Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. EXT. RUMAH – HALAMAN DEPAN – SIANG
Mobil berhenti di depan rumah. Ria menunggu di teras. Rano dan Gilang keluar dari mobil dengan wajah yang murung. Ria khawatir hal buruk telah terjadi, sebab ia tahu mengenai Villa Indah dan keberadaan Lena.
Rano berjalan ke dalam rumah tanpa mengacuhkan Ria sama sekali. Ria ditinggal dengan penuh tanda tanya. Sementara itu, Gilang terlihat seddang mengeluarkan koper dari dalam mobil. Wajahnya sama sekali tidak berseri. Gilang berjalan menuju rumah sambil menarik koper. Ketika bertemu Ria, Gilang tersenyum, lalu memeluknya.
GILANG
(lirih)
Gilang sudah bertemu dengan ibu.
Hati Ria berdesir. Tangannya menutup mulutnya yang setengah menganga mendengar kabar itu. Ia lalu melirik Gilang. Raut wajahnya bertanya apakah semuanya baik-baik saja. Gilang tersenyum. Pertanyaan di benak Ria pun terjawab. Ia pun tersenyum lega.
DISSOLVE TO:
2. INT. RUMAH – RUANG MAKAN – MALAM
Rano dan Gilang terlihat sedang makan malam. Tidak seperti biasa, keduanya larut dalam hening, yang terdengar hanya suara gesekan sendok dengan piring. Rano pun bahkan terlihat tidak bersemangat untuk berulah. Gilang memulai percakapan.
GILANG
(lirih)
Terima kasih, Yah.
Rano melirik Gilang, lalu tersenyum.
RANO
(pelan)
Sekarang, tidak ada lagi yang ayah takutkan, Lang. Tugas terakhir ayah sudah ayah selesaikan.
(beat)
Ayah sudah bisa pergi dengan tenang.
Bibir Gilang bergetar menahan rasa perih, haru, sedih, dan takut di saat bersamaan. Gilang mengangguk tegang sambil menatap Rano. Rano tersenyum lebar. Senyum yang sangat ikhlas dan penuh kelegaan.
START OF MONTAGE:
3. EXT. RUMAH – PAGI
Terlihat bangunan rumah dari depan. Hening
4. INT. RUMAH – RUANG KELUARGA – SIANG
Terlihat ruang keluarga yang tak berpenghuni. Hening
5. EXT. RUMAH – HALAMAN BELAKANG – SORE
Terlihat halaman belakang. Hening
6. EXT. KEBUN – PAGI
Terlihat rumput-rumput mulai tinggi. Pohon rambutan yang tak berbuah. Dan tomat-tomat yang mulai membusuk dan menunggu angin menjatuhkannya. Terdengar suara burung-burung beterbangan.
END OF MONTAGE
7. INT. RUMAH – KAMAR RANO – PAGI
Terlihat tangan menaruh potret Rano dan Gilang di puncak Ulu Kasok yang telah dibingkai ke atas meja. Kamera fokus ke foto beberapa saat. Lalu beralih kepada Gilang.
Gilang duduk di atas kasur. Ia melirik kemeja yang digantung di belakang pintu. Gilang berencana untuk membawanya. Ia merasakan sekat di saku kemeja, ketika ia hendak melipat kemeja tersebut. Gilang merogoh saku, mendapatkan secarik kertas. Hendak membacanya, terdengar bunyi klakson mobil. Gilang melipatnya kembali meletakkannya di dalam saku kemejanya.
8. EXT. RUMAH – TERAS DEPAN
Ria tersenyum. Gilang memeluknya. Gilang gantian memeluk Ata.
ATA
Sering-sering pulang, Bang.
Gilang tersenyum. Ia membelai rambut Ata. Gilang mengangguk.
GILANG
Iya... Yang rajin sekolahnya, Ata.
9. EXT. JALANAN DEPAN RUMAH
Gilang dan Rian memasuki mobil.
Mobil berjalan meninggalkan rumah.
START OF MONTAGE:
10. INT./EXT. MOBIL – JALAN DESA TARAM
Gilang memandang ke luar jendela. Pandangannya kosong. Di sebelahnya, Rian terlihat fokus menyetir.
Sesaat setelah itu, Gilang merogoh saku kemejanya mengambil surat. Lalu dibacanya.
BUJANG (V.O)
Saudaraku, Rano. Bukan karena apa kutulis surat ini untuk kau.
Semenjak kunjungan terakhir kau tiga tahun yang lalu,
kilas balik memori terus menari-nari di ingatanku.
Tentang persahabatan dan persaudaraan kita yang telah terjalin begitu lama
dan tak lekang dimakan usia. Tentang kesetiaan kau dan pengkhianatanku.
Terutama tentang ketulusan hati kau yang
tak sedikitpun memberi ruang untuk rasa dendam.
INTERCUT:
11. EXT. JALANAN PADANG PANJANG – SILAIANG – SIANG
Mobil melintasi jalanan berkelok-kelok di tengah pegunungan hingga terlhat air terjun Lembah Anai.
BUJANG (CONT’D) (V.O)
Aku menyesal, Rano.
Bertahun-tahun aku bersembunyi di pelosok Aceh,
hidup sederhana dengan anak dan istriku, berpura-pura bahagia dengan itu,
tapi beban bersalah tak pernah lenyap dari batinku terhadap kau, Rano.
INTERCUT:
12. INT. BANDARA PADANG – SIANG
Gilang sedang duduk menunggu jadwal keberangkatan pesawatnya ketika sepasang tangan menyentuh bahunya. Gilang menoleh. Ternyata Dewa. Ia bersama Julia, Olaf, Nadine dan bayinya.
Mereka terlihat berbincang-bincang. Pandangan Gilang beradu dengan Julia, mereka saling melempar senyum.
Olaf menunjuk ke arah Mark yang sedang duduk tidak jauh dari mereka. Mark mengangguk dengan senyum yang dipaksakan.
BUJANG (CONT’D) (V.O)
Suatu hari anak dan istriku meninggal dalam kecelakaan
dan entah kenapa aku menjadi satu-satunya yang tersisa dalam kecelakaan tersebut.
Setiap hari pertanyaan itu muncul di benakku.
Hingga akhirnya aku tersadar bahwa masih ada yang tersisa untukku.
Yaitu kau, saudaraku.
INTERCUT:
13. INT. LOKASI SYUTING – SORE
Gilang berjalan ke arah seorang laki-laki yang duduk di atas kursi. Di belakang kursi tersebut terlihat tulisan: DALANG. Laki-laki tersebut terlihat sibuk menunjuk-nunjuk layar monitor di depannya. Gilang menyentuh bahu laki-laki tersebut. Laki-laki itu berputar badan. Ialah Ajit. Gilang memeluknya. Gilang dan Ajit lalu terlihat berbincang-bincang sambil tertawa.
BUJANG (CONT’D) (V.O)
Ada ikatan tanpa temali darah yang masih tersisa.
Seorang sahabat, belahan jiwa, saudara, keluarga.
Alangkah besar keinginanku dapat mengulang kembali masa-masa jaya kita,
namun waktu memang telah berpihak kepada generasi yang berbeda.
Terima kasih kau telah mengetuk pintu rumahku tiga tahun yang lalu.
Beberapa hari terakhir yang aku lewatkan dengan kau
adalah hari-hari terbaik yang pernah ada di dalam hidupku.
Rano, mungkin jika nanti kau memutuskan untuk berkunjung kembali ke rumah ini,
kau akan bertemu seorang pemuda gagah yang akan memberikan surat ini kepada kau.
INTERCUT:
14. INT./EXT. MOBIL – PAGI
Mobil berhenti di depan kantor. Laras hendak turun dari mobil. Lalu, Gilang menahannya. Ia memberikan cincin. Laras kaget. Ia menatap wajah Gilang lekat-lekat dan cukup lama sampai akhirnya ia tersenyum dan menyodorkan tangannya. Gilang memasangkan cincin tersebut.
BUJANG (CONT’D) (V.O)
Dia tidak akan berbicara apa-apa, sebab Tuhan memang tidak mengizinkannya untuk bersuara. Pemuda itu ialah seorang yatim piatu yang telah banyak membantuku. Ketulusan hatinya mengingatkanku akan sosok kau. Satu permintaanku kepada kau, Rano... Wujudkanlah keinginan Gilang untuk bertemu dengan ibunya. Bagaimanapun, Lena adalah ibu kandungnya. Bagaimana bisa kau membiarkan seorang anak dan ibu untuk berpisah sementara mereka belum pernah bertemu. Gilang berhak untuk bertemu dengannya. Yakinlah kau. Gilang tidak akan meninggalkan kau walaupun nanti ia bertemu dengan ibunya. Dia sangat menyayangi kau.
INTERCUT:
15. INT. APARTEMEN – KAMAR – MALAM
Gilang sedang menulis cerita baru di dalam laptopnya.
BUJANG (CONT’D) (V.O)
Oh, Saudaraku... banyak sekali hal yang ingin aku bagi denganmu, seperti waktu dulu.
Di saat angin pun merasa lelah mendengar obrolan kita yang tiada hentinya.
Rasanya melalui sepucuk surat ini tidak akan cukup.
Mungkin dengan ditemani dua cangkir kopi sembari menunggu
matahari terbenam di pantai Padang akan terasa cukup untuk obrolan terakhir kita.
Tapi, biarlah. Malam itu kau pernah berujar,
kita bertemu, lalu berpisah, lalu kelak akan bertemu kembali.
Di suatu tempat di mana persaudaraan kita akan berlanjut di dalam waktu yang kekal.
Sampai nanti, sampai kita bertemu kembali, Saudaraku.
Tangan Gilang berada di atas keyboard laptop hendak mengetik judul skenario terbarunya...
FADE TO BLACK
ENDING TITLE:
SAMPAI NANTI, SAMPAI KITA BERTEMU KEMBALI
FADE IN:
16. EXT. JALANAN ULU KASOK – SIANG
Teks: SEPULUH TAHUN KEMUDIAN
Dari jauh, terlihat mobil Rano melintasi jalan. Dari kaca depan mobil, terlihat Gilang dan anak laki-lakinya yang berusia tujuh tahun berada di dalam mobil.
FADE OUT