Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sampai Nanti, Sampai Kita Bertemu Kembali
Suka
Favorit
Bagikan
6. #6 Soal Asmara

1.     EXT. JALAN LAYANG KELOK SEMBILAN - SIANG

Mobil memasuki kawasan jalan layang Kelok Sembilan. Terlihat suasana alam yang segar berpadu dengan arsitektur jalan lintas yang modern sehingga menghasilkan perpaduan keindahan yang apik.

CUT TO:

2.     INT. /EXT. MOBIL – KAWASAN JALAN LAYANG KELOK SEMBILAN

Terdengar dering HP. Terlihat di layar ponsel: KARTIKA calling.

Gilang langsung angkat.

GILANG

Selamat siang, Kartika?

KARTIKA (O.S)

Selamat siang, Mas Gilang... Mas Danang barusan nelfon ke kantor, Mas.

Katanya dia udah hubungi Mas Gilang dan Mbak Laras berkali-kali.

Dua-duanya nggak masuk.

Kata Mas Danang, ada beberapa hal yang harus dibicarakan

mengenai naskah yang kemarin, Mas.

Gilang menepi, lalu memberhentikan mobil. Tidak jauh setelah melewati jalan layang Kelok Sembilan.

GILANG

Ya sudah, biar saya aja yang hubungi Mas Danang kalau gitu.

Gilang langsung memutuskan panggilan dengan Kartika. Dilihatnya di layar HP, terlihat beberapa kali panggilan video call tak terjawab dari Danang.

RANO

Di sini jaringan emang rada susah, kehalang bukit-bukit soalnya.

Gilang mengangguk-angguk paham. Ia lalu menelepon Danang. Tidak lama, Danang mengangkat telepon Gilang.

DANANG (O.S)

Ya, Gilang. Kamu di mana sekarang?

Gini... ada beberapa poin di skenario kemarin

yang harus saya bicarakan dengan kamu.

Kamu bisa ke kantor saya sekarang?

GILANG

Wah, maaf, Mas Danang. Sekarang saya lagi nggak bisa, Mas.

Saya lagi di Padang soalnya. Memangnya ada masalah apa, ya, Mas,

sampai mendadak kayak gini?

DANANG (O.S)

Yahh... di Padang kamu.

Gini, di naskah kamu ada beberapa hal

yang bikin saya dan tim produksi bingung ...

(terputus-putus) kamu... Gilang...

Tiba-tiba jaringan telepon terganggu. Gilang keluar dari dalam mobil.

3.     EXT. KAWASAN JALAN LAYANG KELOK SEMBILAN

Gilang berusaha mencari titik sinyal yang baik untuk melanjutkan teleponnya.

GILANG

Tunggu sebentar, Mas Danang. Sinyalnya putus-putus.

DANANG (O.S)

Halo... Gil.. (terputus-putus) kamu... (terputus-putus)

GILANG

Bentar, Mas.

DANANG (O.S)

Gilang... Kamu bawa laptop, nggak?

Gilang berdiri di pinggir jalan. Di depannya terdapat sebuah pondok kecil, tempat pedagang buah musiman biasanya menjajakan barang dagangannya.

GILANG

Naah... ini udah benar. Bawa, Mas.

DANANG (O.S)

Kalau gitu, kamu sambungin video call ke laptop aja, Lang, biar gampang.

GILANG

Ya udah, sebentar, Mas.

Gilang kembali ke mobil, mengambil laptop di jok belakang. Di dalam mobil, Rano terlihat cemberut. Gilang tidak menghiraukannya. Gilang langsung kembali pondok.

CUT TO:

4.     INT. /EXT. MOBIL – KAWASAN JALAN LAYANG KELOK SEMBILAN

Rano ditinggal tanpa melakukan apa-apa. Ia lalu keluar dari dalam mobil.

5.     EXT. KAWASAN JALAN LAYANG KELOK SEMBILAN

Di atas kap depan mobil, Rano duduk sambil mengisap sebatang rokok. Matanya berputar memerhatikan sekeliling.

Terdengar saut-sautan berekor-ekor monyet di pohon-pohon di atas tebing sebelah mobil. Salah satunya, tiba-tiba melompat ke atas mobil. Rano kaget. Diliriknya monyet tersebut. Monyet itu pun melirik balik. Rano membelalakkan matanya membuat wajah garang, monyet tersebut tersenyum. Rano pun tersenyum.

Sejurus kemudian, monyet tersebut melompat ke bahu Rano. Rano kaget. Monyet itu tidak mau beranjak. Terlihat dari arah pondok, Gilang menyaksikannya.

Rano terpikir untuk mengabadikan momen tersebut. Ia merogoh sakunya, mengambil ponsel, lalu selfie. Keduanya nyengir. KLIK!

Ketika Rano hendak melihat hasil jepretannya, tiba-tiba monyet tersebut mengambil ponsel Rano, lalu kabur ke jalanan.

Rano kaget, lalu dikejarnya.

Gilang melirik. Dahinya berkerut heran. Ia tidak bisa fokus menjalankan meeting.

Rano terus mengejar. Ternyata monyet tersebut sangat lihai mengelabui manusia. Ia berhenti untuk mengecoh Rano. Ketika Rano hampir sampai, ia kembali kabur, lalu memanjat pohon di permukaan tebing.

Rano ngos-ngosan. Dari bawah pohon, ia mendongak.

RANO

Woi, monyet!

Monyet tersebut nyengir.

Dari arah belakang, Gilang datang.

GILANG

(heran)

Yah, ngapain sih?

RANO

Itu... monyetnya ngambil handphone ayah.

(ke monyet) woi! Turun Ang!

Tawa Gilang pecah. Rano semakin kesal.

GILANG

(masih tertawa)

Kok bisa sih?

RANO

Itu tadi ayah lagi nyantai depan mobil sambil nungguin kamu,

tiba-tiba dia datang, naik ke bahu ayah.

Awalnya dia baik, malahan ayah sempat selfie bareng dia,

eh taunya abis itu dia ambil HP ayah.

Tawa Gilang makin menjadi-jadi. Rano semakin kesal. Namun, akhirnya Rano pun tertawa setelah mengingat-ingat kekonyolan yang ia lakukan. Dan.. juga karena baru pertama kali ini ia melihat tawa Gilang selepas itu semenjak pertemuan mereka kembali.

GILANG

Ya udah biarin aja lah, Yah. Nggak bakal dibalikin juga.

Rano pasrah. Ia berjalan kembali ke arah mobil. Gilang kembali ke pondok mengambil laptopnya.

DISSOLVE TO:

6.     INT. RUMAH MAKAN PANGKALAN – SIANG

Rano dan Gilang duduk di berseberangan. Di atas meja tersaji bermacam lauk dan sayuran beserta nasi. Rano mulai menyendok. Raut wajahnya masih terlihat kesal, karena perkaranya dengan monyet tadi.

Gilang mendapat panggilan dari kantor, ia lalu mencari tempat yang sunyi agar bisa leluasa mengobrol.

Beberapa detik setelah itu, dia kembali di saat Rano sudah memulai makan siangnya. Gilang menaruh HP-nya di atas meja. Rano melanjutkan pembahasan tentang Laras.

RANO

Kamu itu... sama Laras udah berapa lama pacarannya, Lang?

GILANG

Tiga tahun, Yah.

RANO

Wah, udah lama juga, ya. Kenalnya di mana?

GILANG

Jadi, dulu, Laras itu satu tim nulis sama Gilang. Waktu itu, kantor masih belum ada.

Jadi, ceritanya Laras itu anak magang gitu di tim, nah, yang paling senior kan Gilang.

Jadi otomatis kalau nanya apa-apa, ujung-ujungnya sama Gilang dong.

RANO

Oh... (mengangguk-angguk) gitu...

Kalau sekarang, kalian masih suka kerja bareng?

GILANG

Masih, lebih sering malahan. Sekarang Laras jadi asisten Gilang.

RANO

Asisten?

GILANG

Iya, kenapa, Yah?

RANO

Nggak kenapa-napa sih. Tapi... emang dia nggak mau nulis juga kayak kamu,

paling nggak berdiri sendiri lah.

GILANG

Oh... itu. Laras itu sebenarnya nggak suka-suka banget nulis.

Dia nulis Cuma karena dia lulusan Sastra Indonesia.

Dia lulusan Sastra juga Cuma karena dia keterima kuliahnya di situ.

Dia pengennya juga kerja kantoran biasa.

Makanya, Gilang tawarin aja gabung di kantor

RANO

Oh... iya, paham... paham...

Yang kayak gitu, biasanya cocok tuh dijadiin istri.

Gilang melirik sinis.

GILANG

Ya ampun, Yah... harus ya ke sana lagi topiknya?

Rano menyengir.

Tiba-tiba, terdengar suara pemberitahuan email masuk. Rano melirik HP Gilang, lalu memperhatikan Gilang membuka password HP-nya.

DISSOLVE TO:

Setelah makan, Gilang menuju kamar mandi. Rano segera meraih ponsel Gilang, membuka kontak, lalu mencari Laras, dan menghubunginya melalui video call. Ke detik sekian, Laras mengangkat. Rano tersenyum.

RANO

Halo...

Terlihat di layar HP, Laras sedang berada di sebuah restoran. Ia ragu-ragu menjawab senyum dan sapaan Rano.

Gilang kembali dari kamar mandi, kaget melihat Rano sedang memainkan HP-nya. Gilang bergegas menghampirinya, lalu mengambil HP-nya.

GILANG

(kaget) Oh, God! Yah! Nggak lucu!

(beralih ke Laras) Sorry... itu tadi ayah aku.

LARAS (O.S)

Oh, ya? Kamu lagi di Padang?

GILANG

Iya, ada urusan mendadak di rumah.

Nanti aku telfon lagi ya.

Gilang mematikan teleponnya.

CUT TO:

7.     EXT. RESTORAN JAKARTA – SIANG

Laras terlihat kesal dengan cara Gilang mengakhiri teleponnya. Suasana hatinya seketika berubah.

Di seberang Laras, Melanie, sahabatnya langsung mengerti isi hati Laras. Dia tidak mau berkata apa-apa sebelum Laras memulai.

Laras tertunduk. Dia menggeleng menyadari kebodohannya. Matanya berkaca-kaca, namun dia tetap berusaha tersenyum.

Melanie prihatin melihat kondisi Laras.

LARAS

(lirih)

Tiga tahun loh, Mel.

MELANIE

(mengangguk)

Gue ngerti, Ras.

LARAS

I mean... nggak kepikir apa buat dia minta maaf soal yang kemarin.

Paling nggak, cerita sedikitlah kenapa tiba-tiba dia bisa sampai di Padang.

Ini nelfon, terus ternyata ayahnya, terus...

(menengadah untuk menahan air matanya agar tidak menetes)

dia nongol nggak ada basa-basi, langsung nutup telepon gitu aja.

Gu... gue nggak habis pikir.

Melanie mengusap bahu Laras.

LARAS (CONT’D)

Padahal gue Cuma pengen dia ngasih gue kepastian dan penjelasan,

bukannya setiap kali diajak ngomong soal pernikahan itu ngehindar.

Dan... yang lebih nyakitin lagi, dia bikin itu seolah-olah gue yang salah,

karena nanyain soal pernikahan.

(beat)

Menurut lo... apa sebaiknya benar-benar gue akhiri aja, Mel?

MELANIE

(menghela napas)

Gue nggak punya hak untuk itu, Ras.

Apapun itu gue sebagai sahabat akan selalu support lo.

Laras memaksakan senyum.

CUT TO:

8.     INT. /EXT. MOBIL – JALANAN ULU KASOK - SIANG

Terlihat Rano sedang memakan keripik dengan santai, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sesekali ia melirik Gilang. Gilang tetap fokus ke jalan. Wajahnya terlihat sangat kesal.

GILANG

Ayah kenapa sih bercanda mulu?

RANO

Kamu kenapa sih tegang mulu?

Gilang mendengus.

RANO (CONT’D)

(pelan)

Oke... oke... salah ayah.

Ayah ngaku kalau tadi tindakan ayah keterlaluan dan kekanak-kanakan.

GILANG

Hm...

RANO

Tapi coba kamu pikir-pikir lagi deh,

cara kamu matiin telfon Laras tadi itu JAHAT, Lang!

           Gilang menoleh ke arah Rano dengan tatapan tersinggung.

RANO (CONT’D)

Nggak ada basa-basi. Nggak ada senyumnya.

Padahal kamu tahu kan, dia lagi nungguin kabar kamu.

Kamu nggak kebayang apa perasaan dia gimana?

Wajah Gilang seketika berubah murung. Omongan ayahnya menyadarkannya.

Gilang mendengus.

GILANG

(bingung)

Ya, terus Gilang harus gimana lagi, Yah?

RANO

Kesampingkan ego kamu.

Hubungi dia lagi. Ayah nggak akan ganggu.

Paling nggak, coba di-WA saja.

Gilang menepi. Ia memberhentikan mobil, lalu keluar dari dalam mobil dan menghubungi Laras. Rano menunggu di dalam mobil.

Dari dalam mobil, di seberang jalan, Rano melihat sebuah tempat penginapan bertuliskan VILLA INDAH. Ia menatapnya cukup lama seolah-olah ada sesuatu dari tempat itu yang membuat jantungnya berdetak kencang. Rano terbangun dari lamunannya ketika Gilang kembali masuk ke dalam mobil.

Gilang tersenyum.

RANO

Gimana?

GILANG

Ya... gitu.

RANO

Gitu gimana?

Gilang tidak menjawab. Wajahnya menahan senyum. Sementara itu, Rano terlihat semakin penasaran.

RANO (CONT’D)

Yee malah senyam-senyum. Jadi gimana?

GILANG

Kepoooo.....

Rano tersenyum. Melihat jawaban Gilang, ia yakin semuanya sudah baik-baik saja. Rano pun turut lega.

DISSOLVE TO:

Keduanya larut dalam diam.

Tidak berapa lama setelah itu, mobil kembali mogok. Rano memutar bola matanya ke arah Gilang, mulutnya berhenti mengunyah. Gilang mulai panik. Suasana hatinya yang sebelumnya telah membaik kembali berubah.

GILANG

No... no... no!!! Fuck! (memukul setir ketika mobil sudah mati total)

Gilang melirik Rano. Rano memberi isyarat untuk menunggu motor lagi seperti sebelumnya. Gilang pasrah, ia berjalan ke luar mencari tumpangan. Rano lanjut makan keripik.

DISSOLVE TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar