Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sampai Nanti, Sampai Kita Bertemu Kembali
Suka
Favorit
Bagikan
5. #5 The Journey Begins

1.     EXT. RUMAH – HALAMAN DEPAN – PAGI

Rano duduk di atas kopernya sembari merokok. Ia mengenakan kemeja pantai dengan dua kancing atas yang sengaja dilepas dengan celana pendek selutut, sepatu sporty, lengkap dengan topi fedora.

Raut wajahnya menunjukkan ketidaksabaran memulai perjalanannya dengan Gilang.

Rano melihat jam tangannya. Gilang berteriak dari dalam garasi:

GILANG (O.S)

Ini mobil, terakhir ayah pake kapan?

RANO

(asal jawab)

Hm... dua bulan yang lalu.

Terdengar suara mobil distarter, beberapa kali tidak menyala. Untuk kesekian kalinya baru menyala. Mobil dipanaskan terlebih dahulu.

Ria datang dari arah belakang, Rano pura-pura tidak menyadarinya, sebab ia tahu bahwa akan ada ceramah yang keluar dari mulut adiknya itu. Lalu ketika ia merasa Ria sudah tidak lagi memperhatikannya, Rano mulai melirik. Namun ternyata Ria masih memperhatikan Rano dengan tatapan heran. Rano langsung buang muka.

RANO

(berteriak)

Gilang! Masih lama? Udah jam setengah delapan ini.

GILANG (O.S)

Iya... iya... sabar!!!

Terlihat Gilang di depan pintu rumah menyandang tas ranselnya. Dari arah Rano, terlihat Ria membicarakan sesuatu kepada Gilang. Setelah selesai, Ria memeluknya.

RANO

(berteriak)

Gilang! Buruan!!! Lama banget sih!

Gilang tidak mempedulikan Rano. Ia berjalan ke dalam rumah menuju garasi. Tidak lama setelah itu, garasi terbuka, terlihat mobil sedan klasik berwarna biru berjalan keluar dari dalam garasi.

2.     INT./EXT. MOBIL – JALANAN DESA TARAM - PAGI

Rano canggung, ingin memulai obrolan, namun Gilang terlihat sibuk menyetir seolah-olah tidak mau diganggu. Alhasil, ia berusaha membunuh keheningan dengan bersiul.

3.     EXT. JALAN LINTAS DESA TARAM-KECAMATAN HARAU - PAGI

Mobil terlihat melewati desa, pesawahan, dan pasar. Mobil berhenti di pom bensin. Terlihat dari jauh Gilang keluar mobil, mengisi bensin, lalu masuk mobil kembali. 

Mobil melewati pesawahan, lalu pinggir tebing.

4.     INT. /EXT. MOBIL – JALAN RAYA KECAMATAN HARAU - PAGI

Gilang masih sibuk menyetir. Tidak terlihat keinginan untuk memulai obrolan sama sekali. Sementara itu, Rano mulai mati gaya. Diraihnya bungkusan rokok dari dalam saku. Terlihat rokok tersisa satu batang. Dengan sigap Gilang mengambil rokok tersebut, lalu dilemparnya keluar mobil. Rano menghela nafas, dibuangnya pula bungkus rokok ke jalanan. Gilang melirik sinis.

GILANG

Sampah, Yah!

RANO

Lah, kamu?

Gilang mendengus kesal. Rano menyalakan tape, terdengar lagu up-beat 90an. Gilang melirik heran, tetap berusaha fokus menjalankan mobil. Rano mempercepat putaran kaset, terdengar suara pita kaset berputar, lagu berganti. Rano menikmati satu lagu sesaat, lalu dipercepatnya lagi putaran kaset, terdengar lagu baru, lalu dipercepatnya lagi. Gilang risih dengan tabiat Rano.

Tiba-tiba mobil mogok, Gilang menepikan mobil sambil berdecak kesal. Gilang keluar dari mobil, bertanya perihal keberadaan bengkel ke ibu-ibu warung di dekat ia memberhentikan mobil. Terlihat dari dalam mobil, ibu-ibu warung menunjukkan arah.

Gilang menghampiri Rano.

GILANG

Sekitar satu kilo lagi, Yah.

RANO

(santai)

Kamu berdiri aja di depan, cari tumpangan motor.

Ntar bawa orang bengkelnya ke sini.

Dengan wajah kesal, Gilang mengikuti perkataan Rano. Ia berdiri beberapa meter di depan mobil. Setelah beberapa menit, tidak ada satupun motor yang mau berhenti.

Rano menjulurkan kepalanya melalui jendela mobil, lalu berkata:

RANO

(berteriak)

Sambil jalan aja cari tumpangannya!

Dengan wajah yang semakin kesal, Gilang mengikuti perkataan Rano. Ia mulai berjalan. Kesempatan itu digunakan Rano untuk membeli rokok ke warung.

INTERCUT:

5.     EXT. WARUNG

Rano duduk menyeduh secangkir teh panas. Di jemarinya, terselip sebatang rokok. Sesekali dihisapnya. Ibu-ibu warung memulai percakapan. Percakapan antara Rano dan ibu-ibu tersebut berbahasa Minang.

IBU-IBU

Dari mana dan mau ke mana, Pak?

RANO

Saya dari Taram, mau ke Dumai, Bu.

IBU-IBU

Oh... Dumai... lumayan juga ya.

Tidak lama setelah itu, Gilang datang diboncengi seorang montir. Montir segera mengecek kondisi mobil. Rano segera membuang rokoknya.

IBU-IBU (CONT’D)

Kalau boleh tahu, itu anaknya? (menunjuk Gilang)

RANO

Iya, Bu, mirip, ya?

IBU-IBU

Ah, nggak mirip.

Rano melirik sinis.

IBU-IBU (CONT’D)

Gantengan bapaknya.

Rano menahan senyum. Sudah lama rasanya ia tidak digoda oleh wanita.

CUT TO:

Montir sedang mengecek kondisi mobil. Di sebelahnya Gilang berdiri, terlihat sekali ia buta persoalan otomotif.

MONTIR

Ini mah akinya.

Kalau gitu, saya balik dulu ke bengkel ngambil peralatannya

Gilang mengangguk, ia lalu berjalan ke arah Rano.

RANO

Ke mana, kok balik lagi dia?

GILANG

(tidak bersemangat)

Ngambil alat-alatnya. Akinya soak.

Rano mengangguk-angguk.

GILANG (CONT’D)

(kesal)

Kapan sih terakhir kali mobilnya dipake?

RANO

Tiga bulan yang lalu...

GILANG

Tadi kata ayah dua bulan yang lalu.

RANO

Ya... dua atau tiga bulan yang lalu.

Gilang mendengus kesal, tidak puas dengan jawaban Rano.

RANO (CONT’D)

Satu tahun yang lalu.

Belum cas aki mungkin udah hampir tiga tahun.

Gilang melirik takjub dengan sifat kekanak-kanakan ayahnya. Melihat wajah Rano yang santai, seketika Gilang tertawa heran melihat sifat kekanak-kanakan Rano. 

RANO (CONT’D)

Nah, gitu ketawa! Jadi anak muda kok tegang banget.

Kamu itu masih 27 tahun, tapi pembawaannya kok udah kayak 47 tahun.

Makanya dibawa santai aja. Nggak usah dipikirin. Relax, relax...

GILANG

Hm...

Ibu-ibu warung terlihat senyum-senyum melihat percakapan sepasang anak dan bapak tersebut.

Beberapa saat setelah itu, montir datang. Ia langsung bekerja.

RANO

Ngomong-ngomong 27 tahun...

hm... kamu masih belum punya pasangan?

GILANG

Tau ah, Yah. Males banget bahas gituan.

RANO

Loh, kenapa?

GILANG

Nggak ah. Males aja. Udah ah jangan bahas soal itu.

Ibu-ibu warung nimbrung percakapan mereka.

IBU-IBU WARUNG

Anak kalau belum mau nikah, jangan dipaksain, Pak.

Gilang melirik. Ia tersenyum karena mendapat pembelaan.

GILANG

Tuh dengerin, Yah.

IBU-IBU

Nanti kayak anak tetangga saya.

Dipaksa nikah, eh, taunya belum satu tahun udah cerai.

Untung belum punya anak, kalau udah kan jadi ribet urusannya.

Gilang terdiam. Dia terlihat enggan untuk ikut campur lebih jauh karena sudah bisa membayangkan ujung-ujungnya percakapan seperti itu akan berlangsung cukup lama. Ibu-ibu biasanya punya banyak tabungan topik serupa.

Sesaat, Rano, Gilang serta ibu-ibu tersebut diam.

Montir terlihat masih bekerja

Belum puas, Rano mulai menggoda anaknya kembali.

RANO (CONT’D)

(bersemangat)

Atau kamu mau dijodohin? Andam anaknya si Laila waktu itu nanyain kamu.

Terus... Putri anaknya si Wulan, teman SD kamu dulu, kamu masih ingat?

Kemarin ibunya nanyain soal—

GILANG

(memotong dengan kesal)

Yah... apa-apaan sih?

Udah ah. Jangan bahas soal gituan. Males ah.

Rano pasrah. Dilihat dari wajahnya, ia masih belum puas dengan tanggapan Gilang.

RANO

Tapi kan...

GILANG

Yah!

RANO

Oke... oke...

Rano angkat tangan. Ditatapnya Gilang dengan senyum yang terurai dari wajahnya. Rindunya perlahan telah terobati.

6.     INT. /EXT. MOBIL – SIANG

Rano dan Gilang masuk mobil. Mobil dinyalakan. Perjalanan kembali dimulai. Rano mengeluarkan kaset, lalu menggantinya dengan kaset lagu Minang.

Lagu upbeat Minang terputar.

CUT TO:

7.     EXT. CAGAR ALAM AIR PUTIH

Lagu upbeat Minang masih terputar.

Mobil melaju pelan di atas jalan yang berkelok-kelok. Di bagian kiri jalan terdapat tebing yang ditumbuhi bermacam-macam pohon, sedangkan di bagian kanannya, terlihat aliran sungai dengan air yang jernih. Di atas pohon dan di pinggir jalan, terlihat berekor-ekor monyet.

CUT TO:

8.     INT./EXT. CAGAR ALAM AIR PUTIH

Gilang akhirnya membuka obrolan mengenai asmaranya.

GILANG

Laras namanya.

Rano melirik setelah mendengar Gilang berbicara, namun apa yang Gilang katakan tidak mampu terdengar jelas oleh Rano.

RANO

(wajah berkerut) Beras?

Gilang mendengus. Rano tertawa.

RANO (CONT’D)

Oke oke... Maaf.

Tapi benar nggak jelas kamu ngomongnya apa.

GILANG

La... ras (mengeja) L-A La, R-A Ra, datang S. La... Ras...

RANO

(tertawa) Oh, Laras.

(memperbaiki duduk menghadap Gilang) Ayo, cerita... cerita.

GILANG

Cerita apa, Yah?

RANO

Ya si Laras itu! Pacar kamu.

GILANG

Udah putus. Baru beberapa hari yang lalu putusnya, sebelum Gilang ke sini.

RANO

Lah kenapa?

GILANG

Biasa... sama kayak ayah tadi, ngomongin yang... serius-serius.

RANO

Hm... (berpikir) ayah nggak ngerti sama kamu.

Bercanda nggak, ketawa jarang, pas diajakin ngomong serius juga nggak mau...

GILANG

(memotong) bukannya nggak mau, cuma... belum waktunya aja, Yah.

RANO

Tapi kamu sayang sama dia?

GILANG

Ya... sayang.

RANO

Nah, itu yang penting.

(berhenti sejenak sambil berpikir) Ayah mau nanya dulu,

pas dia ngomong soal itu ke kamu, reaksinya kamu gimana?

GILANG

(berpikir)

Sama kayak setelah ayah tanya ke Gilang tadi.

RANO

Kamu jawabnya nggak mau ngomongin serius?

Gilang mengangguk.

RANO (CONT’D)

Kamu itu, ya, paling suka menghindari masalah.

Apapun itu, hadapi. Kalau kamu nggak mau, kasih tahu.

Kalau mau, kasih tahu juga. Komunikasi itu penting kalau mau menjaga hubungan.

Jangan gantungin anak orang. Kasihan. Jelasin ke dia.

           Rano terus mengoceh, Gilang tidak terlihat semangat sama sekali.

RANO (CONT’D)

Kamu maunya setahun atau dua tahun atau tiga tahun lagi lah paling lama.

Nah ntar juga dia bakal bilang maunya gimana.

Setelah itu, udah, jelas! Nggak ada yang disakiti. Beres urusan.

GILANG

Ah! Sok tau! Ketemu aja belum ayah sama dia,

udah sok yakin aja reaksinya bakal gimana.

RANO

Ya udah, ketemuinlah. Ajak ke sini. Atau video call!

(bersemangat) Mana HP kamu?

(mencoba merogoh saku Gilang) Sini ayah telfon.

GILANG

(gelisah) Ayah apa-apaan sih. Gilang lagi nyetir.

Ntar kalau tiba-tiba ada truk lewat gimana?

Rano pasrah.

DISSOLVE TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar