Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Cahaya lampu begitu terang dan gemerlap warna-warni, gedung yang menjulang tinggi kini ramai didatangi ribuan orang, memberi suport dan suara untuk keluarganya yang akan tampil malam ini. Ayunda, Ifan, Tania, Riri dan Atarik tersenyum, melihat para peserta yang ditemui orangtua atau keluarga. Iri, tentu. Siapa yang tidak ingin seperti peserta lain, impian yang di dukung orangtua, sedangkan mereka, hanya modal nekat saja sudah banyak bersyukur.
Acara telah di mulai, para peserta sudah ada yang mulai tampil. Mereka berlima duduk di ruang tunggu, menunggu giliran untuk tampil, sambil menunggu Herdi yang belum datang.
"Kalian udah tampil?" Tanya Herdi dengan nafas memburu, lelah berlari dari lantai satu sampai lantai lima. "Maaf saya telat. Tadi jalanan macet." Namanya juga Jakarta, baik pagi, siang, sore, malam, selamanya akan tetap macet.
"Belum kak." Jawab Riri. Herdi ikut duduk di samping Tania.
"Penampilan peserta nomor urut lima sangat bagus ya, gaya tariannya itu sangat pas dengan lirik lagunya. Kalian bisa jaga kekompakkan, dan juga kostumnya oke, karena di sini kamu tidak hanya menari tradisional, tetapi ada dance-nya juga, jadi sangat bagus." Dewan juri mulai memberikan komentar sesuai ekspektasi mereka masing-masing. "Yaudah, kali ini penampilan dari peserta nomor urut enam, atas nama Atarik dan teman-temannya," Kata pembawa acara yang diketahui adalah, Daniel Mananta dan Fanny Ghassani.
Atarik, Ifan, Tania dan Ayunda bersiap-siap untuk naik ke atas panggung. "Kalian jangan gugup, tampil rileks aja, jaga kekompakkan, nada lagu sama kaliamt liriknya harus seirama, menang atau kalah nggak jadi masalah, asalkan kalian bisa membuat penonton dan juri menikmati karya kalian." Herdi memberi wejangan pada mereka sebelum naik ke atas panggung, sedangkan ia dan Riri masih tetap di sana, ruang tunggu.
_
Ruangan yang awalnya terang kini berubah gelap, suara piano mulai mengalun indah dari atas panggung, di susul Ayunda yang memainkan biola, saat musik yang sesungguhanya yang sudah diatur oleh petugas, ruangan kembali terang, dan saat itu juga Tania dan Ifan mulai bernyanyi.
Ratusan purnama berlalu
Tapi cinta tak pernah berlalu
Walau kau usir aku di hidupmu
Tapi cintaku tetap diam
-Tania-
Ratusan purnama berlalu
Sendirian aku tanpa cinta
Tak pernah ada cinta yang lain
Hatiku terbuka hanya untukmu
-Ifan-
Duhai cinta enggan menawar rasa
Gelombang marahmu terlalu berlebih
-Ifan dan Tania-
Berderik-derik bunyi jantungku
Bila ku kenang wajahmu
Biar jauh jarak pandang kita
Namun hati dan jiwaku selalu merasa di sisimu
-Ifan-
Duhai cinta sulit ku meraba
Diam dan dinginmu menerpa
Ribuan hari ku mengingatmu
Membaca semua puisimu
-Tania-
Mengering raga ini menantimu
Ratusan purnama cinta kita kembali
-Ifan dan Tania-
Duhai cinta enggan menawar rasa
Gelombang marahmu terlalu berlebih
-Ifan dan Tania-
berderik-derik bunyi jantungku
Bila ku kenang wajahmu
-Ifan-
Biar jauh jarak pandang kita
Namun hati dan jiwaku selalu merasa di sisimu
-Ifan dan Tania-
Duhai cinta sulit ku meraba
Diam dan dinginmu menerpa
Ribuan hari ku mengingatmu
Membaca semua puisimu
-Tania-
Mengering raga ini menantimu
Ratusan purnama cinta kita kembali lagi
Ratusan purnama cinta kita kembali
-Ifan dan Tania-
semua juri dan penonoton, bertepuk tangan riuh.
"Jadi ingat kisah Rangga sama Cinta lagi deh, ini." Kata Rossa, selaku dewan juri di sana.
"Iya, bener banget." Timpal juri lainnya yang bernama Ari Lasso. "Kalau kalian tadi membawakan lagu, Ada Apa Dengan Cinta?, pasti kita semua di sini dan yang lagi nonton di rumah, akan di tarik kembali, ke tahun dua ribu dua. Kalau lagu yang kalian bawakan ini, Ratusan Purnama, kita akan di tarik ke tahun dua ribu enam belas, mengenang kisah Cinta dan Rangga yang sempat terspisah oleh ratusan purnama," Sambungnya. Entah kenapa, semua juri kali ini justru membahas kisah Cinta dan Rangga. Saking populernya, sampai-sampai semua penontonpun tak mau ikut ketinggalan.
"Aduh, kok nggak ada Anto Hoed sama Melly goeslaw ya, kalau ada, gimana reaksi mereka berdua saat lagunya di bawakan oleh para finalis ini?" Goda Citra Anggun, yang hadir sebagai juri di sana.
"Udah-udah, kok jadi bahas soal Cinta dan Rangga sih, gue ngerasa nih!" Celetuk Fanny.
"Emang, lo pernah main di AADC satu sama dua ya?" Tanya Daniel dengan begitu polosnya, padahal Fanny hanya menggoda dan mengaku-ngaku saja.
"Iya, gue kan yang jadi Cinta-nya." Daniel tertawa
"Kalau lo yang jadi Cinta-nya, mungkin nggak akan ada orang yang nonton film AADC."
"Kok, lo gitu sih Dan."
Mereka semuanya berdebat, memperebutkan para pemain AADC baik satu dan dua yang sangta popular.
Ada Apa Dengan Cinta?2, bagi pengidola film Ada Apa Dengan Cinta?, pasti ingin melihat kelanjutan kisah persahabatan Cinta, Carmen, Maura, Milly kembali, tanpa adanya sosok Alya yang meninggal di tahun dua ribu sepuluh, dan yang paling utama, mereka pasti tidak sabar untuk melihat perjalanan kisah cinta Rangga dan Cinta, terpisah oleh ratusan purnama dan dua benua yang berbeda. Film ini masih sama dari film yang sebelumnya, tetap mendapatkan jumlah penonton tertinggi kedua di tahun dua ribu enam belas, dengan jumlah penonton tiga koma tujuh juta penonton. Film ini juga ditayangkan di beberapa Negara ; Malaysia, Brunei Darussalam, Australia, Melbourne, Sydney, Adelaide, Darwin dan Brisbane. Dengan aktor dan aktris yang masih sama di Ada Apa dengan Cinta?, hanya saja, pemeran Alya di film Ada Apa dengan Cinta? 2 tidak ada, karena Ladya Cheryl yang memerankan tokoh tersebut harus melanjutkan pendidikannya di luar negri, hal itu kenapa tokoh Alya dimatikan, karena para sutrada dan pemain lainnya tidak ingin Alya digantikan aktris lainnya, Ladya Cheryl tak tergantikan yang lain. Dan ada pemeran baru, yakni ; Christian Sugiono, sebagai Chris, suami Maura, dan Ario
Nama Anto Hoed dan Melly Goeslaw yang masih didapuk sebagai tata musik di film tersebut. Jika dulunya lagu Ada Apa dengan Cinta? yang populer, kini lagu Ratusan Purnama yang semakin melejit, yang dinyanyikan oleh Melly Goeslaw dan berduet dengan aktor Marthino Lio.
_
Setelah mereka melewati beberapa tahap, mulai dari masuk sepuluh besar, Sembilan besar hingga tiga besar, kini mereka menunggu para peserta yang lolos untuk masuk ke grand final.
Duduk termenung, menunggu hasil yang membuat mereka tak bisa tidur.
"Kemarin kalian belum jawab, kalau kalian suka sama dunia seperti ini, kenapa kalian nggak masuk SMK aja, atau dunia perfilman?" Tanya Tania dengan pertanyaan yang sama seperti kemarin malam.
"Gimana mau masuk SMK, uang aja nggak punya, syukur-syukur dapat beasiswa." Jawab Ifan langsung, sesuia dengan kenyataan yang ada.
"Dari dulu gue udah pengen banget masuk sekolah musik, tapi papa nggak suka, justru nyuruh gue agar masuk di jurusan IPS, katanya, biar mudah kalau ngurusin bisnis, kan udah ada ilmunya," Lanjut Atarik, cemberut.
Ayunda berpindah duduk di samping Tania dan Riri, "Kalau gue, nggak pernah terlintas tuh, dipikaran, buat masuk ke sekolah kayak gitu. Dulu gue pengen jadi dokter, makanya gue masuk IPA."
"Gue nyari jurusan itu, sesuai dengan banyaknya orang yang minta. Dulu, gue mikir masa depan tuh, males benget, nggak kurang kerjaan. Eh, udah tau kayak gini, ternyata, hal yang bisa membantu kita mudah memahami pelajaran adalah, hanya materinya saja yang kita sukai, atau mudah bagi kita," Timpal Riri. Tania diam-diam tersenyum kecil. Ternyata, teman-temannya ini memiliki beribu kejutan yang tak pernah ia sangka sebelumnya.
Tania mentap mereka seksama, secara bergantian, "Gue dari dulu udah ingin untuk masuk ke sanggar, tapi, gue dulu beda sama yang sekarang. Dulu gue penakut, makanya Mama nggak mau masukkin gue ke sanggar." Kini Tania yang mulai cerita. Terkadang, tidak selamanya orang akan mau mendengarkan keluh kisah orang lain, dan tidak semua orangpun mampu memberi pengertian yang sesuai ekspektasi kita. Atarik, Tania, Ifan, Riri dan Ayunda. Mereka selalu menyimpan masalahnya rapi dalam jiwa, karena mereka peraya semua itu. sampai akhirnya, semesta mempertemukan mereka yang saat itu mereka anggap 'hanya sebuah kebetulan'. Tapi lama-lama mereka percaya, pertemuan mereka bukan karena sebuah kebetulan, namun takdir.
"Hai, selamat malam semuanya?" mereka yang awalnya bermain kartu remi, langsung menghentikan permainannya dan menatap ke arah pintu.
"Ada kabar bagus buat kalian." Herdi melangkah mendekat ke arah mereka. "Ternyata, kita masuk grand final," Lanjut Herdi dengan suara yang mengcil, namun terpancar kebahagiaan di dalamnya.
Awalnya mereka melongo, kemudian mereka tertawa dan tersenyum bahagia. Sungguh kabar yang tak pernah ia sangka sebelumnya. "Beneran kak?" Tanya Ifan kembali. Memastikan jika Herdi tidak sedang mengajak bercanda.
"Beneran, kak Herdi nggak bohong. Sekarang, kita harus semakin giat latihan, supaya bisa jadi juara satu."
"Setuju kak." Balas Riri. "Tapi, besok kita mau bawa lagu apa lagi kak?"
"Iya kak, lagu AADC satu sama dua, udah kita nyanyikan, terus kemarin, kita nyanyi Ada Cinta, lalu besok?"
"Gimana, kalau Tentang Dia?" Ujar Ayunda secepat kilat.
"Maksudnya?"
"Lagu AADC kan udah kita nyanyikan, kenapa nggak sekalian lagu Tentang Dia aja, yang jadi soundtracknya di film Tentang Dia. Film ini juga meraih banyak penghargaan lho! Anto Hoed memenangkan Piala Citra untuk Tata Musik Terbaik, Adinia Wirasti memenangkan Piala Citra untuk Aktris Pendukung Terbaik, dan yang lainnya hanya masuk nominasi, seperti ; Sutradara Terbaik, Aktris Terbaik, Skenario Terbaik, Tata Suara Terbaik, dan Tata Artistik Terbaik. Gimana, kalian setuju nggak?"
"Lagunya enak nggak?"
"Coba deh, kalian buka youtub dan dengarkan," Titah Ayunda. Riri mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. "Penyanyinya siapa? Melly Goeslaw sama Evan Sandres kan?"
"Iya."
Riri langsung mencarinya, saat sudah ia temukan, Riri langsung memutarnya dengan volume yang keras, supaya yang lainnya dapat terdengar.
"Iya, lirik lagunya sama irama musiknya bagus, serasi," Kata Atarik mengangguk-ngangguk, seakan-akan menyetujui pendapat Ayunda.
"Iya, ini aja. Misi kita kan, mengenang dan mempopulerkan kembali lagu-lagu di tahun dua ribuan," Celetuk Tania dengan wajah yang semringah. "Berarti kalian setuju nih?"
Mereka mengangguk mantap, begitupun Herdi, yang selalu menyetujui ide-ide mereka.
Manusia itu pandai berakting, di depan pacarnya mereka bersikap manis, dan saat dibaliknya, mereka menunjukkan sifat aslinya.
(Riri Sukma Kamil)