Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
8. INT. RUANG MAKAN–RUMAH AJIDARMA–MALAM
PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI, AYU
Ajidarma sudah duduk di kursi. Larasati dan Ayu sibuk menyiapkan piring dan meletakkan lauk pauk di atas meja. Ajidarma memecah kesibukan mereka.
AJIDARMA
Temanmu tadi cantik ya. Udah punya pacar?
AYU
Mmm… Mas Aji jatuh cinta ya?
Tanya saja sendiri. Nggak segampang itu, Mas. Dia bukan tipe cewek yang gampang jatuh cinta.
Ayu meletakkan piring untuk Ajidarma.
AJIDARMA
Katakan mas Aji kirim salam.
AYU
Kenapa gak kirim duit? Bosan kirim salam mulu.
Harus ada sesajennya.
AJIDARMA
(mendegut ludah dengan getir)
Mas Aji belum gajian. Lagi tanggal tua.
AYU
Tanggal tua ngapain pulang? Mau minta uang lagi sama ibu untuk jajan?
(mengejek)
AJIDARMA
Mas Aji kangen ibu, wekk...
Ajidarma mencubit hidung Ayu sampai ia memekik.
AYU
Aww… Sakit, mas Aji. Ihhh…
Udah hidung pesek dicubit pula.
AJIDARMA
Makanya minta hidung itu yang mancung kayak mas Aji.
(meledek sambil cengengesan.)
AYU
Emangnya bisa request?
(melirik ke ibu.)
Ajidarma cengar-cengir dipelototin Larasati.
AYU
Aku gak dirinduin ya?
(sewot sambil duduk di kursinya)
AJIDARMA
Gak. Mas Aji cuma rindu ibu.
AYU
Rindu duitnya? Huh, manja.
AJIDARMA
Biarin. Wek…
(mencibirkan bibir)
LARASATI
Sudah-sudah ah. Udah malem juga pada ribut.
Malu tuh di dengerin tetangga.
AYU
Mas Aji tuh, Bu. Dia lagi jatuh cinta ama temenku, cuma kirim salam aja. Gak mau kirim duit. Gak punya modal. Hahahaha…
Larasati hanya menggeleng-gelengkan kepala.
FADE OUT
9. INT. TERAS DEPAN–RUMAH AJIDARMA–SIANG
PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI
Ajidarma asik di depan laptopnya. Sesekali ia melamun. Kemudian Larasati keluar dari dalam rumah sambil membawa bungkusan.
LARASATI
Ji, temeni ibu yuk. Ibu mau mengantar makanan ini ke rumah Nek Melur.
Ajidarma terhenyak dari tempat duduk.
AJIDARMA
Nek Melur?
LARASATI
Iya. Sudah lama ibu tidak berkunjung ke rumahnya
Ajidarma mematikan laptopnya kemudian menutup layarnya. Ajidarma membawa laptopnya ke dalam rumah, lalu keluar lagi.
AJIDARMA
Kita berangkat sekarang, Bu?
Ibu mengangguk. Ajidarma memakai jaketnya, kemudian ia keluar dan menuju sepeda motor.
CUT TO
10. EXT. JALANAN AREAL PERKEBUNAN TEMBAKAU–SIANG
PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI
Tampak Ajidarma dan Larasati mengendarai sepeda motor.
CUT TO
11. INT. RUANG TAMU–RUMAH MELUR–SIANG
PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI, MELUR (75 tahun)
Larasati masuk ke rumah Melur sambil menyapa, sedangkan Ajidarma mendekati melur dan berusaha bertanya-tanya.
AJIDARMA
Bagaimana kabarnya, Nek?
Melur menoleh dan menatap Ajidarma tajam.
MELUR
Baik. Kamu siapa?
AJIDARMA
Saya Ajidarma, Nek. Cucunya Saman.
Melur tersenyum lalu mencomot-comot pipi Ajidarma.
MELUR
Cucu Saman toh… Sudah lajang, ganteng lagi.
Ajidarma hanya tersenyum keki. Sementara Larasati ngobrol ngalur ngidul dengan saudara Melur. Melur bercerita kisah masa lalunya setelah Ajidarma bertanya.
FLASH BACK TO TAHUN 1933
12. EXT. PERKEBUNAN TEMBAKAU – SIANG
PEMAIN: BEBERAPA BURUH, BEBERAPA SERDADU BELANDA, MELUR (17 TAHUN)
Situasi tegang. Ada dua buruh yang ketangkap menyelundupkan daun tembakau. Mereka diikat tangannya, kemudian ditembak mati. Terlihat kapten Belanda yang bengis. Melur tampak ketakutan. Kemudian mereka pergi begitu saja dengan kuda.
CUT TO
13. EXT. PERKEBUNAN TEMBAKAU – SIANG
PEMAIN: MELUR (17 TAHUN), SAMAN (22 TAHUN), ABDULLAH (25 TAHUN), BEBERAPA SERDADU BELANDA.
Melur berjalan di areal perkebunan. Tiba-tiba ia mendengar suara cuitan dari arah belakang. Melur menoleh dan ia melihat Saman tersenyum padanya. Saman menghampiri Melur, sedangkan Melur masih tampak gelisah.
SAMAN
Aku rindu padamu, Melur. Sudah dua Minggu kita tidak bertemu.
MELUR
Aku takut, Mas. Tadi ada buruh kebun yang ketangkap.
Mereka dibunuh.
(bergidik)
SAMAN
Tapi tidak ada yang bisa memisahkan cinta kita, Melur. Kamu jangan takut. Masih ada mas Saman di sini.
MELUR
Tapi, mas... Aku takut kehilanganmu.
Saman memeluk Melur dengan hangat sambil membelai rambutnya yang tergerai. Melur hanya tersenyum. Hatinya bahagia dan dibalut rasa khawatir. Tiba-tiba saja mereka dikepung beberapa serdadu Belanda dan satu pribumi. Mereka terkejut.
SERDADU 1
Sedang apa kalian?!
Melur tampak ketakutan. Saman melepaskan rengkuhannya.
SAMAN
Kami tidak ada hubungan apa-apa dengan kalian.
Apa mau kalian?
Saman melirik Abdullah yang sudah bekerja sama dengan Belanda.
ABDULLAH
Kau jangan berkilah, Saman. Lepaskan Melur dan pergi dari sini.
SAMAN
Cueh... ternyata kau yang telah menghianati negeri ini Abdullah. Apa mau mu?!
ABDULLAH
Kekayaan! Dan lepaskan Melur. Tangkap dia tuan.
Ketiga serdadu Belanda itu pun menangkap Saman. Saman merontah.
SAMAN
Kau tidak berhak menangkapku, Abdullah!
Bajingan kau!
Ketiga serdadu tidak peduli dan terus menggiring Saman. Abdullah membawa Melur. Melur tampak ketakutan dan sedikit meronta ketika Abdullah memegang tangannya.
CUT TO
14. INT. PENJARA – SIANG
PEMAIN: SAMAN
Saman terpaku dengan pandangan kosong di dalam penjara.
CUT TO
15. INT. RUANG KAPTEN – SIANG
PEMAIN: KAPTEN BELANDA, ABDULLAH
Kapten memberi beberapa imbalan ke Abdullah. Abdullah menerimanya dengan sedang hati.
KAPTEN
Kerja yang bagus. Kau harus selalu mengawasi laki-laki itu.
ABDULLAH
Baik, tuan
CUT TO
16. INT. KAMAR MELUR – SORE
PEMAIN: MELUR
Melur menangis sedih di kamarnya. Ia cemas dengan Saman. Laki-laki yang dicintainya.
CUT TO
17. EXT. PERKAMPUNGAN WARGA – MALAM
PEMAIN: BEBERAPA SERDADU BELANDA, WARGA KAMPUNG
Api berkobar membakar beberapa rumah. Warga berlari menyelamatkan diri. Situasi panas dan tegang. Beberapa warga ditembak mati ketika melarikan diri. Melur ketakutan dan berkumpul di lapangan.
SERDADU 1
Jangan memberontak! Atau kalian akan mengalami nasip yang sama seperti mereka!
(sambil menunjuk beberapa mayat di tanah)
Beberapa serdadu memperhatikan warga yang duduk di tanah. Kemudian menarik Melur dengan paksa. Melur merota dan berusaha melepaskan diri.
MELUR
Lepaskan!!! Lepaskan aku!
SERDADU 1
Ayo ikut! Jangan melawan
(bahasa Belanda)
Serdadu itu membawa Melur.
CUT TO
18. INT. SEBUAH KAMAR – MALAM
PEMAIN: KAPTEN BELANDA (MISTER BUCH), MELUR
Kapten Belanda berpacuh di atas tubuh Melur yang terus meronta. Melur menangis sambil menggigit bibirnya. Setelah puas, laki-laki itu pun keluar dari kamar dengan penuh keringat. Melur masih tergeletak di tempat tidur.
MELUR
Banjingan! Biadab!
Tangis Melur pun pecah di malam itu.
DISSOLVE BACK TO SC.11
19. INT. RUANG TAMU–RUMAH MELUR–SORE
PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI, MELUR
Ajidarma masih asyik mendengarkan cerita melur, tiba-tiba saja Larasati menegurnya dan membuyarkan lamunan Ajidarma.
LARASATI
Sudah, Ji..? Ibu mau masak, ayo kita pulang.
Dengan berat Ajidarma beringsut dari tempat duduk dan pamit ke Melur.
AJIDARMA
Saya pamit, Nek. Besok kita cerita-cerita lagi ya.
Nek Melur hanya menganggu dan mengumbar senyum. Giginya sudah habis dan hanya gusinya yang terlihat.
CUT TO
20. EXT. HALAMAN DEPAN-RUMAH AJIDARMA–SORE
PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI, SALVINIA
Ajidarma memarkirkan sepeda motor di halaman depan. Ia melihat ada sepatu perempuan di teras. Ajidarma buru-buru masuk.
CUT TO
21. INT. RUANG TAMU–RUMAH AJIDARMA–SORE
PEMAIN: AJIDARMA, MELUR
Ajidarma masuk ke ruang tamu dan ia melihat gadis cantik duduk dengan manis.
AJIDARMA
Assalamualaikum…
SALVINIA
Waalaikusallam…
AJIDARMA
Ayu di mana?
SALVINIA
Ayu lagi di kamar, Mas.
AJIDARMA
Mmmm…. Kamu sibuk gak nanti malam?
SALVINIA
Enggak…
AJIDARMA
Kita nongkrong yuk.
SALVINIA
Dimana?
Ajidarma menggaruk kepala yang tak gatal.
AJIDARMA
Atau kita nonton aja?
SALVINIA
Dimana?
Ajidarma tampak gugup.
AJIDARMA
Hhmm… di mana ya? Di bioskop.
Salvinia terkekeh sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan.
SALVINIA
Daerah sini kan gak ada bioskop, Mas. Adanya cuma bangsal. Mas Aji mau nonton di bangsal tembakau?
Ajidarma menelan ludah dan semakin mulai gugup. Ajidarma semakin salah tingkah.
SALVINIA
Kita keliling perkebunan tembakau aja, Mas.
Kebetulan saya belum pernah keliling perkebunan.
AJIDARMA
Oh iya, ya.
(tertawa)
CUT TO
22. EXT. PERKEBUNAN TEMBAKAU–SORE
PEMAIN: AJIDARMA, SALVINIA
MONTAGE
Tampak sepeda motor Ajidarma dan Salvinia di areal perkebunan.
CUT TO