Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. INT. MOTEL – KAMAR - MALAM
Pintu kamar motel dibuka. Gilang langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Rano menuju kamar mandi. Tiba-tiba, ponsel Gilang berdering. Gilang merogoh sakunya. Terlihat Laras di layar ponsel. Gilang tersenyum. Ia lalu duduk sambil bersandar ke tempat tidur dan mengangkat panggilan Laras.
GILANG
Hei...
LARAS (O.S)
Hai, gimana jalan-jalannya?
GILANG
Hm... gimana ya? Seru sih.
LARAS (O.S)
Syukurlah kalo gitu. Sekarang lagi di mana dong kamu?
GILANG
Ini baru nyampe penginapan di Duri...
LARAS (O.S)
Duri?
GILANG
Iya, Duri. Itu nama kota di Riau. Kamu belum pernah ke Riau, ya?
CUT TO:
2. INT. KAMAR LARAS – MALAM
Laras terlihat santai di atas kasurnya.
LARAS
Udah, dulu banget, terakhir SMA, tapi sampai ke Pekanbaru aja.
GILANG (O.S)
Oh... ngapain tuh kalau boleh tau?
LARAS
Nemenin papa ke rumah sepupunya.
GILANG(O.S)
Loh, aku nggak tahu kalau kamu punya darah Riau.
LARAS
Padang lebih tepatnya.
CUT TO:
3. INT. MOTEL
GILANG
(kaget)
WHAT!!???
LARAS (O.S)
Iya... Padang. Jadi... nenek dari papa aku itu orang Padang,
tapi... udah netap di Pekanbaru. Biasanya kalau aku ke Pekanbaru,
aku jalan-jalan dua sampe tiga hari ke Sumbar ,
ntar balik ke Jakartanya langsung dari bandara Padang.
GILANG
Aku bahkan nggak tahu kamu pernah ke Padang.
Aku pikir selama ini kamu buta banget soal Padang.
LARAS (O.S)
Lagian kamu nggak pernah nanya sih. Aku bahkan bisa bahasa Padang.
(mencoba berbahasa Minang) Jangan lama-lama pulang, aku kangen.
Gilang tersenyum bahagia.
GILANG
Aku juga kangen sama kamu.
Gilang tertegun, menyadari ternyata ada banyak hal yang ia tidak tahu tentang Laras.
CUT TO:
4. INT. KAMAR LARAS
Laras sama tertegunnya. Banyak sekali obrolan tentang masing-masing yang belum diutarakan di antara mereka, karena selama ini, hubungan mereka seolah-olah hanya sebatas partner kerja.
LARAS
Lucu ya... setelah tiga tahun,
baru kali ini aku ngerasa yang benar-benar ngobrol sama kamu.
Sebelumnya kita ngebahas naskah, rapat, seminar,
schedule kamu hari ini, besok, seminggu lagi... sebulan lagi...
(tersenyum) aku senang, Lang. Tetap seperti ini, ya.
CUT TO:
5. INT. MOTEL
Gilang juga tersenyum. Ada perasaan lega yang menyirami hatinya.
GILANG
Aku juga, Ras...
Tiba-tiba Rano datang menyambar dari arah kamar mandi.
RANO
(setengah berbisik) Laras? Video call... video call!!!
Gilang menggeleng. Rano tidak mau kalah. Dia mencoba meraih HP Gilang.
GILANG
Iya... iya... sabar ah!
Rano tersenyum puas.
Panggilan beralih ke video call. Terlihat Laras sedang berada di kamarnya.
GILANG
Ini fans kamu ngotot pengen video call.
Gilang mengalihkan kamera kepada Rano.
RANO
Halo lagi...
Saya Rano, ayahnya Gilang.
LARAS
Halo, Om Rano... Iya, om. Maaf ya tadi nggak ngenalin
Abis... Gilang nggak pernah liatin foto Om sih
RANO
Mana ada dia nyimpan foto ayahnya. Isi handphonenya kerjaan semua.
LARAS
(tertawa) Maklum, Om.
Oh ya, gimana jalan-jalannya, Om?
RANO
Nggak seru!
Gilang melirik tersinggung.
RANO (CONT’D)
Pacar kamu orangnya ngebosenin. Kaku. Serius.
Susah diajak bercanda. Nggak ada asik-asiknya.
Laras tertawa.
GILANG
Ya... ya... bully aja anaknya terus.
Rano tertawa.
RANO
Ya udah, kamu kangen-kangenan aja dulu sama Gilang.
Om mau nyari udara segar sebentar keluar.
Rano mengembalikan HP kepada Gilang. Lalu berjalan keluar.
LARAS
Oh ya, Lang. Kamu udah dihubungin Ajit lagi belum?
GILANG
Belum, emang kenapa?
LARAS
Ibunya meninggal. Beberapa hari yang lalu dia ngehubungin aku,
dia cuma mau bilang itu sama kamu, tapi kamu nggak pernah angkat telfon dia katanya.
Chatnya juga nggak pernah kamu read.
Gilang terperanjat. Ia merasa bersalah.
GILANG
Kamu... serius?
LARAS
Ya kali aku bercanda, Lang.
Gilang larut dalam keterkejutannya. Ia sama sekali tidak menanggapi perkataan Laras.
LARAS (CONT’D)
Ya udah, kamu hubungi dia gih. Kasihan. Kemarin, aku sempat video call.
Dia terpukul banget.
Gilang mengangguk. Laras mematikan teleponnya. Gilang segera membuka chat room-nya dengan Ajit. Muncul belasan chat yang baru saja dibacanya. Penyesalan terlihat sekali dari raut mukanya. Ia segera menghubungi Ajit. Tidak butuh waktu lama bagi Ajit untuk mengangkatnya, ia berusaha menetralkan suasana.
AJIT (O.S)
Eh, Lang. Apa kabar? Masih sibuk nih?
GILANG
Sori, Jit. Gue nggak tahu. Barusan gue dapat kabar dari Laras.
AJIT (O.S)
Ooh, udahlah nggak apa-apa. Udah hampir seminggu juga, ‘kan? Gue udah ikhlas. Lo apa kabar? Kerjaan gimana? Lancar kan?
GILANG
Lancar kok. Gue lagi di Padang sekarang.
(beat)
Gue benar-benar nyesel nggak angkat telfon lo dan nggak nelfon lo balik.
Gue janji, sebaliknya gue ke Jakarta, gue bakal kabarin lo, Jit.
AJIT (O.S)
Kayaknya gue nggak bakal balik ke Jakarta deh Lang. Kerjaan juga nggak jelas.
Adik-adik sekarang juga jadi tanggung jawab gue.
Mungkin gue bakal coba kelola tanah peninggalan ibu aja di Jogja.
Gilang terlihat semakin menyesal mendengar kabar yang memprihatinkan dari sahabatnya.
CUT TO:
6. INT. RUMAH AJIT - MALAM
Seorang anak kecil perempuan berusia 5 tahun menarik-narik kaos yang dikenakan Ajit
ADIK AJIT
Bang... ayoo...
AJIT
Oh ya, Lang. Gue tutup dulu ya,
ini tadi gue janji sama adik gue mau nemenin dia main boneka
(tertawa) Have fun, ya, di Padang. Salamin ke Om Rano.
Kapan-kapan jalan-jalan ke Jogja lah bareng lo juga. (tertawa)
Oke, sampai jumpa, Lang.
CUT TO:
7. INT. MOTEL
Gilang tersenyum pahit.
GILANG
(lirih)
Oke Jit. Pasti gue sampein. Sampai jumpa, Jit.
DISSOLVE TO:
8. EXT. MOTEL – HALAMAN DEPAN
Rano berdiri menikmati udara malam sambil menghisap sebatang rokok. Tidak jauh dari sana, terlihat pos satpam yang di dalamnya terlihat asyik 4 orang bapak-bapak sedang bermain domino.
Rano menghampiri mereka.
9. EXT. MOTEL – POS SATPAM
Satu dari empat bapak-bapak tersebut ialah seorang satpam, sedangkan ketiganya lagi ialah warga sekitar. Rano menyapa.
RANO
Selamat malam...
SATPAM
Selamat malam, ada yang bisa dibantu, Pak?
RANO
Oh... nggak apa-apa. Saya cuma lagi ngerokok tadi di depan,
pas lihat ke sini kelihatannya lagi seru, ya udah disamperin. He... he...
SATPAM
Oh gitu... silakan duduk, Pak....?
RANO
(memperkenalkan namanya) Rano.
SATPAM
(mengangguk-angguk)
Dari mana, Pak Rano?
RANO
Payakumbuh.
Satpam itu terus mengobrol sambil bermain domino.
SATPAM
Oh... Payakumbuh di mananya?
RANO
Saya di desanya. Taram namanya.
SATPAM
Oh, jauh dari kotanya, Pak?
RANO
Hm... sebenarnya nggak masuk kota Payakumbuh sih.
Karena jaraknya cuma 5 menit dari Payakumbuh,
jadi orang-orang pada umumnya bilang di Payakumbuh.
SATPAM
Oh gitu...
WARGA 1
Tujuan mau ke mana, Pak?
RANO
Saya mau ke Dumai.
WARGA 2
Sendirian, aja?
RANO
Oh nggak. Sama anak saya, dia di kamar. Sepertinya sudah tertidur.
Rano duduk di salah satu bangku kosong. Ia masih mengisap sebatang rokoknya.
WARGA 3
Minum, Pak?
Warga 3 mengambil sebotol minuman keras yang sengaja disembunyikan di atas lantai di bawah meja, lalu menuangkan ke dalam gelas. Rano melirik. Ia tidak langsung menjawab.
Rano termenung. Timbul godaan yang seakan-akan memanggilnya untuk menerima tawaran tersebut. Namun, ia teringat Gilang, hubungannya dengan Gilang telah membaik, jangan sampai karena hal yang sama, permasalahan yang sama itu terulang lagi.
WARGA 3 (CONT’D)
Pak...
Rano terbangun dari lamunannya.
RANO
Oh ya, maaf. Tidak usah.
Rano mematikan putung rokoknya di dalam asbak, lalu segera berdiri.
RANO (CONT’D)
Saya permisi dulu. Selamat malam.
SATPAM, WARGA 1,2,3
(serentak)
Iya, selamat malam.
DISSOLVE TO:
10. EXT./INT. MOTEL/MOBIL – HALAMAN DEPAN - PAGI
Gilang memasukkan koper Rano ke dalam mobil sekalian merapikan bagasi. Rano menunggu di dalam mobil.
GILANG
Gilang kangen deh, Yah sama Om Weri, Om Yon, Tante Lastri,
sama Tante apa, Yah yang suka latah itu?
RANO
Tante Erna?
GILANG
Nah, iya. Mereka apa kabar, ya sekarang?
RANO
Hm... kalau Si Yon, Lastri, dan Erna ayah udah ngggak pernah dapat kabar mereka lagi.
Kalau Weri, empat tahun yang lalu ayah sempat
ke sana nikahan anaknya yang paling kecil.
GILANG
Si Andri, Yah?
RANO
Iya, yang dulu kamu pernah tempelin permen karet di rambutnya,
padahal dia nggak ngapa-ngapain.
(beat)
Kamu pecicilan juga dulu waktu kecil, Lang.
Gilang tertawa.
GILANG
Apaaan nggak ngapa-ngapain, orang dia duluan yang mulai.
Dia suka ledekin Gilang di belakang Om Weri biar nggak kena marah.
Ngomong-ngomong, dia nikah sama orang mana, Yah?
RANO
Sama-sama orang Lintau juga.
Gilang tersenyum setelah medengar nama ‘Lintau’, selain Dumai, salah satu tempat yang ia sering kunjungi bersama ayahnya sewaktu kecil ialah Lintau. Seketika, ia teringat akan banyaknya perjalanan yang ia lakukan bersama ayahnya sewaktu ia kecil dulu.
GILANG
Lintau... (mengenang) Sijunjuang, Solok, Pasaman,
Pesisir... sampe ke Jambi juga malahan, Yah.
Di dalam mobil, Rano pun tersenyum. Memori yang sama menari di pikiran mereka.
DISSOLVE TO:
11. EXT. JALANAN DURI – PAGI
Mobil melintasi jalanan kota Duri.
12. INT./EXT. MOBIL – JALANAN DURI – PAGI
Rano dan Gilang fokus ke jalan.
GILANG
Yah, kira-kira nyampe jam berapa nih di Dumai?
RANO
Sekarang hampir jam 8. Sekitar jam 11an lah.
GILANG
Masih ada berhentinya nggak nih, Yah?
RANO
Nggak. Lanjut aja. Lagian kita udah sarapan juga kan.
GILANG
Ayah yakin Om Bujang masih di sana?
Rano tidak menjawab. Wajahnya menunjukkan keraguan.
GILANG (CONT’D)
Kalau Om Bujang udah nggak di sana, gimana Yah?
RANO
Hm... Paling nggak, rindu ayah untuk jalan-jalan sama kamu udah terobati.
Gilang tersenyum.
Tidak lama setelah itu, HP-nya berdering. Terlihat Mas Tio di layar HP. Gilang tidak mengangkat.
RANO
Kenapa?
GILANG
Malas Yah. Urusan kerjaan.
RANO
Angkat aja.
GILANG
Nggak ah. Ntar Gilang disuruh balik ke Jakarta.
Kemarin Gilang bilangnya mau pulang kampung cuma seminggu.
Rano mengangguk-angguk. Timbul wajah cemas di wajahnya mengingat sudah hampir seminggu Gilang pulang dan ia takut Gilang akan pergi kembali.
RANO
Ini udah enam hari. Kamu mau langsung balik abis ini?
Gilang melirik ayahnya. Ia tersenyum.
GILANG
Nggak lah, Yah.
Rano tersenyum lega. Ketakutannya menghilang seketika.
RANO
Ngomong-ngomong soal kerjaan. Proyek kamu setelah ‘Waktu’ ini apa, Lang?
GILANG
Ada sih Yah yang lagi pre production, masih belum ada judulnya,
yang kemarin Gilang meeting mendadak lewat laptop itu loh.
RANO
(mengangguk-angguk)
Hm... ya...
GILANG
Terus juga, kemaren tuh sebelum Gilang ke sini,
Gilang ada perbincangan buat garap film sendiri.
Ya, diproduserin sama Mas Tio yang nelfon tadi.
Katanya dia yakin Gilang bisa garap film sendiri.
RANO
Wah! luar biasa kamu. Belum pernah nyutradarain film sebelumnya,
terus dipercaya buat nyutradarain film sendirian.
Ayah jadi penasaran, seperti apa sih Lang, kamu di mata rekan-rekan kerja kamu.
Kalau bukan karena mereka bisa lihat potensi kamu,
mereka pasti nggak bakal mau ngambil resiko sebesar itu.
GILANG
Ah, ayah berlebihan. Nggak gitu juga sih, Yah.
Dulu sebelum secara profesional nulis,
kan Gilang sama Ajit sempat bikin beberapa film pendek.
Sebagian Gilang yang garap. Sebagian Ajit. Mas Tio udah lihat, dan dia terkesan.
Makanya, dia nggak segan-segan buat kasih proyek itu ke Gilang.
Gilang sendiri sebenarnya agak ragu buat nerima proyek segede itu.
Apalagi buat garap sendiri.
RANO
Tapi, tetap aja loh, Lang. Penggarapan film pendek dan film biasa itu pasti jauh berbeda kan.
Soal budget dan resiko pasti nggak seberapa, kan?
Kayaknya sih gitu, apa ayah sok tau aja?
GILANG
Benar sih kata ayah. Film pendek yang Gilang bikin waktu itu,
pada umumnya pake uang Gilang sama Ajit,
terus ada tambahan dari komunitas film yang waktu itu Gilang gabung,
jadi resikonya nggak seberapa, kita bikinnya juga buat pengalaman.
Nggak ada tekanan yang terlalu berlebihan.
RANO
Tuh kan. Coba aja dulu. Nggak ada salahnya dicoba kan.
Oh ya, Ajit itu teman kerja kamu?
GILANG
Sahabat Gilang, Yah. Dari awal di Jakarta.
RANO
Nulis juga?
GILANG
Hm... nulis sama nyutradarain juga sih, Yah. Tapi dia main di teater.
Rano menganggguk-angguk.
GILANG (CONT’D)
Oh ya, semalem dia titip salam buat ayah.
Katanya, kapan-kapan main Jogja.
Rano tersenyum.
RANO
Salamin juga buat sahabat kamu.
Kalau sempat nanti ayah tepati undangannya.
Gilang mengangguk sambil tersenyum kecut, mengingat hal itu mungkin tidak akan terjadi.
DISSOLVE TO: