapa lama, Cinta pun nampak di hadapan Rafi dan Baiz
Cinta
“Baiz”
Baiz
Eh, Cinta
Cinta
(melihat penampilan Baiz, berkaos putih, berjaket hitam, bercelana hitam dan berpeci hitam)
“loe tambah ganteng aje kayak sekuteng.. hehehe” (Ledek) Sumpah loe ganteng banget dan berwibawa banget.
Baiz
“Ah bisa aja, Cinta !”
Rafi
“Kang Faiz, Cinta ini calon istri antum yah?”
Cinta
“eh”
Baiz
“Bukan ya akhi. Ini tuh sobat Ana yang bernama Cinta Salsabila dipanggil Cinta.”
Rafi
(tertawa) “oh begitu, maaf yah.
Dikira panggilan sayang ke calon istri”
Cinta
(tersenyum, tersipu malu)
Baiz
“ya, ga apa-apa, akhi”
Cinta
“Sekarang kalau sudah bisa bahasa Arab. Udah ga pake kata loe and gue lagi ya iz?
Baiz
“Bisa juga sih, tapi saya sudah tidak terbiasa.”
Cinta
“Eh tadi kok dia bilang kang Faiz, bukan kang Baiz?”
Baiz
Nanti deh, diceritain. Oh iya, Cinta. Ini sahib saya, namanya Rafi
Rafi
(tersenyum) iya, saya Rafi
Cinta
Oke, kalau saya nggak usah perkenalan lagi yah.
Rafi dan Baiz
(tertawa) ya ya ya
Kemudian Cinta menawarkan Faiz dan Rafi untuk makan terlebih dahulu sebelum masuk rumah sakit. Tapi keduanya telah mengatakan sudah makan di perjalanan menuju RSUD. Oleh karena itu, Cinta langsung memandu mereka ke ruangan pasien dimana Bapak Faiz berada. Mereka pun berjalan.
Cinta (O.S)
(yang berjalan di samping kanan Faiz melihat penampilan Faiz yang keren menurutnya. Faiz yang berwajah cerah, putih, berbrewok, berpakaian stanley adam lengan panjang, bercelana hitam, berpeci dan bersepatu hitam menambah dirinya tampan menawan.)
Sumpah iz, kenapa gue jadi gemes sama loe yah.
Ketiganya pun sampai ke pintu masuk ruangan Pak Fazl. Ketika itu, Cinta mendapatkan telpon dari Bundanya. sehingga Cinta mempersilahkan Faiz dan temannya untuk masuk duluan ke ruangan pasien.
****
63. INT : Rumah Anisa – kembali pulih – pagi
Cast : Anisa dan kedua orangtua angkatnya.
Anisa (V.O)
(menatap cermin)
Oke, sudah Anisa. Saatnya bangkit
Dari keterpurukan. Yang dibutuhkan orangtuamu
Adalah doa. Bukan sekadar ratapan tanpa amal kebaikan.
Saatnya new normal.
Anisa keluar kamar untuk makan bersama keluarganya.
Anisa
“Assalamu’alaikum, pah, mah?”
Wah makan enak nih. Nisa bagi donk.
Bu Anna
(tersenyum dan senang melihat Anisa kembali normal)
Ayo, ayo sini kabung sama mamah.
Pak Azhar.
Sini, nisa deket papah juga.
Kehangatan kembali ke sediakala.
CUT TO
64. INT : Ruang Pasien – Pernikahan – pagi
Cast : Baiz, Rafi, Cinta, Bu Fauziah dan Pak Fazl.
Cinta
Faiz dan Rafi masuk duluan gih. Aku ada telpon dari Bunda.
Jadi di luar dulu sebentar. Nanti aku nyusul kedalam.
Baiz
Iyah
Di dalam ruangan pasien, Baiz mencium tangan Bapak yang sudah siuman. Kedua orangtua Baiz senang atas kedatangan anaknya. Faiz juga sangat senang melihat bapaknya pulih kembali dari serangan jantung pertama yang belum terlalu fatal. Faiz memperkenalkan juga temannya kepada kedua orangtuanya.
Pak Fazl
“Bagaimana pendidikanmu dan mengajarmu, Baiz?”
(Tangan kanannya memegang tangan Faiz sedangkan Faiz memegang tangan bapaknya dengan dua tangan penuh kecintaan)
Baiz
“Alhamdulillah, lancar Pak. beberapa bulan lagi Faiz lulus setelah mengerjakan tegas akhir, Pak”
Pak Fazl
“Bapak bangga padamu, nak.”
Bu Fauziah
“ibu juga bangga”( berdiri di samping kiri Baiz)
Baiz
“Alhamdulillah kalau begitu, Pak, Bu”
Pak Fazl
“Faiz, mau bapak lebih bangga lagi?”
Baiz
“tentu, Pak. Membanggakan kedua orangtua adalah tujuan Faiz. Rasulullah Saw juga memerintahkan setiap muslim untuk berbakti kepada orangtuanya dalam hal ma’ruf. Apa itu, Pak?”
Pak Fazl
“bapak akan lebih bangga lagi kalau Faiz, segera nikah selepas wisuda S2 di tahun ini.” (tersenyum lebar lalu tertawa kecil)
Baiz
“bapak, bapak, Faiz kira apa. kalau berbicara tentang menikah. Faiz juga mau. Menikah itu sunnah Nabi. Tapi...” (sambil menggaruk brewok di bawah telinga kanannya.)
Bu Fauziah
“bapakmu itu tuh pengen segera punya cucu. Ibu juga”
Baiz
“Ibumu, benar Baiz”
Rafi
(tak ingin menjadi pendengar obrolan Faiz dan orangtunaya.
Ia ikut angkat bicara,)
“Waah.. kalau saya di posisi kang Faiz. Saya pasti langsung cepat tanggap atas permintaan bapak dan ibu. Hehehe.”
Baiz
(Faiz menyikut temannya. Matanya membulat.)
Rafi
“Auw !”
Baiz
(berdehem sebelum melanjutkan perkataan yang
sebelumnya belum selesai)
“tapi, tapi kayaknya itu terlalu cepat, Pak, Bunda. Faiz belum siap”
Bu Fauziah
“belum siap karena biaya pernikahan? Itu maksud, Faiz?”
Baiz
“bukan bu.”
Pak Fazl
“atau anu mu belum siap”(meledek)
Ketika Rafi mendengar gurauan pak Fazl, ia mengepalkan tangannya untuk menutupi tawa di mulutnya. Sementara bu Fauziah tertawa dan geleng-geleng kepala.
Baiz
(menggelengkan kepalanya) “Ada temen Faiz, pak. Jangan malu-maluin Faiz.”
Pak fazl
“Maaf yah, Bapak bercanda. Kalau masalah duit, jangan khawatirkan soal biaya. Tenang saja, Faiz”
CUT TO
Cinta (O.S)
(masuk ke ruang pasien)
Wah lagi pada ngobrol asyik nih.. gue di sini aja ah. Di balik tirai. Kebetulan disini nggak ada pasien.
(melihat layar hp) eh Anisa chat gue
CUT BACK TO
Baiz
“sebelumnya, terima kasih kepada bapak dan ibu sudah memikirkan biaya pernikahan untuk Faiz. Tapi, Faiz pikir itu merepotkan bapak dan ibu. Faiz sekarang sudah besar. Faiz tidak mau segalanya bergantung pada orangtua. Setelah lulus, Faiz ingin bekerja terlebih dahulu. Faiz ingin membahagiakan orangtua dengan uang hasil jerih payah sendiri walaupun tak seberapa. Selama bekerja juga, faiz akan menabung untuk membangun bahtera rumah tangga.”
Bu Fauziah
“niat kamu sudah bagus, Faiz.”
Pak Fazl
“Kalau maunya Faiz seperti itu. Entah bapakmu ini masih kuat atau tidak. Entah masih berumur panjang atau tidak. Bapakmu ini sudah tua, Faiz. Bapak ingin menyaksikan kamu menikah sebelum ajal menjemput, Bapak”
Baiz
“Ya Allah. Bapak, jangan berkata demikian.” (Hatinya merasa tidak enak mendengar tutur kata Bapaknya. Akhirnya ia memutuskan berbicara,) “Baik, Pak. Faiz akan segera menikah. Setelah bapak sehat, kembali ke rumah. kita pergi melamar ke rumah wanita pilihan, Faiz.”
CUT TO
---- Cinta dan Anisa chatan---
Assalamua’alaikum, Cinta?
Wa’alaikumsalam. Anisa. Loe sudah sehat?
Alhamdulillah, Cinta.
Better then before.
Btw gimana kabar beliau?
Baik, juga Nisa.
Alhamdulillah ya Allah.
Terus Faiz udah datang?
Udah dateng.
Lagi pada ngobrol tuh.
Gue lagi kamar pasien yang lagi kosong.
Cinta, Aku dan my family
mau kesana. Apa nama ruangannya?
Ketika Cinta mendengar perkataan Faiz -Pak. Faiz akan segera menikah. Setelah bapak sehat, kembali ke rumah. kita pergi melamar ke rumah wanita pilihan, Faiz- Cinta berhenti membaca pesan dari Anisa. Kedua jempol yang ia gunakan mengetik seolah-olah beku. Batinnya bergejolak, hah apa? Faiz akan segera melamar Anisa. Cepat sekali yah. Aduh kok aku jadi merasa sedih begini yah?. Ketika tersadar kembali dari suara dalam hatinya, Cinta berucap pelan, “Astagfirullah, ingat Cinta inget.” Tiba-tiba chat dari Anisa telah penuh.
Cinta?
Cinta Salsabila?
Helo!
Helo, Cinta!
Kok diem?
Padahal pesan centang biru semua nih.
Emm.. Wah bales dendam nih?
Eh, Anisa, maaf. Hehehe
Tenang gue ada.
Oh ya sa
Gau usah kesini
Mereka bakal chek out.
Udah yah.
Oh gitu, ok.
Cinta mengantungi ponselnya. Ia menunggu obrolan mereka selesai. Ketika obrolan selasai. Ia izin pamit pulang kepada Pak Fazl, Bu Fauziah, Faiz dan Rafi karena Bunda Cinta memintanya pulang karena urusan penting.
CUT BACK TO
Pak Fazl
(tersenyum, kepalan tangan kanannya semakin kencang menggenggam tangan Faiz. Tangan kiri Pak Fazl pun ikut memegang tangan Faiz.)
Rafi
“Alhamdulillah... akhirnya kang Faiz mau juga. Ngomong-ngomong calon istrinya kang Faiz, wanita yang tadi bukan?” Siapa tuh tadi namanya?”
“Cinta?”
(Tanya Pak Fazl dan Bu Fauziah secara serempak.)
Rafi
“iyah itu. Cocok banget tuh.”
Faiz
(menepuk jidat)“Astagfrullah, ya akhi. Antum asal ceplas ceplos aja kayak bajay. Tadi kan sudah dikasih tahu kalau Cinta bukan calon istri saya.”
Rafi menutup mulutnya. Pak Fazl dan Bu Fauziah tertawa dibuatnya.
Ketika tertawa diantara Baiz dan keluarga.
Cinta
“Aduh, maaf yah pak, bu, Faiz and siapa tadi?
Rafi
Rafi
Cinta
Oh iya, Rafi. Semua. Cinta mau pulang. tadi Bunda telpon. Ada urusan penting.
Bu Fauziah.
Ya, nggak apa-apa, Ibu bersyukur banget cinta telah menemani ibu dan bapak disini.
Cinta
Iya, sama-sama Bu. Oh iya, kudungan ini, cinta pinjem dulu yah. Terima kasih atas obrolan penuh hikmahnya.
Bu Fauziah
Kudungan itu buat Cinta aja. Iya sama-sama Cinta.
Baiz
Jazakumullah khairan yah Cinta.
cinta
Iya, afwan
Cinta pun pergi setelah mencium tangan bu fauziah dan Pak Fazl.
65. INT : Rumah Anisa – kejutan – siang
Cast : Anisa dan Bu Anna.
Bu Anna
(menghampiri ke kamar Anisa)
Ohya, Anisa. Ibu lupa. Bagaimana pekerjaan kamu di toko Bunda Shinta? Beliau sudah ditelpon lagi?
Anisa
Barusan, Anisa baru telpon. Kata beliau, Anisa istirahat aja dulu
Bu Anna
Ooh begitu, yaudah mamah mau ke dapur dulu yah.
Anisa
Iya, mah.
Ketika Bu Anna hilang dibalik pintu, Hp Anisa pun berdering.
Anisa
My heart memanggil.
INTERCUT TO
Baiz
Nisa, bapak kamu ada di rumah?
Anisa
Oh, Papahku ada. Mamahku juga.
Baiz
Oh
Anisa
Ada apa, Faiz? Mau berbicara dengan orangtuaku?”
Baiz
Iyah, enggak.
Anisa
Emmm... mana yang benar. Ya atau enggak?
Baiz
Enggak aja deh. Jadi begini. Nisa, aku dan kedua orangtuaku akan melamarmu minggu depan.
Anisa
Beneran? Cepat sekali, Faiz.
Baiz
Beneran. Nisa. Bapakku yang memintaku.
CUT BACK TO
Anisa
Ok, nanti aku kasih tahu papah, mamahku untuk mempersiapkan kedatangan kamu dan keluarga.
(telpon pun berakhir dengan salam penutup)
Ya Allah seneng banget. My lovely Faiz mau ngelamar aku.
Kasih tahu papah, mamah ah.
CUT TO
Faiz pun menutup telpon dengan senyuman.
Rafi
“Cieee kang Faiz... yang mau menikah. Habis nelpon calon” (dengan nada meledek) “tujuan cutinya sih menjenguk bapak sakit. Ga nyangka akan seperti ini.”
Baiz
“ini namanya menyelam sambil minum air, ya akhi.”