Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. EXT. DEPAN RUMAH AWAL – SIANG
Gilang langsung memutar mobil ke arah jalan pulang.
Mobil berhenti.
2. INT./EXT. MOBIL – DEPAN RUMAH AWAL
Gilang keluar dari mobil. Sebelum keluar, Awal salim kepada Rano. Rano mengusap kepala Awal.
RANO
Jaga diri kamu baik-baik, ya.
Awal mengangguk. Ia langsung ke luar mobil.
3. EXT. DEPAN RUMAH AWAL
Gilang menyambut tubuh Awal. Mereka berpelukan.
GILANG
Terima kasih banyak, Wal.
Mereka melepas peluk.
AWAL
(bahasa isyarat)
Sama-sama. Jangan lupa mampir lagi kapan-kapan ke sini.
GILANG
Pasti.
Keduanya saling melempar senyum.
GILANG (CONT’D)
Oh ya, baju kamu.
AWAL
(bahasa isyarat)
Nggak apa-apa. Simpan saja sebagai kenang-kenangan.
Kelihatan lebih bagus di badan kamu.
Gilang tersenyum, lalu kembali ke mobil sambil melambaikan tangan.
GILANG
Sampai jumpa, Wal!!
Awal membalas lambaian tangan tersebut. Dilihatnya mobil Gilang sampai jauh.
CUT TO:
4. INT./EXT. MOBIL – JALANAN DUMAI
RANO
Kamu masih ingat Villa Indah, Lang?
GILANG
Yang mana tuh, Yah?
RANO
Yang di Ulu Kasok.
Yang dulu kalau kita kemalaman pulang, biasa nginap di sana.
GILANG
Ohh... ingat sih, Yah. Tapi lupa dekat mananya.
RANO
Gampanglah itu, ntar kita lihat-lihat aja kalau udah masuk Ulu Kasok.
GILANG
Oke deh.
DISSOLVE TO:
5. EXT. JALANAN DURI – SORE
Mobil memasuki kawasan Duri. Tiba-tiba, ponsel Gilang berdering. Panggilan dari Ria. Gilang mengangkatnya.
GILANG
Assalamualaikum, Tek.
Rano melirik. Tidak berkata apa-apa, hanya menguping pembicaraan mereka.
RIA (O.S)
Waalaikumsalam, Lang.
Gimana ayah kamu, Lang?
GILANG
Iya ini kita udah jalan pulang, Tek.
Tapi kayaknya malam ini nginap di Ulu Kasok dulu di...
(ke Rano) Villa Indah ya, Yah?
Rano mengangguk pelan.
CUT TO:
6. INT. RUMAH RIA - DAPUR
Ria sedang memasak makan malam. Aktifitasnya terhenti seketika mendengar Villa Indah.
GILANG (O.S)
Tek, Gilang fokus nyetir dulu.
Besok pagi-pagi, kita langsung pulang ke rumah kok, Tek.
Nanti Gilang kabari lagi.
Sambungan telepon langsung terputus. Ria masih terpaku di tempatnya.
CUT TO:
7. INT./EXT. MOBIL – JALANAN DURI
Gilang fokus menyetir, sedangkan Rano duduk di jok belakang. Dia terlihat sangat lelah.
RANO
Lang...
GILANG
Ya, Yah?
RANO
Nanti kalau udah nyampe Ulu Kasok, bangunin ayah, ya.
GILANG
Iya, Yah.
Rano merebahkan tubuhnya.
DISSOLVE TO:
8. EXT. JALANAN ULU KASOK – MALAM
Mobil melaju pelan di tengah hujan yang turun deras.
9. INT./EXT. MOBIL – JALANAN ULU KASOK
Gilang berusaha fokus mengendarai mobil, mengingat jalan yang dilewati di tengah-tengah pegunungan dan hujan turun begitu deras. Di jok belakang, Rano tertidur pulas. Gilang membangunkannya. Rano bangun. Dengan pandangan yang masih kabur, ia berusaha duduk.
GILANG
Kita udah nyampe Ulu Kasok, Yah.
Rano melirik ke arah jalan, berusaha mengingat jalan
RANO
Bentar Lang, ayah ingat-ingat dulu.
Rano terlihat kesusahan mengingat posisi mereka sebab jalanan yang diterpa hujan deras. Lalu, Rano melihat sebuah bangunan yang terang dari kejauhan. Ia mulai ingat.
RANO (CONT’D)
Kalau ayah nggak salah, itu deh Lang.
GILANG
Ayah yakin?
Bangunan itu semakin dekat. Rano mulai yakin.
RANO
Iya nggak salah lagi. Ini vila yang waktu itu kita pernah nginap.
Waktu itu kamu masih sangat kecil. Mungkin kamu lupa.
Gilang menjalankan mobil perlahan memasuki pekarangan villa. Mereka memarkirkan mobil.
Gilang bergegas menuju interior villa. Melalui kaca mobil, Rano memperhatikan sebuah rumah yang tidak terlalu jauh dari villa. Rumah bertingkat di daratan yang lebih rendah dari villa. Di depannya terhampar lapangan luas. Rano terus memperhatikan rumah itu, seolah menunggu seseorang muncul dari dalamnya.
Lamunan Rano disadarkan ketika Gilang mengetuk pintu dari luar. Rano menoleh. Ia segera keluar dari mobil.
DISSOLVE TO:
10. INT. VILLA – KAMAR – MALAM
Gilang sudah tertidur pulas. Sementara itu di sebelahnya, Rano masih terbangun. Matanya nyalang menatap langit-langit. Suara hujan masih terdengar sangat deras. Rano beranjak ke balkon menatap rumah yang sama, dengan harapan bahwa pintu rumah itu akan terbuka segera.
Tidak lama setelah itu, terlihat bayangan seseorang bergerak di dalam rumah. Rano menggerakkan kepalanya seperti ingin melihat lebih jelas bayangan itu. Sedetik kemudian, lampu rumah tersebut padam. Wajah Rano seketika murung. Rano kembali ke tempat tidur. Ia mencoba untuk tidur.
DISSOLVE TO:
Terlihat jam dinding menunjukkan pukul 2. Hujan tinggal gerimis. Gilang masih tertidur pulas, sedangkan Rano terlihat gelisah mencoba untuk tertidur. Ia memiringkan badannya menghadap Gilang. Rano menatap Gilang. Wajahnya mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.
Terlihat wajah Gilang tertidur pulas dari gelap hingga perlahan cahaya matahari mulai masuk.
11. EXT. VIEW – PAGI
Matahari mengintip di balik perbukitan.
12. EXT. VIEW
Close up setetes air di atas daun yang perlahan jatuh.
13. EXT. VILLA
Rano duduk di atas tebing. Wajahnya datar. Pikirannya melayang ke masa lalu.
Terlihat jelas rumah bertingkat yang dari semalam diperhatikan Rano. Rumah tersebut berdesain amat sederhana, namun terlihat nyaman. Di depannya, halaman yang tidak begitu luas ditumbuhi bunga-bunga dan bermacam tumbuhan lainnya. Halaman itu berpagar kayu setinggi pinggang. Di antara Rano dan rumah itu, terhampar lapangan yang cukup luas.
Tidak lama setelah itu, terlihat seorang anak kecil berusia enam tahun keluar dari dalam rumah dengan sebuah bola di tangannya. Ia berlari menuju lapangan. Sesampainya di sana, anak kecil itu mulai bermain bola. Rano meliriknya penuh haru. Sesaat setelah itu, air matanya mengalir. Semakin lama semakin menjadi-jadi. Ia pun terisak-isak.
Gilang datang dari arah belakang dengan wajah baru bangun tidur. Ia menyentuh bahu Rano.
GILANG
(lirih)
Yah...
Rano menoleh. Gilang segera duduk di sebelahnya. Rano menyeka air matanya. Sekuat tenaga melawan air matanya.
GILANG (CONT’D)
Ayah kenapa?
Rano menggeleng. Sejurus kemudian, ia meraih tubuh Gilang dan memeluknya. Sangat erat. Rano menangis terisak-isak. Untuk pertama kalinya, Gilang melihat ayahnya sangat lemah. Gilang khawatir.
RANO
Maafkan ayah...
CUT TO FLASH BACK:
INSERT: CLOSE UP: Sepasang tangan memeluk tubuh seorang wanita dari belakang.
FLASH BACK CUT TO:
Gilang mendengarkan Rano dengan cermat.
RANO (CONT’D)
Dua puluh tujuh tahun, ayah menunggu dan berharap.
Lekas ia akan datang. Sendiri atau bersama suami dan anak-anaknya, ayah ikhlas...
Paling tidak sekadar mengunjungi kerabat lama
atau menengok anaknya yang ia tinggal di usia tiga bulan.
Tapi, dia tidak kunjung datang.
CUT TO FLASH BACK:
INSERT: CLOSE UP: Bibir wanita itu tersenyum, di bahunya bersandar kepala seorang pria.
FLASH BACK CUT TO:
Gilang melepas tubuhnya dari pelukan Rano. Ia menatap Rano lekat-lekat ketika menyadari ternyata ayahnya sedang berbicara perihal ibunya. Tentang sesuatu yang selama ini masih menjadi misteri di benaknya. Sesuatu yang paling ingin ia tahu, paling tidak mengenai keberadaannya.
Mata Gilang berkaca.
RANO (CONT’D)
Sering ayah diam-diam datang ke sini, memperhatikannya dari jauh.
Paling tidak, sedikit rindu ayah bisa terobati.
Terlihat seorang wanita berusia 60 tahun berjalan keluar rumah. Wanita itu menghampiri anak kecil yang sedang bermain bola.
Rano melihat wanita itu. Bibirnya kemudian membentuk senyum. Senyum pelepasan rindu.
RANO (CONT’D)
Kamu bertanya perihal kenapa ayah tidak kembali menikah?
CUT TO FLASH BACK:
INSERT: CLOSE UP: Bibir pria. Ia berbisik:
RANO MUDA
Aku mencintai kamu... untuk selamanya
FLASH BACK CUT TO:
RANO
(lirih)
Karena ayah masih mencintainya...
Gilang kaget. Air matanya pun mengalir. Ia menoleh ke arah pandangan Rano. Matanya terbelalak.
CUT TO FLASH BACK:
INSERT: Seorang bayi berada di dalam gendongan ibunya. Bayi itu bernama Gilang. RANO MUDA meletakkan bola plastik kecil di atas tubuh Gilang.
FLASH BACK CUT TO:
Sebuah bola menggelinding ke arah Gilang dan Rano. Gilang langsung berdiri dan berjalan ke arah anak kecil dan wanita itu. Ketika sampai di depan bola, Gilang mengambil bola tersebut.
CUT TO FLASH BACK:
INSERT: Wajah LENA MUDA tertutup biasan cahaya matahari, perlahan biasannya menghilang hingga terlihat jelas wajah cantik LENA MUDA yang membentuk senyum.
FLASH BACK CUT TO:
Wanita bernama LENA (60 tahun) tersebut menatap ke arah Gilang dengan tatapan nanar. Ada getaran di jantungnya yang tak ia sadari apa itu. Gilang kini hadir di depannya. Ia mencongkong sambil menyerahkan bola kepada anak kecil tadi. Gilang tersenyum seraya menatap wajah anak kecil itu dalam-dalam.
ANAK KECIL
Makasih, Om...
CUT TO FLASH BACK:
INSERT: CLOSE UP: Wajah Lena Muda yang berseri, bibirnya berlirih:
LENA MUDA
Gilang...
FLASH BACK CUT TO:
Gilang tersenyum seraya membelai rambut anak tersebut. Tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan.
WANITA (O.S)
Gilang!!!
Terlihat seorang wanita berusia 26 tahun memanggil dari dalam pekarangan rumah.
Gilang dan anak itu pun MELIRIK BERSAMAAN. Saat itu juga hati Lena berdesir, firasatnya berkata bahwa ternyata benar, pemuda yang tengah berdiri di hadapannya itu ialah anaknya. Anaknya yang ia tidak pernah ia temui setelah dua puluh tujuh tahun berlalu.
GILANG JUNIOR
Iya, Ma!!
Anak itu segera berlari ke arah mamanya.
Gilang mengalihkan matanya kepada Lena. Air matanya terbendung, ia tersenyum kaku. Lena membalas senyuman itu pun dengan kaku. Hati wanita itu semakin berdesir.
CUT TO FLASH BACK:
INSERT: Lena Muda mencium GILANG BAYI cukup lama, lalu direbahkannya Gilang Bayi di atas ayunan. Setelah itu, diletakkannya sepucuk kertas di sebelah Gilang Bayi.
FLASH BACK CUT TO:
Gilang memutar tubuhnya membelakangi Lena.
CUT TO FLASH BACK:
INSERT: Lena Muda berjalan menuju pintu depan dengan membawa koper. Sebelum melangkahkan kaki keluar rumah, ia menoleh ke belakang. Matanya sembab, pipinya basah. Lena Muda lalu melambaikan tangannya.
FLASH BACK CUT TO:
Tangan Lena bergerak seperti hendak menahan Gilang, namun ia mengurungkan niatnya. Air matanya pun tak lagi terbendung.
Pandangannya beralih kepada laki-laki yang menunggu Gilang di atas tebing. Ia memang tidak bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki itu, namun ia yakin bahwa laki-laki itu adalah Rano. Tangisnya semakin menjadi-jadi.
RANO MUDA (V.O)
Aku mencintai kamu... untuk selamanya
Gilang terus berjalan ke arah Rano. Air matanya akhirnya tumpah ruah.
GILANG (V.O)
(lirih)
Kenapa, Yah? Kenapa selama ini setiap kali Gilang nanya soal ibu,
ayah nggak mau jawab? Gilang berhak tahu di mana ibu!
RANO (V.O)
(membentak, kondisi mabuk berat)
Kamu mau tahu kenapa!? Karena ibu kamu tidak pernah mencintai ayah!
Karena ia menikahi ayah hanya karena perjodohan kedua kakek dan nenek kamu!
Air mata Lena mengalir begitu deras. Tubuhnya seketika merasa lemas. Gilang telah jauh berjalan meninggalkannya. Rasa hati ingin mengejar Gilang, namun ia terlanjur malu.
RANO (V.O) (CONT’D)
Lalu laki-laki itu datang lagi.
Ia merenggut segala kesempurnaan yang hanya bisa ayah rasakan sesaat.
Di belakang ayah dan di depan kamu yang masih berusia tiga bulan
di dalam kandungan, mereka membuat suatu rencana
bahwa setelah kelahiran kamu, ibumu akan kembali memulai
kehidupan baru dengan laki-laki itu! (tertawa miris)
Masih di tempatnya, tangis Rano tidak lagi sederas sebelumnya. Matanya terlihat merah dan sembab. Sementara itu, pipinya memerah.
RANO (V.O) (CONT’D)
Dan bodohnya saya—ayah kamu ini!
Ia tidak berbuat apa-apa setelah semua itu terjadi!
Dan kenapa? Karena saya bersyukur bahwa ibumu t
elah menyisakan sebagian cinta yang kemudian tumbuh menjadi
seonggok daging dan tulang belulang di rumah ini. Kamu!!!
Gilang terus berjalan ke arah Rano. Air matanya masih mengalir, namun bibirnya membentuk senyum. Sebuah senyum lega bahwa akhirnya ia telah melihat wajah ibunya.
RANO (V.O) (CONT’D)
Delapan belas tahun, saya mengurus kamu,
memberi kasih sayang sebagai seorang ayah sekaligus ibu untukmu!
Dan sekarang kamu menyalahkan saya hanya
karena saya tidak ingin mengungkapkan keberadaan ibumu?
Anak tidak tahu diuntung kamu! PERGI! CARI ibumu itu sendiri!
Lena ditinggal dengan penyesalan serta rasa haru yang begitu besar sebab untuk pertama kalinya setelah dua puluh tujuh tahun, ia telah bertemu anaknya.
DISSOLVE TO: